Berwasiat diatas Kebenaran dan Kesabaran

Berwasiat diatas Kebenaran dan Kesabaran

Berwasiat diatas Kebenaran dan Kesabaran ini adalah apa yang bisa kami ketik dari kajian Kitab Al-Ushul Ats-Tsalatsah yang disampaikan oleh Syaikh Prof. Dr. ‘Abdur Razzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-Badr Hafidzahumullahu Ta’ala.

Lihat sebelumnya: Selamat dari Keburukan dan Kerugian

Kajian Tentang Berwasiat diatas Kebenaran dan Kesabaran

Menit ke-2:48 Bismillahirrahmanirrahim.. Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, juga kepada keluarganya dan seluruh sahabatnya.

Kaum muslimin dan muslimat yang semoga dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, pada siang hari ini kita masih melanjutkan pembahasan kita tentang empat perkara yang wajib untuk dipelajari oleh setiap muslim dan muslimah.

3. Saling nasihat-menasihati agar menetapi kebenaran

Dan kita telah sampai pada pembahasan yang ketiga, yaitu firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ

Saling nasihat-menasihati agar menetapi kebenaran.

Lihat poin 1 dan 2 di pertemuan 5# Selamat dari Keburukan dan Kerugian

Dari sahabat Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma dan dari selainnya, beliau menafsirkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ yaitu saling mengingatkan dan berwasiat untuk menjaga tauhid.

Juga sebagian menafsirkan bahwasanya arti dari firman Allah Subhanahu wa Ta’ala وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ yaitu saling berwasiat untuk menjaga agama Allah Subhanahu wa Ta’ala, saling berwasiat untuk mengerjakan yang baik dan melarang dari kemungkaran. Dan ayat ini umum, mencakup semua hal yang kita sebutkan tadi.

Jadi tafsiran dari firman Allah Subhanahu wa Ta’ala وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ adalah saling mengingatkan dan berwasiat diatas kebenaran, yaitu saling mengingatkan segala apa yang diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan di antara yang terbesar dari perintah Allah yaitu adalah perintah bertauhid dan larangan terbesar yaitu larangan dari kesyirikan.

Maka firman Allah Subhanahu wa Ta’ala وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ yaitu saling berwasiat untuk menjaga tauhid, juga mencakup saling berwasiat untuk menjauhi dari kesyirikan dan memperingati dari bahaya kesyirikan.

Juga masuk dalam arti atau tafsir firman Allah Subhanahu wa Ta’ala وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ (saling berwasiat diatas kebenaran) yaitu saling berwasiat untuk menjauhi segala bid’ah dan perkara-perkara yang baru.

Juga masuk dari firman Allah Subhanahu wa Ta’ala وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ (saling berwasiat diatas kebenaran), yaitu saling berwasiat untuk menjauhi segala dosa-dosa besar, segala maksiat dan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Serta termasuk وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ (saling berwasiat diatas kebenaran) yaitu berwasiat untuk selalu menjaga kewajiban-kewajiban yang Allah wajibkan serta ketaatan-ketaatan yang lain yang mendekatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Juga termasuk وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ yaitu saling mengingatkan untuk menjaga amalan-amalan sunnah dan segala ibadah-ibadah yang dapat menutup kekurangan yang dilakukan oleh hamba-hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala. Semua hal ini masuk dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ.

Dan dari ayat ini kita bisa mengambil faedah pentingnya dakwah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan hal ini merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang ingin mendapatkan keselamatan dari kerugian. Seorang muslim harus berdakwah mengajak kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan ini adalah tugas setiap muslim, bukan tugas sebagian dari manusia saja. Akan tetapi berdakwah merupakan tugas setiap muslim. Maka setiap muslim wajib untuk berdakwah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, mengajak kepada yang ma’ruf dan melarang dari yang munkar.

Tentu semua tergantung kemampuan masing-masing hamba. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ

“Barangsiapa di antara kalian ada yang melihat kemungkaran, maka hendaklah dia merubah dengan tangannya. Dan apabila dia tidak mampu maka hendaklah merubah dengan lisannya. Dan apabila ia tidak mampu juga maka hendaklah ia mengingkari dengan hatinya, dan ini adalah selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim)

Menit ke-10:42  Kaum muslimin dan muslimat yang semoga dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala,

Oleh karena itu setiap muslim diminta untuk berdakwah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan dakwah yang ia lakukan haruslah dakwah yang mengajak kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan bukan berdakwah kepada dirinya sendiri.

Dan dakwah harus dibangun diatas ilmu, tidak boleh seorang berdakwah diatas kebodohan. Dan ini juga menunjukkan pentingnya seorang untuk perhatian terhadap ilmu sebelum ia berdakwah. Berkata ‘Umar bin Abdul Aziz Rahimahullah:

من دعا بغير علم كان ما يفسد اكثر مما يصلح

“Barangsiapa yang berdakwah tanpa ilmu, maka ia akan merusak lebih banyak daripada apa yang ia perbaiki.”

Oleh karena itu seorang muslim butuh untuk selalu belajar dan mengajar, berusaha memahami agama ini dan memahamkan orang lain terhadap apa yang telah ia pahami. Dia wajib mengetahui kebenaran, mengamalkannya dan mengajak orang lain untuk hal tersebut. Dan apabila ia melihat kemungkaran, maka ia berusaha untuk merubah semampu dia.

Seorang muslim harus berhati-hati dan menghindari dari berdakwah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala diatas kebodohan. Karena ini adalah hal yang sangat berbahaya. Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

ومَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ، لا يَنْقُصُ ذلكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا

“Dan barangsiapa yang mengajak kepada kesesatan, maka ia akan menanggung dosanya dan dosa orang-orang yang mengikutinya dan tidak mengurangi dari dosa-dosa mereka sedikitpun.” (HR. Muslim)

Oleh karena itu para penyeru kepada kesesatan, mereka akan menanggung dosa-dosa orang yang mengikutinya dan dosa-dosa ia sendiri sampai hari kiamat. Dan seorang yang berdakwah kepada agama Allah Subhanahu wa Ta’ala tanpa ilmu, ini adalah kejahatan terhadap dirinya sendiri dengan kejahatan terhadap seluruh manusia. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي الْأَئِمَّةُ الْمُضِلِّينَ

“Sesungguhnya hal yang paling aku takuti atas umatku adalah para imam-imam yang mengajak kepada kesesatan.”

Para penyeru-penyeru kesesatan, mereka adalah para Da’i yang mengajak kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala akan tetapi mereka berdakwah tanpa ilmu, tanpa petunjuk dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Merkea berdakwah dengan hawa nafsu, dengan pemikiran mereka sendiri. Dan ini adalah hal yang sangat berbahaya dan sangat besar mudharatnya.

Maka kita perhatikan dari ayat-ayat ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengerutkan kewajiban bagi seorang hamba dalam kehidupannya. Dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ…

Jadi, saling mengajak kepada kebenaran atau berdakwah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala itu dilakukan setelah mereka beriman dan setelah mereka beramal. Adapun orang yang  beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan bid’ah, maka tentu dia akan mengajak kepada bid’ah yang ia lakukan dan perkara-perkara baru yang ia lakukan. Dan dosa-dosanya akan kembali kepada dirinya dan dosa orang-orang yang mengikutinya akan ia pikul.

Maka wajib bagi seorang muslim untuk melakukan sesuai urutan yang disebutkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu:

  1. Beriman yang dibangun diatas ilmu yang benar,
  2. Beramal shalih yang dibangun diatas ittiba’ (mengikuti Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam),
  3. Kemudian setelah dia beriman, berilmu dan beramal, ia pun berdakwah dan mengajak kepada kebenaran yang mana hal tersebut kembali kepada iman dan amal shalih.

Kemudian firman Allah Subhanahu wa Ta’ala وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ, Al-Haq di sini adalah agama Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

ذَٰلِكَ بِأَنَّ اللَّـهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِن دُونِهِ هُوَ الْبَاطِلُ…

Yang demikian itu sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah kebenaran dan apa yang mereka ajak kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah kebatilan.” (QS. Al-Hajj[22]: 62)

Dan di antara nama-nama Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Al-Haq. Dan agama Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah benar, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam merupakan kebenaran, juga hari kiamat pasti akan datang. Maka seorang mengajak kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, mengajak manusia untuk beriman, beramal dan berdakwah kepada Al-Haq, kepada kebenaran, berdakwah diatas bashirah, diatas ilmu, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ ﴿٣﴾

Kecuali orang-orang yang beriman, dan beramal shalih, saling berwasiat diatas kebenaran, dan saling berwasiat diatas kesabaran.” (QS. Al-Ashr[103]: 3)

4. Saling berwasiat untuk bersabar

Menit ke-18:52 Para pendengar yang semoga dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, perkara yang ke-4 yang wajid dipelajari oleh setiap muslim yaitu saling berwasiat untuk bersabar.

Dan kedudukan sabar dalam agama kita adalah kedudukan yang sangat angung, yang mana seseorang butuh untuk selalu bersabar dalam agama ini, butuh bersabar untuk memperbaiki segala urusannya, dan seseorang tidak akan mampu untuk menyebah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala kecuali dengan kesabaran. Juga seseorang tidak akan mampu untuk meninggalkan apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala haramkan kecuali dengan bersabar. Dan juga seseorang tidak akan mampu untuk menerima takdir-takdir Allah yang berat kecuali dia bersabar.

Jadi setiap kita butuh untuk bersabar. Seorang tidak akan mampu untuk menuntut ilmu kecuali dia bersabar.

Kesabaran dibutuhkan ketika seorang menuntut ilmu, ketika seorang beribadah, ketika seorang ingin menjauh dari apa-apa yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan ketika dia mendapatkan musibah-musibah yang berat, semuanya butuh kesabaran. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

“Mereka saling berwasiat untuk bersabar.”

Bersabar dalam menuntut ilmu, bersabar dalam mengamalkan ilmu tersebut dan bersabar ketika berdakwah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan bersabar atas segala gangguan yang ia dapatkan ketika ia berdakwah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Itu semua terkandung dalam perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ  (dan mereka saling berwasiat untuk bersabar).

Juga di sini ada peringatan bagi kita bahwasanya orang-orang yang selamat dari hamba-hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang selamat dari kerugian, di antara sifat mereka adalah mereka saling berwasiat untuk bersabar, mengingatkan satu sama lain untuk bersabar. Karena kadang seseorang mulai rajin untuk beribadah kemudian ia tiba-tiba malas, maka dia butuh untuk saudara-saudara atau teman-teman yang baik yang mengingatkannya untuk bersabar, mengingatkannya untuk menjauh dari segala fitnah dan syahwat. Kadang-kadang seorang mulai konsisten dan istiqamah diatas ketaatan, kemudian dia diajak oleh syahwatnya untuk melakukan suatu hal yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka perlu diingatkan untuk selalu bersabar.

Dan wasiat untuk bersabar ini tidak cukup hanya sekali dalam hidup kita. Akan tetapi peringatan untuk bersabar harus terus dilakukan sepanjang hidup kita. Terutama ketika seseorang merasa malas atau merasa futur untuk melakukan perintah-perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala atau ketika dia berat untuk meninggalkan larangan-larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala, atau ketika dia ditimpa musibah-musibah, maka seorang manusia butuh untuk selalu bersabar dan mengingatkan dirinya dan mengingatkan saudaranya untuk selalu bersabar.

Menit ke-25:02 Kaum muslimin dan muslimat yang semoga dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, saling berwasiat diatas kesabaran ini adalah sifat dari orang-orang yang selamat dari kerugian. Mereka senantiasa saling berwasiat untuk bersabar. Dalam surat Al-Balad, Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan sifat mereka:

ثُمَّ كَانَ مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ وَتَوَاصَوْا بِالْمَرْحَمَةِ ﴿١٧﴾ أُولَـٰئِكَ أَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ ﴿١٨﴾

Kemudian mereka termasuk orang-orang yang beriman dan saling berwasiat untuk bersabar, saling berwasiat untuk berkasih-sayang, mereka itulah golongan kanan.” (QS. Al-Balad[90]: 18)

Yaitu orang-orang yang memiliki sifat yang disebutkan dalam ayat ini. Dan di antara sifat mereka adalah saling berwasiat untuk bersabar, mereka adalah golongan kanan.

Maka wasiat untuk selalu bersabar harus senantiasa dilakukan di antara kaum muslimin. Saling menasihati untuk bersabar satu sama lain di antara mereka, saling menasihati untuk bersabar dalam mendirikan shalat. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا…

Perintahkanlah keluargamu untuk mendirikan shalat dan sabarlah diatas hal tersebut.” (QS. Tha-ha[20]: 132)

Juga firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّـهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ ﴿٢٠٠﴾

Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah, kuatkanlah kesabaranmu, dan lakukanlah penjagaan, dan bertakwalah agar kalian beruntung.” (QS. Ali-Imran[3]: 200)

Maka seorang hamba butuh untuk selalu memiliki sifat sabar ini dan juga butuh untuk mengingatkan saudara-saudaranya agar selalu bersabar. Bersabar melakukan ibadah-ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Saat ini banyak sekali dari kaum muslimin, bahkan penuntut ilmu, mereka butuh untuk diingatkan bersabar menjaga shalat subuh. Saat ini kita dapati banyak dari kaum muslimin melalaikan shalat subuh. Maka di sini perlu bagi kita untuk selalu mengingatkan kaum muslimin untuk menjaga shalat fajar atau shalat subuh ini karena banyak sekali ditinggalkannya dari kaum muslimin, mereka melalaikan dari shalat subuh. Bahkan kewajiban-kewajiban yang lain mereka banyak melalaikan. Banyak dari kaum muslimin terfitnah dengan berbagai syubhat, maka kaum muslimin sangat membutuhkan agar mereka selamat dari kerugian untuk selalu bersabar dan saling berwasiat untuk bersabar dan agar mereka selalu tetap konsisten diatas agama ini, tetap menjaga perintah-perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seorang muslim butuh kepada saudara-saudaranya dan butuh untuk teman-teman yang baik yang mengingatkan mereka untuk selalu bersabar. Dan juga bersabar bersama mereka sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ…

Sabarlah bersama orang-orang yang berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala di waktu pagi dan di waktu sore.” (QS. Al-Kahfi[18]: 28)

Menit ke-31:14 Kaum muslimin dan muslimat yang semoga dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala,

Demikian ini kita melihat bagaimana kedudukan sabar dalam agama ini adalah kedudukan yang sangat agung. Dan tidaklah kita dapati seseorang melalaikan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, lalai dalam menuntut ilmu, lalai dalam beribadah dan lalai dari terjatuh kepada apa-apa yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kecuali disebabkan karena ia kurang bersabar.

Maka kita perlu untuk selalu membaca dan melihat sejarah para pemimpin-pemimpin dan para Nabi dan para Rasul. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُولُو الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ…

Bersabarlah sebagaimana Ulul ‘Azmi dari para Rasul mereka telah bersabar.” (QS. Al-Ahqaf[46]: 35)

Kita butuh untuk selalu membaca kisah-kisah, silahkan muslimin dan muslimat membaca kisah Nabi Yusuf ‘Alaihis Salam, sungguh kisah yang sangat indah dan sangat menakjubkan, sungguh besar kesabaran Nabi kita Yusuf ‘Alaihis Salam, dia bersabar dengan jenis kesabaran yang tiga; yaitu bersabar diatas ketaatan, bersabar meninggalkan maksiat dan bersabar diatas takdir Allah yang yang berat. Dan Nabi Yusuf ‘Alaihis Salam adalah pemimpin dalam hal ini. Ia diuji dengan berbagai ujian yang sangat berat, dia digoda oleh istri dari gubernur Mesir ketika itu, dia mengajak untuk berbuat mesum dengan dirinya dengan ia berkata:

هَيْتَ لَكَ

Mari ke sini.

Akan tetapi ia mengatakan:

مَعَاذَ اللَّـهِ

Aku berlindung kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (QS. Yusuf[12]: 23)

Bahkan setelah itu dia pun digoda dengan wanita-wanita yang lain, akan tetapi ia tetap berkata:

السِّجْنُ أَحَبُّ إِلَيَّ

Penjara lebih aku sukai dari apa yang mereka ajak aku kepadanya.” (QS. Yusuf[12]: 33)

Dia bersabar diatas fitnah yang sangat berat ini. Padahal dia adalah seorang yang asing, dia masih muda dan sangat ganteng. Dan segala godaan-godaan yang sangat banyak ia tetap bersabar dan berkata kepada mereka dengan ucapannya yang sangat terkenal, yaitu: مَعَاذَ اللَّـهِ (aku berlindung kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala), juga ia berkata السِّجْنُ أَحَبُّ إِلَيَّ (penjara lebih aku sukai daripada apa yang mereka ajak aku kepadanya).

Dia bersabar untuk tidak melakukan maksiat, dia bersabar diatas takdir-takdir Allah yang berat, bahkan saudara-saudaranya menaruhnya di dasar sumur, mereka ingin membunuhnya, mereka ingin Nabi Yusuf mati. Kemudian ia dipungut dan dijual oleh para musafir, dia dijual di kota Mesir kemudian banyak perkara-perkara berat yang ia lewati, akan tetapi ia selalu bersabar diatas ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan ia ridha dengan takdir-takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala yang berat, ia tetap menjauhi apa yang dilarang oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kemudian lihatlah akibat yang baik yang ia dapatkan. Ketika saudara-saudara Yusuf mengatakan:

أَإِنَّكَ لَأَنتَ يُوسُفُ

“Apakah engkau Yusuf yang dulu kami buang di sumur?”

Pada akhirnya mereka bertanya: “Apakah kamu adalah Yusuf saudara kami?” Ia mengatakan: “Saya adalah Yusuf dan ini adalah saudaraku. Allah telah memberi karuniaNya kepada kami.” Barangsiapa yang bertakwa dan bersabar, sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat baik. (QS. Yusuf[12]: 90)

Menit ke-37:18 Kaum muslimin dan muslimat yang semoga dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala,

Setiap muslim butuh untuk selalu bersabar selama ia hidup, terutama di zaman kita saat ini yang mana fitnah sangat banyak sekali dan pintu-pintu keburukan sangat terbuka lebar. Bahkan fitnah-fitnah tersebut membuat manusia terkadang kehilangan akal. Banyak pemikiran, sifat-sifat dan agama-agama yang merusak. Maka seorang manusia butuh untuk selalu bersabar dan saling berwasiat untuk bersabar agar ia selamat dari kerugian. Maka dalam surat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan sifat orang-orang yang selamat dari kerugian, yaitu mereka senantiasa berwasiat untuk bersabar. Bersabar diatas menuntut ilmu, bersabar diatas mengamalkan ilmu tersebut, bersabar ketika beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan bersabar ketika berdakwah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dan apabila ada seorang diganggu ketika ia berdakwah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka temannya mengingatkan untuk bersabar dan mengharapkan pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Para Nabi dahulu mereka pun mendapat gangguan, bahkan Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mendapat gangguan yang sangat banyak, akan tetapi ia bersabar dan akhirnya ia mendapatkan akibat yang baik. Dengan saling berwasiat diatas kesabaran ini maka seluruh urusan akan menjadi baik dan agama ini akan tersebar di tengah-tengah manusia.

Maka seorang manusia sangat butuh untuk selalu bersabar dan saling mengingatkan untuk selalu bersabar agar ia selamat dari kerugian. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

… وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ ﴿٣﴾

Saling berwasiat untuk menetapi kebenaran dan saling berwasiat untuk bersabar.” (QS. Al-Ashr[103]: 3)

Ini adalah surat yang sangat agung yang Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan sebab-sebab keselamatan dari kerugian. Dan seorang hamba tidak akan mungkin selamat dari kerugian kecuali ia mengumpulkan semua sifat-sifat yang Allah Subhanahu wa Ta’ala sebutkan dalam ayat ini dan ia bermujahadah untuk selalu menjaga dan menyempurnakan apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala sebutkan agar ia selamat. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah bersumpah bahwasanya semua manusia akan merugi kecuali orang-orang yang disebutkan dalam ayat ini, yaitu:

إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ ﴿٣﴾

“Kecuali orang-orang yang beriman, beramal shalih, sering berwasiat diatas kebenaran dan saling berwasiat diatas kesabaran.”

Menit ke-40:44 Kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk selalu memberikan kita taufiq menuju kebaikan dan menambahkan kita ilmu dan Ia adalah Maha Mendengar dan Maha Menerima doa.

Selanjutnya: Perkataan Imam Syafi’i tentang Surat Al-Ashr

Baca dari awal yuk: Mukadimah Kajian Al-Ushul Ats-Tsalatsah

Mp3 Kajian Tentang Berwasiat diatas Kebenaran dan Kesabaran

Sumber audio: Faidah dari Surat Al-‘Ashr – Kitab Al-Ushul Ats-Tsalatsah (Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq Al-Badr)

Mari turut menyebarkan catatan kajian “Berwasiat diatas Kebenaran dan Kesabaran” ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi kita semua. Barakallahu fiikum..

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: