Khutbah Jumat Menyentuh Hati Tentang Kegembiraan dan Kesedihan Seorang Muslim

Khutbah Jumat Menyentuh Hati Tentang Kegembiraan dan Kesedihan Seorang Muslim

Khutbah Jumat Menyentuh Hati Tentang Kegembiraan dan Kesedihan Seorang Muslim ini merupakan rekaman khutbah Jum’at yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. di Masjid Al-Amin Samarinda, pada Jum’at 20 September 2019/ 20 Muharram 1441 H.

Khutbah Pertama – Khutbah Jumat Menyentuh Hati Tentang Kegembiraan dan Kesedihan Seorang Muslim

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه
قال الله تعالى فى كتابه الكريم، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
وقال تعالى، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ، فإِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ

Ummatal Islam,

Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kita untuk bergembira dengan dua perkara. Yang pertama adalah karunia Allah dan yang kedua adalah rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

قُلْ بِفَضْلِ اللَّـهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ ﴿٥٨﴾

Katakan wahai Muhammad, dengan karunia dan rahmat Allah hendaklah mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan dari kehidupan dunia.” (QS. Yunus[10]: 58)

Para ulama tafsir ketika menafsirkan ayat ini bahwa yang dimaksud dengan karunia Allah adalah Islam dan yang dimaksud dengan rahmat Allah adalah Al-Qur’an. Maka Allah memerintahkan kita untuk bergembira dengan dua perkara.

Nikmat Islam

Islam adalah merupakan syarat seseorang untuk masuk ke dalam surga. Sebagaimana Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda ketika menyebutkan tentang surga:

إِنَّهُ لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ إِلاَّ نَفْسٌ مُسْلِمَةٌ

“Sesungguhnya surga itu tidak ada yang memasukinya kecuali jiwa yang muslim.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Nikmat Islam adalah merupakan nikmat yang sangat besar yang Allah berikan kepada seorang hamba. Karena dengan Islam lah Allah menerima amalannya, dengan Islam lah Allah Subhanahu wa Ta’ala meninggikan derajatnya, dengan Islam Allah Subhanahu wa Ta’ala menangkan di atas seluruh agama. Allah berfirman:

هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَىٰ وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ ﴿٣٣﴾

Dialah Allah yang telah mengutus RasulNya dengan membawa hidayah ilmu dan agama yang haq yang merupakan amal agar Allah memenangkan di atas seluruh agama. Walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai.” (QS. At-Taubah[9]: 33)

Islam adalah merupakan agama satu-satunya yang Allah ridhai untuk kita. Allah berfirman:

إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللَّـهِ الْإِسْلَامُ ۗ

Sesungguhnya agama disisi Allah hanyalah Islam.” (QS. Ali-Imran[3]: 19)

Allah berfirman:

…فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ ﴿٨٥﴾

“…Siapa yang mencari agama selain Islam maka Allah tidak akan menerimanya dan di akhirat ia termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Ali-Imran[3]: 85)

Maka sungguh bergembira seorang hamba yang diberikan oleh Allah karunia Islam.

Nikmat Rahmat Allah

Para ulama tafsir ketika menafsirkan maksud Allah “rahmatNya” adalah Al-Qur’anul karim. Karena Allah menamai Al-Qur’an sebagai rahmatNya. Allah berfirman dalam surat Yunus ayat 57:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُم مَّوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِّمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ ﴿٥٧﴾

Wahai manusia, telah datang kepada kalian peringatan dari Rabb kalian, penyembuh apa yang ada di dalam dada kalian dan sebagai hidayah serta rahmat terhadap orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus[10]: 57)

Dua perkara inilah (nikmat Islam dan Al-Qur’an) yang diperintahkan oleh Allah untuk bergembira dengannya.

Islam dan Al-Qur’an Lebih Baik Dari Dunia

Lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan:

هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ

Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan dari kehidupan dunia.

Karena kehidupan dunia seringkali melalaikan. Seseorang dengan banyaknya kesenangan dunia seringkali ia lupa kepada Allah. Berapa banyak orang-orang yang diberikan oleh Allah keluasan rezeki ternyata dia menjadi hamba-hamba yang tidak bersyukur kepada Allah dan justru ia kufur kepada Allah, dia bersombong di hadapan makhluk-makhluk Allah.

Berapa banyak orang-orang yang diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dunia ternyata dunia menjadikan dia berpaling dari agama Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Mempelajari Al-Qur’an Adalah Hidayah Yang Terbesar

Ummatal Islam..

Sesungguhnya rahmat Allah yang paling besar yang Allah berikan kepada seorang hamba tiada lain adalah hidayah. Hidayah kepada Islam, hidayah untuk mempelajari Al-Qur’anul Karim. Adapun dengan dunia, tidak perlulah kita berbangga dan berbahagia.

Lihatlah si Qarun..

Ketika si Qarun berbangga dan bergembira dengan dunia yang Allah berikan kepadanya, itu menjadikan si Qarun sombong kepada syariat Allah Rabbul Izzati wal Jalalah. Allah Ta’ala berfirman tentang si Qarun:

لَا تَفْرَحْ ۖ إِنَّ اللَّـهَ لَا يُحِبُّ الْفَرِحِينَ

Jangan kalian bergembira, sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yang bergembira seperti itu.” (QS. Al-Qashash[28]: 76)

Allah Subhanahu wa Ta’ala melarang kegembiraan dengan dunia yang menyebabkan seseorang itu menjadi lupa kepada Allah. Kegembiraan yang membuatnya lalai dari berdzikir kepada Allah, kegembiraan yang menjadikan ia sombong kepada makhluk-makhluk Allah, kepada peringatan Allah Jalla wa Ala.

Harta Bukan Tanda Rahmat dan Karunia Allah

Maka janganlah kita memandang rahmat dan karunia yang Allah berikan itu berupa harta. Ketika kita melihat ada orang yang diberikan oleh Allah dunia, diberikan oleh Allah harta, lalu kita memandang bahwa dia adalah orang-orang yang dirahmati oleh Allah, tidak sama sekali tidak! Bukan itu tanda kasih sayang Allah kepadanya. Oleh karena itu Allah berfirman:

فَأَمَّا الْإِنسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ ﴿١٥﴾ وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ ﴿١٦﴾ كَلَّا

Adapun manusia, apabila Allah uji dengan kesenangan, Allah luaskan rezekinya, si hamba berkata, ‘Allah memuliakan aku, Allah menyayangi diriku. Ketika Allah uji ia dengan kesempitan rezeki, Allah jadikan rezekinya sempit, lalu ia berkata, ‘Allah menghinakan diriku, Allah tidak sayang kepadaku.’ -maka Allah berfirman- “Tidak sekali-kali tidak!” (QS. Al-Fajr[89]: 17)

Bukan itu tanda kasih sayang Allah kepada seorang hamba, saudaraku..

Tanda Sayang Allah

Terkadang Allah menyayangi seorang hamba dengan cara diseretkan rezekinya, dengan cara disempitkan rezekinya. Sebagaimana Ibnu Rajab menyebutkan dalam sebuah Atsar dalam kitab beliau yang bagus, yang berjudul Jami’ul Ulum wal Hikam Abdullah bin Masud berkata, “Terkadang Allah menginginkan kebaikan kepada seorang hamba dengan cara menyempitkan rezekinya. Allah berfirman kepada malaikatNya, ‘wahai malaikatku sempitkan rezeki si Fulan, sebab apabila Aku luaskan rezekinya Aku masukkan ia ke dalam api neraka.”

Terkadang Allah menginginkan kebaikan kepada seorang hamba dengan cara menyempitkan rezekinya. Allah berfirman kepada malaikatNya, ‘wahai malaikatku sempitkan rezeki si Fulan, sebab apabila Aku luaskan rezekinya Aku masukkan ia ke dalam api neraka.

Jami’ul Ulum wal Hikam – ngaji.id/klik/1b

Maka si hamba ini terus disempitkan rezekinya agar ia kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Ummatal Islam,

Jangan melihat bahwasanya karunia Allah itu berupa kesenangan dunia. Lihatlah Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘Anhu ketika masuk ke kamar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, ternyata Rasulullah di kamarnya tidak ada apa-apa, belum tidur di atas kasur yang terbuat dari pada sabut kurma. Ketika beliau tidur berbekas di punggungnya.

Melihat itu Umar menangis, lalu Umar berkata kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, tidakkah engkau melihat raja Persia dan Romawi? Mereka diatas kebatilan, mereka di atas kesesatan, tapi diluaskan rezeki untuk mereka dalam kehidupan dunia, bukan -wahai Rasulullah- kita di atas kebenaran, di atas agama yang Allah ridhai? Kenapa itu tidak diberikan kepada kita?”

Apa kata Rasulullah?

“Apakah engkau ragu dengan agama ini wahai Ibnul Khaththab? Mereka itu suatu kaum yang Allah percepat kesenangannya dalam kehidupan dunia.”

Karena kaum mukminin kesenangannya dan surganya bukan di dunia.

Kesenangan Kaum Mukminin

Surga orang Islam bukan di dunia, kesenangan dunia fana, tidak akan selama-lamanya. Sedangkan kesenangan surga itulah selama-lamanya. Allah enggan menjadikan surga orang yang beriman di dunia. Karena dunia bukan negeri yang kekal abadi. Allah jadikan dunia sebagai surga untuk orang-orang yang kafir. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda dalam hadits Tirmidzi:

الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ وَجَنَّةُ الْكَافِرِ

“Dunia itu penjara untuk orang yang beriman dan surga untuk orang-orang yang kafir.” (HR. Tirmidzi)

Lihatlah orang-orang kafir, mereka bersenang-senang dalam kehidupan dunia, mereka tidak peduli halal dan haram, mereka bersenang-senang dengan maksiat kepada Allah. Sementara orang yang beriman dipenjara oleh Allah dengan perintah dan laranganNya. Dengan larangan-larangan yang mengungkung hawa nafsunya.

Tapi Subhanallah, saudaraku..

Ketika seorang mukmin dipenjara dengan larangan, di penjara dengan perintah Allah, ternyata Allah berikan kepada mereka hakikat kesenangan yang abadi, kesenangan di dunia hanyalah dengan kemerdekaan hati mengenal Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Surga Dunia

Oleh karena itulah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah mengatakan:

أن في الدنيا جنة من لم يدخلها لا يدخل جنة الآخرة

“Di dunia ini ada sebuah surga, siapa yang tidak pernah masuk dalam surga ini ia tidak akan masuk ke dalam surga akhirat.”

Surga dunia itu apa?

Kata beliau bahwa surga dunia adalah mengenal Allah. Mengenal Allah itulah surga yang hakiki. Karena seorang hamba ketika hatinya merasa lezat dengan ibadah kepada Allah, dengan mengenal Allah, dengan mencintai Allah, dengan takut kepada Allah, dia akan menjadi hamba yang tunduk kepada Allah. Disitulah Allah berikan kepada dia kebahagiaan yang luar biasa. Ketenangan hati yang luar biasa, kedamaian hati yang luar biasa. Saat ia mengingat Allah, hatinya damai. Allah berfirman:

أَلَا بِذِكْرِ اللَّـهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah hati menjadi tenang.”

Ummatal Islam,

Manakah kesenangan yang kita pilih?

Kesenangan dunia atau kesenanga akhirat? Tentunya kita memilih dua-duanya. Asal kesenangan dunia itu tidak melalaikan kita dari kehidupan akhirat.

Akan tetapi, saudaraku.. Jangan sampai keinginan dunia kita lebih besar daripada keinginan terhadap kehidupan akhirat. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda dalam riwayat Tirmidzi:

مَنْ كَانَتْ الدُّنْيَا هَمَّهُ فَرَّقَ اللَّهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنْ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ وَمَنْ كَانَتْ الْآخِرَةُ نِيَّتَهُ جَمَعَ اللَّهُ لَهُ أَمْرَهُ وَجَعَلَ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ

“Siapa yang keinginan terbesarnya adalah dunia, Allah akan cerai beraikan urusannya dan Allah akan jadikan kefakiran itu di pelupuk matanya dan dunia pun tidak akan mendatanginya kecuali sesuai dengan yang ditakdirkan saja untuknya. Tapi siapa yang keinginan terbesarnya adalah kehidupan akhirat, Allah akan kokohkan urusannya dan Allah akan jadikan kekayaan itu di hatinya, serta dunia pun akan mendatanginya dalam keadaan dunia hina di matanya.” (HR. Tirmidzi)

Maka Ummatal Islam, jadikanlah keinginan terbesar dalam hati kita akhirat. Adapun dunia jadikan sebagai wasilah untuk mendapatkan kehidupan akhirat. Jadikan ridha kita, senang kita dan gembira kita ketika kita mendapatkan kehidupan akhirat. Ketika kita bisa shalat tahajud, ketika kita bisa melaksanakan shalat berjamaah, ketika kita bisa berdzikir kepada Allah, ketika kita bisa membaca Al-Qur’an dan mentadabburinya, disaat itulah hati kita gembira, hati kita merasa bahagia.

Jadikanlah kesedihan kita di saat kita jatuh kepada maksiat. Ketika kita jatuh kepada maksiat hati kita gundah gulanah, hati kita bersedih lalu kita segera bertaubat kepada Allah. Makanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَنْ سَرَّتْهُ حَسَنَتُهُ، وَسَاءَتْهُ سَيِّئَتُهُ فَهُوَ مُؤْمِنٌ

“Siapa yang merasa gembira dengan amalan shalihnya dan ia merasa sedih dengan amalan keburukannya maka itu tandanya ia seorang mukmin.” (HR. Ahmad)

أقول قولي هذا واستغفر الله لي ولكم

Khutbah kedua – Khutbah Jumat Menyentuh Hati Tentang Kegembiraan dan Kesedihan Seorang Muslim

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله، نبينا محمد و آله وصحبه ومن والاه، أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أنَّ محمّداً عبده ورسولهُ

Ummatal Islam,

Seorang mukmin melihat dunia bukanlah sesuatu yang berharga di matanya. Karena ia sadar bahwa dunia itu adalah sesuatu yang hina dimata Allah. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

لَوْ كَانَت الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ الله جَنَاحَ بَعُوضَةٍ ، مَا سَقَى كَافِراً مِنْهَا شَرْبَةَ مَاءٍ

“Kalaulah dunia ini seharga di mata Allah seperti sayap seekor nyamuk, Allah tidak akan memberikan orang kafir seorang pun segelas air.” (HR. Tirmidzi)

Namun ternyata dunia lebih rendah dimata Allah daripada sayap seekor nyamuk. Ketika Rasulullah sedang berjalan dengan para sahabat, Rasulullah menemukan bangkai anak kambing yang telinganya putus. Kemudian Rasulullah mengangkatnya dan berkata, “Siapa di antara kamu yang mau membeli bangkai ini 1 dirham?” Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, kalaulah ia masih hidup kami tidak mau membelinya karena ia cacat. Bagaimana ini sudah menjadi bangkai wahai Rasulullah?” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Sungguh dunia lebih hina dimata Allah dari bangkai ini.”

Tapi Subhanallah, kita lebih senang berebut bangkai. Kita lebih senang berebut dengan sesuatu yang lebih hina daripada sayap nyamuk lalu kita lupakan kesenangan yang selama-lamanya abadi dalam kehidupan surga.

Maka Ummatal Islam.. Sabarlah di dunia sebentar, daripada sabar kita dalam api neraka. Karena kesabaran dalam api neraka sudah tidak ada guna lagi.

إِنَّ اللَّـهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

 اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ

عباد الله:

إِنَّ اللَّـهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
فَاذْكُرُوا الله العَظِيْمَ يَذْكُرْكُم، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُم، ولذِكرُ الله أكبَر.

Mp3 Khutbah Jumat Menyentuh Hati Tentang Kegembiraan dan Kesedihan Seorang Muslim

 

 

Sumber audio: Masjid Al-Amin Samarinda – Khutbah Jum’at I Tanda dirahmati Allah I Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc.

Jangan lupa untuk ikut membagikan teks khutbah Jumat menyentuh hati ini, kepada saudara Muslimin kita baik itu melalui Facebook, Twitter, atau yang lainnya. Semoga khutbah jumat menyentuh hati ini bisa menjadi pembuka pintu kebaikan bagi kita semua.

Komentar

WORDPRESS: 1
  • comment-avatar
    Ruyanto 3 tahun ago

    subhanalloh…tek hutbahnya sangat bagus dan menyentuh hati sanubari.”” terimakasih semoga menjadi amal baik yang menghantar kita semua ke surganya Allah swt.

  • DISQUS: 0