Khutbah Jum’at “Meraih Kebahagiaan Dunia dan Akhirat” – Ustadz Farhan Abu Furaihan

Tulisan tentang “Meraih Kebahagiaan Dunia & Akhirat” ini adalah apa yang bisa kami ketik dari Khutbah Jum’at yang disampaikan oleh Ustadz Farhan Abu Furaihan Hafidzahullahu Ta’ala.

Khutbah Pertama Tentang Meraih Kebahagiaan Dunia & Akhirat

إن الحمد لله، نحمدُه وَتَعَالَى ونستعينُه ونستغفرُه وَنَتُوبُ إِلَيْهِ ونعوذُ باللهِ من سرورِ أنفسنا ومن سيئات أعمالنا من يهدِه الله فلا مضلَّ له، ومن يضلِلْ فلا هادي له

وأشهدُ أنْ لا إله إلا الله وحده لا شريكَ له، وأشهدُ أن محمداً عبده ورسوله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى ألهِ وَصْحبِهِ وَسَلّمَ تسْلِيماً كثيرًَا

يَقُولُ رَبّناَ جَلا وَعلاء في كِتاَبهِ الكَرِيم يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

وَيَقُولُ رَبّناَ جَلا وَعَزْ يٰۤـاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوۡا رَبَّكُمُ الَّذِىۡ خَلَقَكُمۡ مِّنۡ نَّفۡسٍ وَّاحِدَةٍ وَّخَلَقَ مِنۡهَا زَوۡجَهَا وَبَثَّ مِنۡهُمَا رِجَالًا كَثِيۡرًا وَّنِسَآءً‌ ۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِىۡ تَسَآءَلُوۡنَ بِهٖ وَالۡاَرۡحَامَ‌ ؕ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلَيۡكُمۡ رَقِيۡبًا

وَيَقُولُ رَبّناَ جَلا جلاله يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا, أمَّا بعد

فإن اصدقَ الحديث كَلَامُ الله وخيرَ الهدي هدي نَبِيِّناَ محمد صلى الله عليه وسلم وشرَّ الأمورِ محدثاتُها فإن كلَّ محدثة بدعةٌ وكلَّ بدعة ضلالةٌ وكلَّ ضلالة في النار

عِبَادَالله

Sidang jama’ah sholat jum’at rahimani wa rahimakumullah.

Setiap insan yang hidup di dunia ini tentu akan menginginkan kesuksesan yang abadi, kebahagiaan yang sempurna, kebahagiaan dunia dan akhirat. Akan tetapi kebanyakan mereka seperti yang dikatakan oleh seorang pepatah Arab, di dalam pepatahnya:

تَرْجُوْ النَّجَاةَ وَلَمْ تَسْلُكْ مَسَالِكَهَا فَإِِنَّ السَّفِينَةَ لَمْ تَجْرِي عَلَى الْيَبْسِ

“Engkau menginginkan kesuksesan (engkau menginginkan kebahagiaan) tetapi engkau enggan menempuh jalannya karena yang namanya kapal tidak akan mungkin berlayar diatas daratan.”

Maka kesuksesan/ kebahagiaan dunia dan akhirat tidak akan mungkin kita raih dan kita peroleh tanpa pengorbanan dan perjuangan yang sangat besar disisi Allahu Jalla Wa’ala. Demikianlah kesuksesan, tidak akan mungkin kita meraihnya/ kita memperolehnya tanpa pengorbanan dan perjuangan. Setiap kesuksesan dan kebahagiaan pasti membutuhkan pengorbanan dan perjuangan yang tidak mengenal lelah dan pantang mundur. Akan tetapi apa itu kesuksesan yang sesungguhnya? Apa itu kebahagiaan yang abadi/ yang hakiki?

1. Harta Bukanlah Standar Kesuksesan/ Kebahagiaan

Di antara manusia ada yang menganggap sebuah kesuksesan itu tatkala dia memperoleh tahta/ jabatan yang tinggi dan banyak. Di antara manusia ada yang menganggap bahwa standar kesuksesan itu tatkala dia memiliki harta yang berlimpah ruah. Dan ada pula di antara manusia yang menganggap bahwa standar kesuksesan itu tatkala dia memiliki kekuatan dan kekuasaan.

Maka barangsiapa yang menganggap standar kesuksesan itu dengan harta yang berlimpah ruah maka kesudahan dan akhir perjalanan Karun merupakan sebaik-baik pelajaran untuknya. Dimana Karun adalah seorang hamba yang memiliki harta yang berlimpah ruah sampai-sampai Allah berfirman:

إِنَّ قَٰرُونَ كَانَ مِن قَوْمِ مُوسَىٰ فَبَغَىٰ عَلَيْهِمْ ۖ وَءَاتَيْنَٰهُ مِنَ ٱلْكُنُوزِ مَآ إِنَّ مَفَاتِحَهُۥ لَتَنُوٓأُ بِٱلْعُصْبَةِ أُو۟لِى ٱلْقُوَّةِ إِذْ قَالَ لَهُۥ قَوْمُهُۥ لَا تَفْرَحْ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلْفَرِحِينَ

Sesungguhnya Karun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: “Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri”.” (QS. Al-Qashash[28]: 76)

Sesungguhnya Si Karun itu, dia termasuk kaum dari Nabi Musa, tetapi dia sombong dan congkak kepada Nabi Musa. Dia memiliki harta yang berlimpah ruah. Kunci hartanya yang terbuat dari emas hanya mampu diangkat oleh sembilan orang terkuat di dunia dimasa itu. Bayangin.. Kira-kira bagaimana kekayaanya? Kuncinya saja/ gembok gudang kekayaan Karun yang terbuat dari emas itu hanya mampu diangkat oleh sembilan orang terkuat di dunia. Tapi karena dia tidak taat kepada Allah, tidak taat kepada Rosulnya dia menyangka bahwa harta adalah segala-galanya. Maka tatkala dia jauh dari Allah, Allah berfirman:

…فَخَسَفْنَا بِهِۦ وَبِدَارِهِ ٱلْأَرْضَ

Maka Kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi…” (QS. Al-Qashash[28]: 81)

Ketika Karun sedang memamerkan harta yang berlimpah ruah, perhiasan-perhiasan yang dia miliki Allah perintahkan bumi untuk menggoncangkan bumi sehingga bumi dan tanah yang dipijak oleh Karun terbelah! Dan Karun bersama istananya terbenam dan ditenggelamkan oleh Allah kedalam tanah hidup-hidup.

Subhanallah.. secara akal? tidak masuk akal. Secara logika? tidak logis. Tetapi tidak ada yang tidak logis bagi Allah karena,

إِنَّمَآ أَمْرُهُۥٓ إِذَآ أَرَادَ شَيْـًٔا أَن يَقُولَ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ

Kalau Allah ingin berkehendak, Allah hanya menyatakan: “Jadilah” maka pasti terjadi (apa yang diinginkan oleh Allah subhanahu wata’ala).” (QS. Yaasin[36]: 82)

Allah memerintahkan bumi untuk menelan Karun hidup-hidup bersama istananya padahal disampingnya ada masyarakat yang lain, padahal dalam ayat tersebut Allah menerangkan bahwa Karun bersama masyarakatnya ketika terjadi gempa rupanya hanya gempa lokal yang ditelan oleh bumi hanya Karun dan istananya. Secara akal tidak masuk akal tetapi kalau Allah sudah berkehendak Allah hanya menyatakan “Kun” jadilah! maka pasti terjadi! tidak ada yang mampu menghentikan dan tidak ada yang mampu mengelak dan berlari darinya.

Maka kesudahan Karun sebaik-baik pelajaran bahwa harta bukanlah segala-galanya, bahwa harta bukanlah standar kesuksesan dan kebahagiaan.

2. Kekuatan dan Kekuasaan Bukanlah Standar Kesuksesan/ Kebahagiaan

Dan barangsiapa yang menganggap bahwa kekuatan dan kekuasaan merupakan segala-galanya dan standar kesuksesan maka akhir hayat perjalanan Fir’aun sebaik-baik peringatan dan pelajaran bagi kita semua. Nabi Musa diberikan mukjizat oleh Allah:

…فَوَكَزَهُۥ مُوسَىٰ فَقَضَىٰ عَلَيْهِ…

“…Lalu Musa meninjunya, dan matilah musuhnya itu…” (QS. Al-Qashash[28]: 15)

Sekali nempeleng/ sekali nampar orang langsung siapkan kuburannya, bukan mobil ambulan, ini kekuatan Nabi Musa. Berhadapan dengan Fir’aun

…فَخَرَجَ مِنْهَا خَاۤىِٕفًا يَّتَرَقَّبُ

Maka keluarlah Musa dari kota itu dengan rasa takut...” (QS. Al-Qashash[28]: 21)

Musa harus keluar dari Mesir, Musa lari dari Mesir menunjukan Fir’aun memiliki kekuatan dan kekuasaan yang luar biasa. Sampai-sampai dia (Fir’aun) berkata kepada menterinya:

(37) …يَا هَامَانُ ابْنِ لِي صَرْحًا لَعَلِّي أَبْلُغُ الْأَسْبَابَ (36) أَسْبَابَ السَّمَاوَاتِ فَأَطَّلِعَ إِلَى إِلَهِ مُوسَى …

“…Wahai menteriku Hamman, buatkan untuku Piramida (buatkan untuku tangga), saya mau ke langit saya mau jumpa dengan Tuhannya Musa...” (QS. Al-Mu’minun[23]: 36-37)

Begitu sombongnya Fir’aun. Sampai-sampai dia (Fir’aun) berkata:

أَنَا رَبُّكُمُ الْأَعْلَى…

“…Aku Tuhan yang paling tinggi di muka bumi ini”. (QS. An-Nazi’at[79]: 24)

Karena memang kekuasaan seluruh dunia dimasa itu berada di tangannya. Bukan hanya satu Gunung Selawak, tapi seluruh dunia berada di dalam kekuasaannya Fir’aun sehingga dia sombong.

Apa yang terjadi? Allah matikan dia di tengah-tengah laut hidup-hidup dan Allah damparkan/ campakan mayatnya ke atas darat. Pasukannya semuanya tenggelam tidak didapatkan jasadnya. Khusus Fir’aun Allah tenggelamkan kemudian Allah campakan ke darat dari tengah laut. Secara logika tidak masuk akal. Tetapi ini kekuasaan Allah!

3. Jabatan Bukanlah Standar Kesuksesan/ Kebahagiaan

Dan barang siapa yang menganggap bahwa jabatan yang diperoleh dari orang yang memiliki kekuasaan merupakan standar kesuksesan, maka kesudahan Hamman menterinya Fir’aun sebaik-baik pelajaran dan peringatan kepada kita semua.

Rupanya tiga perkara di atas yang mayoritas manusia menilai dan menganggap sebagai standar kesuksesan dan kebahagiaan rupanya menurut Al-Quranul Karim/ menurut Hadist-Hadist Nabi itu bukanlah standar kesuksesan dan kebahagiaan.

Lantas apa standar kesuksesan? apa standar kebahagiaan menurut Al-Quranul Karim/ menurut Sunnah Nabi Shollallahu ‘alaihi wasallam? Allah berfirman di dalam surat Al-Ahzab halaman terakhir

وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا…

“…Barangsiapa yang selalu taat kepada Allah dan Rosul-Nya (apapun profesinya, apapun pangkatnya dia tetap taat kepada Allah taat kepada Rosul-Nya) maka sungguh dialah orang yang telah meraih kesuksesan yang besar.” (QS. Al-Ahzab[33]: 71)

Dalam surat Ali ‘Imron Allahu Jalla Wa’ala berfirman:

كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ ۖ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدْخِلَ ٱلْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلْغُرُورِ

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan” (QS. Ali-Imron[3]: 185)

“Setiap yang bernyawa pasti akan mati,” demikian Allah tegaskan. Tetapi kematian kita takut ataukah tidak, kita akan berlari ataukah tidak darinya, dia sesuatu yang pasti. Bukan itu yang paling menakutkan kita, tetapi kematian yang pasti tersebut dia selalu menghantui. Tidak dapat diprediksi dan dia tidak pandang bulu antara seorang yang Jendral ataukah Prada, seorang yang masih muda ataukah sudah tua, berpangkat Jendral ataukah berpangkat Prada. Malaikat Maut tidak pandang bulu dan tidak membeda-bedakan. Allah berfirman:

أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكُكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ

Dimanapun kalian bersembunyi, kematian, Malaikat Maut akan mencabut Ruh kamu sekalipun kamu bersembunyi dibelakang benteng-benteng yang sangat kokoh” (QS. An-Nisa’[4]: 78)

Demikian Allah katakan. Boleh saja kita menggunakan pakaian anti-peluru, kita menggunakan kendaraan-kendaraan anti-peluru, otot kita yang sangat kuat. Malaikat Maut tidak kenal anti-peluru, Malaikat Maut tidak pandang bulu.

Seorang yang kuat ataukah lemah, sudah tua ataukah masih muda, sudah pensiun ataukah belum, berpangkat Jendal ataukah Prada, tidak pandang bulu.

Kemanapun kita bersembunyi, pelor-pelor yang keluar sudah ada nama masing-masing. Setiap pelor yang keluar didalam peperangan itu sudah tertulis kemana arahnya, ke kepala siapa, ke paha siapa, perut siapa, namanya sudah tertulis. Bisa jadi seorang profesinya seorang militer tetapi meninggal dunianya di atas tempat tidur, bukan di medan perang.

Khalid bin Walid, panglima perang sebelum masuk Islam dan setelah masuk Islam, dibagian tubuh beliau sangat banyak bekas senjata-senjata di medan perang. Tubuh beliau banyak luka, beliau selalu berperang sebelum Islam dan setelah Islam, tetapi meninggalnya di atas tempat tidur, bukan di medan perang. Kenapa? Karena pelor-pelor yang keluar di dalam perang itu sudah ada nama masing-masing, tidak akan meleset dan tidak akan tertukar!

Allah menyatakan “Kemanapun kalian bersembunyi, kematian, Malaikat Maut akan tetap mencabut Ruh kamu secara tiba-tiba”. Na’udzubillah..

Malaikat Maut datang kamu sedang minum minuman keras, Malaikat maut datang kamu masih “Dugem” di bioskop-bioskop, kamu sedang dugem di dalam diskotik-diskotik. Malaikat Maut datang kamu sedang berzina.. Na’udzubillah!

Dimanapun kamu bersembunyi, Malaikat Maut akan datang mencabut nyawamu secara tiba-tiba tanpa alamat, tanpa pemberitahuan, tanpa surat terlebih dahulu, tanpa surat peringatan sekalipun kalian sedang bersembunyi di belakang benteng-benteng yang sangat kokoh.

…وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ ۖ …

“…Pada Hari Kiamat semua kalian mendapatkan balasan sesuai dengan perbuatan di dunia...” (QS. Ali-Imron[3]: 185).

Ini yang lebih mengerikan.. Adapun kematian, kita takut ataukah tidak dia tetap datang dan pasti terjadi. Tetapi yang menakutkan kita perjalanan setelah kematian. Karena kematian bukanlah perjalanan akhir kita.

Perjalanan yang sedang kita lakukan di dunia ini, ini adalah fase ke-dua setelah fase perjalanan kita di dalam rahim ibu kita. Setelah kehidupan dunia ini masih ada lagi kehidupan yang sangat panjang Alam Barzakh di dalam kubur. Kita bisa jadi ribuan tahun, jutaan tahun di dalamnya kita hanya menerima nikmat atau merasakan azab. Tidak ada kesempatan untuk bertobat, sekalipun kita menangis mengeluarkan air mata darah.

Setelah Alam Barzakh ada Hari Kiamat, hari dibangkitkan, matahari satu jengkal diatas kepala kita. Semua kita tidak berpakaian sehelaipun, tidak beralas kaki, dan belum disunat.

Setelah itu akan ada Hisab menunggu ditimbangkannya amalan antara amalan yang baik dengan kejelekan. Setelah perhitungan setelah itu akan ada perintah mengambil lembaran-lembaran catatan amal.

Setelah itu juga belum selesai, masih ada perintah untuk melewati As Siroth, sebuah jembatan yang kata sahabat Abu Musa lebih tipis daripada rambut dan lebih tajam daripada pedang samurai, dibawahnya api neraka yang menyala-nyala. Siapa yang mampu melintasnya? Saya dan anda semua belum ada jaminan mampu melewati jembatan tersebut.

Saya (Khotib) yang sedang berbicara dan anda semua tidak ada jaminan, tidak ada ayat dan hadist yang menyebutkan nama saya dan anda semua pasti melewatinya. Kita hanya mampu berdoa kepada Allah dan mengumpulkan bekal yaitu iman dan ketaqwaan. Karena Allah menyatakan:

…ثُمَّ نُنَجِّي الَّذِينَ اتَّقَوْا

Hanya orang-orang yang beriman dan bertaqwa yang mampu melewati (melintasi jembatan tersebut)…”(QS. Maryam[19]: 72)

(Yakni) yang lebih tipis daripada rambut dan lebih tajam daripada pedang samurai, di bawahnya api neraka yang menyala-nyala.

Setelah itu akan ada A’rof, sebagian mereka ditahan antara syurga dan neraka sampai ditegakan Qishash terhadap dirinya. Setelah itu barulah Al-Jannatu wan Nar (Syurga dan Neraka).

Tahukah anda azab siksaan yang paling ringan di dalam api neraka? Rosulullah bersabda:

إِنَّ أَهْوَنَ أَهْلِ النَّارِ عَذَابًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَرَجُلٌ تُوضَعُ فِي أَخْمَصِ قَدَمَيْهِ جَمْرَتَانِ ، يَغْلِي مِنْهُمَا دِمَاغُهُ

Sungguh siksa yang paling ringan bagi penduduk neraka di hari kiamat adalah seseorang yang diletakkan di ujung kedua tumitnya dua bara api yang dapat mendidihkan otaknya.” (HR. Muslim)

Jama’ah (ibadallah)…

Cermati baik-baik ini hadist Nabi. Nabi memberitakan kepada kita siksaan yang paling ringan di dalam neraka (bukan yang paling keras), Nabi katakan: “Seorang hamba yang diletakan dua bara api di bawah kakinya (baru diletakan dua bara api belum diminumkan nanah penghuni neraka, belum dituangkan ke dalam mulutnya air yang mendidih, dia belum dicelup kedalam api baru diletakan dua bara api di bawah kakinya), otaknya meleleh dan meletus”. Dia pun menyangka bahwa dirinya penghuni yang paling keras siksaanya, padahal dia adalah penghuni yang paling ringan siksaanya. Ini yang paling ringanya.

Dan satu hari dalam neraka Allah paling pendeknya:

كَأَلْفِ سَنَةٍ مِمَّا تَعُدُّونَ…

“…Seperti seribu tahun di dunia ini” (QS. Al-Hajj[22]: 47)

Berarti kalau kita sempat singgah dalam neraka seminggu saja, berarti kita telah disiksa selama tujuh ribu tahun. Subhanallah…

Sebagian hari yang lain dalam neraka Allah:

خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ

(Satu harinya seperti) lima puluh ribu tahun di dunia ini” (QS. Al-Ma’arij[70]: 4)

Masihkah kita berani meremehkan neraka Allah? masihkah kita berani bermain-main dengan api neraka? Saudara kita mengajak sholat, malah kita jawab: “kamu aja yang ke syurga, saya mau ke neraka. Apa urusan lu? gua masuk neraka bukan lu yang masuk neraka. Lu mau masuk syurga silahkan pergi, gua mau masuk neraka” Laa haula wala kuwwata illa billah!

Kesombongan dan kecongkakan kepada Allahu Jalla Wa’ala.

أقول قولي هذا واستغفره إنه هو الغفور الرحيم

Khutbah Kedua Tentang Meraih Kebahagiaan Dunia & Akhirat

الْحَمْدُ لله الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ، لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ ولَوْ كرهَ الكافرُون ولَوْ كرهَ المُشْركُون

أشهدُ أنْ لا إله إلا الله وحده لا شريكَ له عكرارًبِهِ وتوحيدَا، وأشهدُ أن محمداً عبده ورسوله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى ألهِ وَصْحبِهِ وَسَلّمَ تسْلِيماً كثيرًَا, أمَّا بعد,

عِبَادَالله, أُوْصِيْ نَّفْسِي وَاياَكم بِتَقْوالله فَقَد فَازالمتقون, يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَقُولُ رَبّناَ جَلا وَعلاء إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كما صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كما,باركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ, اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ

اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا، وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلاً، وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ

اللّهمَّ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِوَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

…وَأَقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: