Khutbah Jumat Singkat Tentang Kenapa Harus Istiqomah Setelah Ramadhan?

Khutbah Jumat Singkat Tentang Kenapa Harus Istiqomah Setelah Ramadhan?

Berikut ini adalah Khutbah Jumat dengan tema “Kenapa Harus Istiqomah Setelah Ramadhan?“ yang disampaikan oleh Ustadz Ahmad Zainuddin Al Banjary, Lc. Download file PDFnya di: t.me/ngajiID/15

Khutbah Pertama – Kenapa Harus istiqomah Setelah Ramadhan?

Wahai kaum muslimin..

Khatib mmewasiatkan agar senantiasa bertakwa kepada Allah. Sungguh hanya orang-orang yang yang mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya:

Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah Subhanahu wa Ta’ala akan langsung memberikan kepadanya jalan keluar dan rezeki dari arah yang dia tidak sangka-sangka.” (QS. Ath-Thalaq: 2-3)

Saudara-saudara kaum muslimin yang saya cintai karena Allah.. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa selalu merahmati kita di dunia dan di akhirat.

Musim memperbanyak ketaatan yaitu bulan Ramadhan Mubarak telah lewat, akan tetapi mengerjakan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak pernah berhenti sampai ajal menjemput. Oleh karenanya khutbah pada kesempatan kali ini berkaitan dengan kenapa harus istiqomah setelah Ramadhan? Mengapa harus istiqomah setelah Ramadhan.

1. Batasnya adalah kematian

Jawaban yang pertama, karena bagi seorang muslim tidak ada batas dalam beribadah untuk mengerjakan amal shalih, mengerjakan yang wajib, menjauhi yang dilarang, tidak ada batas untuk beribadah kepada Allah kecuali kematian. Sebagaimana yang dikatakan oleh seorang tabi’in terkenal, Al-Hasan bin Yasar Al-Bashri yang hidup di zaman kibarus shahabah, perah melihat Utsman bin Affan, belajar kepada Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu, wafat pada tahun 110 Hijriyah, seorang alim dari Ahlus Sunnah. Beliau mengatakan:

فإن الله لم يجعل لعمل المؤمن أجلاً دون الموت ،قال الله تعالى {وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ }

“Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala belum menjadikan untuk amal ibadah seorang mukmin batas sebelum dia meninggal (Tidak ada batas/finish/terakhir dalam beramal ibadah bagi seorang muslim sebelum dia meninggal), hal ini sebagaimana disebutkan oleh Allah dalam surat Al-Hijr ayat 99: ‘dan beribadahlah kepada Rabbmu sampai datang keyakinan (yaitu kematian yang yakin)‘”

Oleh sebab inilah kita sering membaca ayat dalam surat Asy-Syarh, yaitu:

فَإِذَا فَرَغْتَ فَانصَبْ ﴿٧﴾

Jika engkau telah selesai, maka berdirilah.”

Lihat tafsiran para sahabat, para tabi’in, ketika menafsirkan ayat ini. Diantaranya Abdullah bin Masud Radhiyallahu ‘Anhu mengatakan:

إذا فرغت من الفرائض فانصب في قيام الليل

“Jika engkau telah selesai melaksanakan shalat-shalat wajib, maka jangan berhenti sampai disitu. Teruslah beribadah mengerjakan amalan-amalan sunnah dari shalat tahajud dan shalat witir.”

Dan sangat ironis ketika seseorang di dalam bulan Ramadhan digembleng oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala selama sebulan untuk terbiasa shalat malam dengan mengerjakan shalat tarawih dan shalat witir tetapi ternyata malam pertama dia meninggalkan shalat malam adalah malam lebaran, malam takbiran, sudah lupa dengan qiyamul lail, sudah lupa dengan shalat witir walau hanya dengan satu rakaat. Abdullah bin Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma menafsiri ayat ini:

فإذا فرغت من الصلاة فانصب فى الدعاء

“Jika engkau telah selesai mengerjakan shalat-shalatmu, maka berdoalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.”

Tidak terputus ibadah sampai ajal menjemput. Sebagaimana perkataan Al-Hasan Al-Bashri Rahimahullah. Begitu juga Imam Al-Hasan Al-Bashri dan Imam Qatadah mengatakan:

فإذا فرغت من الجهاد فانصب في العبادة

“Jika engkau telah selesai berjihad (masih capek atau mungkin masih luka) akan tetapi telah selesai berjihad, maka bangunlah untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.”

Mangkanya Imam Ahmad Rahimahullah seorang ulama Islam abad ke-3 Hijriyah dari Baghdad, beliau wafat pada tahun 241 Hijriah. Beliau ditanya: “Wahai Imam, kapan ada waktu istirahat di dunia ini?” Maka beliau menjawab:

عند أول قدم يضعها في الجنة

“Istirahat yang hakiki bagi seorang mukmin adalah saat ia meletakkan telapak kaki pertamanya di dalam surgaNya Allah Subhanahu wa Ta’ala.”

Maka pada saat itu tidak ada istirahat yang hakiki kecuali di sana. Sedangkan di dunia, penuh dengan kesulitan, penuh dengan ibadah, penuh dengan ketaatan, sampai ajal menjemput.

2. istiqomah adalah perintah Allah

Sebab yang kedua, kenapa harus istiqomah setelah bulan Ramadhan? Karena istiqomah adalah perintah Allah dan RasulNya صلوات ربي وسلامه وبركاته عليه. Dan kaidah mengatakan:

ﺍﻷﺻﻞ ﻓﻲ ﺍﻷﻣﺮ ﻟﻠﻮﺟﻮﺏ

“Asal hukum perintah menunjukkan kepada kewajiban.”

Dan kewajiban adalah segala sesuatu yang diperintahkan oleh syariat dengan perintah yang keras dan diancam siksa bagi siapa yang meninggalkannya. Maka siapa yang menyimpang, tidak taat, bermaksiat setelah Ramadhan, maka berarti dia tidak istiqomah, berarti dia diancam siksa. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di dalam surat Hud ayat 112:

فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَن تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا…

“Maka istiqamahlah terus (wahai Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam) sebagaimana diperintahkan kepadamu dan juga kepada orang-orang yang bersamamu dan janganlah engkau menyimpang..”

Setelah Ramadhan, wajar kalau seandainya di dalam bulan Ramadhan, seseorang khatam sekian kali di dalam bulan Ramadhan dari bacaan Al-Qur’an, wajar kalau seandainya 10 malam terakhir bulan Ramadhan seseorang memperbanyak kualitas dan kuantitas ibadah. Kemudian setelah Ramadhan berkurang itu wajar. Akan tetapi yang tidak wajar adalah benar-benar terputus sampai sekarang hari yang ke-10 dari bulan Syawal. Siapa yang sudah lupa dengan Al-Qur’annya, siapa yang matanya di hari yang ke-10 ini belum juga melihatkan ke dalam mushafnya, maka ini yang tercela. Makanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda bahwa sebaik-baik amalan adalah:

أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ

“Yang selalu dikerjakan meskipun dia sedikit.”

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman di dalam surat Asy-Syu’ara:

… فَادْعُ ۖ وَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ…

“Maka berdoalah dalam istiqomahlah di dalam berdoa sebagaimana engkau diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.”

Bahkan istiqomah adalah diperintah oleh Allah untuk para Nabi. Diantaranya Nabi Musa dan saudaranya Harun ‘Alaihis Salam. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

قَالَ قَدْ أُجِيبَت دَّعْوَتُكُمَا فَاسْتَقِيمَا

Sungguh doa kalian berdua wahai Musa dan Harun ‘Alaihis Salam telah dikabulkan oleh Allah, maka beristiqamahlah kalian berdua.” (QS. Yunus[10]: 89)

Wahai kaum muslimin..

Istiqamah ada dua rukun, sebagaimana disebutkan oleh Allah dalam surat Ali-Imran ayat 102. Siapa yang ingin istiqomah, tetapi tidak mengumpulkan dua rukun ini, maka dia tidak akan pernah istiqomah. Yang pertama:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّـهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ ﴿١٠٢﴾

Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah dengan sebenar-benar takwa, beribadah yang benar sesuai petunjuk Rasul, bukan dengan bid’ah, bukan dengan kesyirikan. (Yang kedua, selalu beribadah), jangan sekali-kali kau mati kecuali dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali-Imran[3]: 102)

Itulah dua rukun istiqomah..

Wahai kaum muslimin..

Keistiqamahan mendatangkan keistimewaan. Yaitu seseorang akan mati di dalam keadaan yang baik. Sebagaimana disebutkan oleh Allah dalam surat Fussilat ayat 30 dan juga surat Al-Ahqaf ayat 13:

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّـهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ ﴿٣٠﴾

Sesungguhnya orang-orang yang mengucapkan Rabb kami adalah Allah kemudian mereka istiqomah, apa yang terjadi kepada mereka? Saat sakaratul maut sebagian orang tersenyum, kenapa? Karena pada saat itu Malaikat datang kemudian mengatakan:

وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ

Bergembiralah engkau wahai si mayat yang istiqomah dengan surga yang dijanjikan untuk kalian.” (QS. Fussilat[41]: 30)

3. Kita tidak tahu apakah amal kita diterima oleh Allah atau tidak

Jawaban yang ketiga, kenapa harus istiqamah setelah Ramadhan? Karena sebesar apapun amalan yang kita kerjakan, kita tidak mengetahui apakah amal kita diterima oleh Allah. Seberat apapun puasa yang kita lakukan, kita tidak mengetahui amal kita diterima oleh Allah atau tidak atau bahkan dijadikan dalam hadits riwayat Imam Ibnu Khuzaimah:

رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الْجُوعُ وَالْعَطَشُ

“Berapa banyak orang yang berpuasa bagian dari puasanya cuma lapar dan haus.”

Kita tidak tahu apakah khataman Al-Qur’an kita sekitar 5, 4 atau 6 kali ketika bulan Ramadhan terutama 10 hari terakhir bulan Ramadhan diterima atau tidak. Kita tidak tahu apakah membukakan puasa kita berjuta-juta bahkan puluhan juta bahkan ratusan juta membukakan puasa kita diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ingat, amalan diterima atau tidak hanya ada di tangan Allah. Makanya sikap orang-orang shalih dari mulai para Nabi, ulul ‘azmi, mereka kalau sudah beramal, di dalam hati mereka ada rasa takut amal mereka tidak diterima oleh Allah. Dan ini kebiasaan para Nabi, para Rasul dan orang-orang shalih.

Lihat Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam, beliau berdoa:

رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِن ذُرِّيَّتِي ۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ ﴿٤٠﴾

Yaa Allah, jadikan aku dan keturunanku orang-orang yang mendirikan shalat, wahai Rabb kami terima dari kami.” (QS. Ibrahim[14]: 40)

Lihat, minta diterima. Padahal siapa beliau? Khalilullah (kekasih Allah terdekat) yang pasti amalannya diterima. Akan tetapi tetap minta diterima amal ibadahnya. Beliau juga disebutkan dalam surat dalam surat Al-Baqarah, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْمَاعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا ۖ إِنَّكَ أَنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ ﴿١٢٧﴾

Dan ingatlah ketika Ibrahim ‘Alaihis Salam dan Ismail ‘Alaihis Salam membangun kembali pondasi Ka’bah yang mau runtuh yang hampir rata dengan tanah

Lihat, amalannya mulia. Membangun Ka’bah di tempat yang mulia di Makkah Al-Mukaromah, dilakukan oleh yang mulia Ibrahim ‘Alaihis Salam dan Ismail ‘Alaihis Salam. Meskipun demikian, masih tetap minta agar diterima amal ibadahnya oleh Allah. Apalagi kita yang tidak ada legalitas sama sekali surga, tidak ada legalitas sama sekali kekasih Allah, tidak ada legalitas sama sekali amalnya bagus, beliau masih minta:

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا

Wahai Rabb kami, terima dari kami amal ibadah kami.

Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, orang yang diampuni dosanya baik yang telah lalu maupun yang akan datang, orang yang tidaklah pintu surga dibuka sampai beliau minta dibukakan pintu surga, orang yang merupakan pemimpin anak Adam, beliau masih sempat berdoa:

رَبِّ تَقَبَّلْ تَوْبَتِي

“Yaa Allah, terima dariku taubatku.” (HR. Tirmidzi)

Maka, ini sebab kenapa kita senantiasa beribadah istiqomah di dalam bulan Ramadhan. Karena kita tidak tahu apakah amal ibadah kita yang berkeringat, yang keluar puluhan juta, yang tertetes darah, diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ”Anhu pernah berkata:

كونوا لقبول العمل أشد اهتماما منكم بالعمل ألم تسمعوا الله عز وجل يقول: {إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ}.

“Jadilah kalian untuk diterimanya amal ibadah lebih perhatian dibandingkan beramal itu sendiri. Jangan pernah ujub, jangan pernah mereka sudah banyak amal, karena hanya hak Allah seseorang diterima amal ibadahnya atau tidak. Allah Subhanahu wa Ta’ala yang pantas menerima apakah amal ibadah tersebut diterima atau tidak, apakah kalian tidak mendengar Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam surah Al-Maidah: ‘Sesungguhnya Allah hanya menerima dari orang-orang yang bertakwa.'”

Oleh karenanya Bisyr Al-Hafi, seorang ulama tabi’in, beliau berkata ketika ada yang bertanya kepada beliau: “Sesungguhnya ada orang-orang yang cuma semangat ibadah di dalam bulan Ramadhan, cuma ke masjid dalam bulan Ramadhan saja, cuma baca Qur’an dalam bulan Ramadhan saja, berjamaah dalam bulan Ramadhan saja” Maka beliau mengatakan:

بئس القوم قوم يعرفون الله حقًا إلاّ في رمضان

“Sungguh buruk suatu kaum yang mengenal hak-hak Allah hanya di dalam bulan Ramadhan saja.”

Ahibbati Hafidzakumullahu Ta’ala..

4. Yang menjadi ukuran adalah akhirnya

Sebab yang keempat, kenapa seorang wajib istiqomah setelah bulan Ramadhan? Karena yang menjadi ukuran bagi seorang muslim adalah akhir hidupnya, bukan awal hidupnya. Bagaimana seseorang di akhir hidupnya, apakah dia dalam ibadah atau tidak. Lihat hadits riwayat Imam Tirmidzi, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدٍ خَيْرًا عَسَّلَهُ

“Sesungguhnya Allah jika menginginkan untuk seorang hamba kebaikan, Allah akan memaniskan hidupnya.”

Para sahabat bertanya:

وَكَيْفَ يَا رَسُولَ اللَّهِ يُعَسِّلُهُ ؟

“Bagaimana Allah memaniskan hidupnya, wahai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam?”

يُوَفِّقُهُ لِعَمَلٍ صَالِحٍ قَبْلَ مَوْتِهِ

“Allah akan memberikan petunjuk kepada orang tersebut untuk beramal ibadah sebelum dia meninggal.” (HR. Ath-Thabrani)

Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda dalam hadits dari Sahl bin Sa’ad As-Sa’idi, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِنَّ العَبْدَ لَيَعْمَلُ عَمَلَ أَهْلِ النَّارِ وَإِنَّهُ مِنْ أَهْلِ الجَنَّةِ ، وَيَعْمَلُ عَمَلَ أَهْلِ الجَنَّةِ وَإِنَّهُ مِنْ أَهْلِ النَّارِ ، وَإِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالخَوَاتِيمِ

“Ada orang yang beramal penghuni neraka tetapi ternyata dia penghuni surga. Ada orang yang beramal penghuni surga tetapi ternyata dia penghuni neraka.”

Wahai kaum muslimin, anda tahu hadits ini kenapa keluar seperti itu? Karena ada orang yang berjihad, pemberani, semangat, tetapi ternyata ketika dia luka, maka dia tidak tahan. Akhirnya dia bunuh diri, dia meletakkan ujung pedangnya di tengah-tengah dadanya kemudian ujung pedang tersebut masuk ke dalam punggungnya. Maka perhatikan baik-baik.

وَإِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالخَوَاتِيمِ

“Sesungguhnya amalan tergantung pada akhirnya.”

Ini yang menyebabkan kita senantiasa wajib istiqomah setelah bulan Ramadhan.

Khutbah kedua – Kenapa Harus istiqomah Setelah Ramadhan?

Wahai kaum muslimin.. Khatib mewasiatkan agar senantiasa bertakwa kepada Allah. Bertakwalah dengan mengerjakan seluruh perintah Allah, bertakwalah dengan menjauhi seluruh larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan beribadahlah kepada Rabbmu sampai datang kematian.”

Video Kenapa Harus istiqomah Setelah Ramadhan?

Sumber video: Yufid TV – Khutbah Jumat: Kenapa Harus Istiqomah Setelah Ramadhan? – Ustadz Ahmad Zainuddin, Lc.

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: