Kiat-Kiat Memperindah Hubungan Dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala

Kiat-Kiat Memperindah Hubungan Dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala

Kiat-Kiat Memperindah Hubungan Dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala ini adalah apa yang bisa kami ketik dari tabligh akbar yang disampaikan oleh Syaikh Prof. Dr. Sa’ad Asy-Syatsri Hafidzahullahu Ta’ala.

A. Mukaddimah Tabligh Akbar Menjalin Hubungan Terbaik Dengan Allah Ta’ala
B. Kenapa Kita Harus Memperindah Hubungan Dengan Allah?
C. Cara Memperindah Hubungan Dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala

D. Kiat-kiat yang memperindah hubungan dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala

1. Tidak takut kecuali hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala

Menit ke-1:16:08 Para hadirin yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, diantara kiat-kiat yang bisa memperindah hubungan kita dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah kita tidak takut kecuali hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jangan sampai kita takut kepada orang-orang yang memiliki kekuatan yang besar, jangan sampai kita takut kepada para raja-raja, kepada para penguasa. Tidaklah kita takut kepada mereka kecuali kita takut kalau Allah menjadikan mereka bisa mengalahkan kita, kita takut kalau Allah menjadikan mereka menguasai kita.

Tatkala kita melihat binatang buas, tatkala kita melihat serigala, yang kita khawatirkan kalau seandainya Allah menjadikan serigala tersebut bisa menerjang kita. Oleh karenanya takutlah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memuji orang-orang takut hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala:

الَّذِينَ يُبَلِّغُونَ رِسَالَاتِ اللَّـهِ وَيَخْشَوْنَهُ وَلَا يَخْشَوْنَ أَحَدًا إِلَّا اللَّـهَ ۗ وَكَفَىٰ بِاللَّـهِ حَسِيبًا ﴿٣٩﴾

Dan orang-orang (para Rasul) yang menyampaikan risalah-risalah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mereka tidak takut kepada seorang pun kecuali hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan cukuplah Allah yang menghisab amalan-amalan mereka.” (QS. Al-Ahzab[33]: 39)

Allah Subhanahu wa Ta’ala mencela orang-orang yang tatkut kepada selain Allah, menjadi para pengikut-pengukut setan untuk menakut-nakuti hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِنَّمَا ذَٰلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ ﴿١٧٥﴾

Sesungguhnya apa yang mereka lakukan itu hanyalah perbuatan setan yang ingin menakut-nakuti hamba-hamba Allah dengan penolong-penolong mereka, menjadikan para pengikut setan untuk menakut-nakuti hamba-hamba Allah, maka janganlah kalian takut kepada mereka, akan tetapi takutlah kepadaKu jika kalian beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (QS. Ali-Imran[3]: 175)

Allah Subhanahu wa Ta’ala menganjurkan kita untuk tidaklah takut kecuali hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

اللَّـهُ أَحَقُّ أَن تَخْشَاهُ

Sesungguhnya Allah lebih berhak untuk kau takutkan.” (QS. At-Taubah[9]: 13)

Dalam ayat yang lain:

أَتَخْشَوْنَهُمْ ۚ فَاللَّـهُ أَحَقُّ أَن تَخْشَوْهُ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ ﴿١٣﴾

Apakah engkau takut kepada mereka? Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala lebih berhak untuk engkau takuti jika engkau beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (QS. Al-Ahzab[33]: 37)

Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi ganjaran yang besar bagi orang-orang yang takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dalam firmanNya:

وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ ﴿٤٦﴾

Dan bagi orang yang takut dengan keagungan Rabbnya mendapatkan dua surga.” (QS. Ar-Rahman[55]: 43)

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:

وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَىٰ ﴿٤٠﴾ فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَىٰ ﴿٤١﴾

Dan adapun orang yang takut dengan keagungan Rabbnya dan mencegah dirinya dari hawa nafsunya, sesungguhnya surga merupakan tempat kembalinya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:

وَمَن يُطِعِ اللَّـهَ وَرَسُولَهُ وَيَخْشَ اللَّـهَ وَيَتَّقْهِ فَأُولَـٰئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ ﴿٥٢﴾

Dan barangsiapa yang taat kepada Allah dan RasulNya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada Allah, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. An-Nur[24]: 52)

2. Pasrah dengan perintah-perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala

Menit ke-1:21:32 Diantara bentuk memperindah hubungan dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala yaitu pasrah dengan perintah-perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan tidak protes sama sekali terhadap perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Jika ada dua orang lelaki yang kemudian menikah. Kita dapati lelaki yang pertama mendapati istrinya kurang taat kepadanya, terkadang jika diperintahkan kemudian protes dengan perintah suaminya. Kemudian lelaki yang kedua mendapati istrinya senantiasa taat kepada suaminya, tidak pernah protes dengan perintah suaminya, tidak pernah protes dengan keputusan suaminya, manakah diantara keduanya yang hubungannya lebih baik dengan suaminya? Tentunya tidak diragukan lagi bahwasanya lelaki yang kedua bersama istrinya itulah hubungan yang terindah diantara mereka daripada pasangan yang pertama.

Demikian juga dua orang hamba. Yang satu hamba Allah senantiasa taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, berusaha mendekatkan dirinya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sementara hamba yang kedua terkadang tidak menjalankan  perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka tentunya hamba yang pertama lebih indah hubungannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Oleh karenanya pasrah kepada perintah-perintah Allah, tunduk kepada perintah-perintah Allah, tidak memprotes keputusan-keputusan Allah Subhanahu wa Ta’ala, itu merupakan cara untuk memperindah hubungan dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّـهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ

Dan tidak pantas bagi seorang mukmin dan juga seorang wanita mukminah jika Allah dan RasulNya telah memutuskan suatu perkara kemudian mereka memiliki pilihan yang lain.” (QS. Al-Ahzab[33]: 36)

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:

إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّـهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَن يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا

Sesungguhnya hanyalah perkataan orang-orang yang beriman, jika mereka diajak kepada Allah dan RasulNya agar diputuskan perselisihan di antara mereka, kecuali mereka berkata: ‘sami’na wa atha’na (kami dengar dan kami taat)’” (QS. An-Nur[24]: 51)

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:

فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَن تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ ﴿٦٣﴾

Orang-orang yang menyelisihi perintah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, hendaknya mereka berhati-hati, mereka akan ditimpa fitnah atau ditimpa dengan adzab yang pedih.” (QS. An-Nur[24]: 63)

Tentunya seorang yang tunduk kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, jika diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka dia akan mengerjakan segala perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Akan tetapi seorang yang tidak taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, jika diperintahkan oleh Allah, maka dia akan berpaling dan tidak taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jika diperintahkan untuk berdoa, dia malah memalingkan doanya kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jika diperintahkan untuk sujud, maka dia memalingkan sujudnya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jika diperintahkan untuk menyembelih, maka dia pun memalingkan penyembelihannya untuk kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. Padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّـهِ فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّـهِ أَحَدًا ﴿١٨﴾

Sesungguhnya masjid-masjid hanyalah milik Allah, maka janganlah kalian berdoa kepada selain Allah bersama Allah.” (QS. Jin[72]: 18)

3. Mengakui karunia Allah kepada kita

Menit ke-1:28:36 Para hadirin yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, ada seseorang yang marah disebabkan tetangganya yang kurang ajar. Kenapa? Dia telah memberikan banyak kebaikan kepada tetangganya tersebut, akan tetapi tetangganya tidak mengakui kebaikannya, tidak mengingat kebaikannya.

Ingatlah Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan begitu banyak kenikmatan kepada kita, kenikmatan yang beraneka ragam. Maka jangan sampai kita lupakan nikmat-nikmat tersebut. Dari sini kita ketahui bahwasanya diantara cara untuk memperindah hubungan kita dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah kita mengakui karunia Allah kepada kita, mengakui bahwasanya segala nikmat telah datang dari Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada kita, bersyukur dengan nikmat-nikmat yang Allah berikan kepada kita. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّـهِ عَلَيْكُمْ وَمَا أَنزَلَ عَلَيْكُم مِّنَ الْكِتَابِ وَالْحِكْمَةِ

Dan ingatlah kenikmatan-kenikmatan Allah yang Allah berikan kepada kalian dan apa yang Allah turunkan kepada kalian berupa Al-Kitab dan hikmah.” (QS. Al-Baqarah[2]: 231)

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:

وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّـهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا

Dan ingatlah nikmat Allah yang Allah berikan kepada kalian tatkala dahulu kalian bermusuh-musuhan kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala menjalin hati-hati, maka kemudian jadilah kalian bersaudara karena nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (QS. Ali-Imran[2]: 103)

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:

وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ ﴿١١﴾

Dan adapun nikmat Rabbmu, maka ingat-ingatlah.” (QS. Ad-Dhuha[93]: 11)

Dan diantara bentuk mengakui nikmat Allah kepada kita yaitu kita menggunakan nikmat tersebut kepada perkara-perkara yang diridhai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak kita gunakan pada hal-hal yang mendatangkan kemurkaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَإِن تَشْكُرُوا يَرْضَهُ لَكُمْ

Jika kalian bersyukur, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala ridha dengan kalian atas syukur kalian kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (QS. Az-Zumar[39]: 7)

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah bersabda:

عَجَباً لأمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ

“Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin, seluruh urusannya adalah baik.”

وَلَيْسَ ذَلِكَ إِلاَّ للْمُؤْمِن

“Dan tidak bisa demikian kecuali hanya kepada seorang mukmin.”

إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْراً لَهُ

“Jika dia mendapati kebaikan-kebaikan yang menyenangkan hatinya, maka dia bersyukur, maka ini yang terbaik baginya.”

وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خيْراً لَهُ

“Jika dia ditimpa dengan musibah dan kemudharatan, maka dia pun bersabar dan ini yang terbaik pula baginya.” (HR. Muslim)

4. Memaafkan

Menit ke-1:32:39 Jika engkau hendak memperindah hubunganmu dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka maafkanlah orang-orang yang bersalah kepadamu. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman:

وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا ۗ أَلَا تُحِبُّونَ أَن يَغْفِرَ اللَّـهُ لَكُمْ ۗ وَاللَّـهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ ﴿٢٢﴾

Hendaknya mereka memaafkan dan berlapang dada. Tidakkah engkau suka jika Allah mengampuni dosa-dosa kalian? Dan Allah Maha Penganpun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nur[24]: 22)

Kata Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَأَن تَعْفُوا أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ

Dan kalian memaafkan mereka itu lebih dekat kepada ketakwaan.”

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:

إِن تُبْدُوا خَيْرًا أَوْ تُخْفُوهُ أَوْ تَعْفُوا عَن سُوءٍ فَإِنَّ اللَّـهَ كَانَ عَفُوًّا قَدِيرًا ﴿١٤٩﴾

Jika kalian menampakkan kebaikan atau kalian menyembunyikan kebaikan atau kalian memaafkan kesalahan-kesalahan orang yang bersalah kepada kalian, sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Pengampun lagi Maha Kuasa.” (QS. An-Nisa[4]: 149)

Jika kita memaafkan orang-orang yang bersalah kepada kita, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mengampuni dosa-dosa kita.

Menit ke-1:35:07 Para hadirin yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, diantara perkara yang bisa merusak hubungan yang indah dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala yaitu jika seseorang membatasi pikirannya hanya untuk dunia, yang menjadi perhatiannya hanyalah dunia, padahal kita tahu bahwa dunia begitu cepatnya hilang, begitu cepatnya sirna. Adapun akhirat, maka dialah yang tetap dan kekal.

Meskipun dunia begitu cepat hilang dan akhirat kekal, kita dapati banyak orang yang mereka tidak memandang kecuali kepada dunia. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

كَلَّا بَلْ تُحِبُّونَ الْعَاجِلَةَ ﴿٢٠﴾ وَتَذَرُونَ الْآخِرَةَ ﴿٢١﴾

Bahkan kalian mencintai sesuatu yang disegerakan dan kalian meninggalkan akhirat.”

Pada ayat yang lain, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا ﴿١٦﴾ وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ ﴿١٧﴾

Akan tetapi kalian lebih mendahulukan kehidupan dunia. Padahal akhirat lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Al-A’la[87]: 16)

Kita dapati banyak orang yang mendahulukan dunia daripada akhirat. Sehingga mereka terpedaya dengan indahnya dunia, terpedaya dan lupa dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ وَعْدَ اللَّـهِ حَقٌّ ۖ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا ۖ وَلَا يَغُرَّنَّكُم بِاللَّـهِ الْغَرُورُ ﴿٥﴾

Wahai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka jangan sampai kalian terpedaya dengan kehidupan dunia dan jangan sampai setan memperdaya kalian sehingga lalai dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (QS. Fatir[35]: 5)

5. Ikhlas karena Allah Subhanahu wa Ta’ala

Menit ke-1:38:50 Para hadirin yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, diantara perkara yang memperindah hubungan dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala yaitu ikhlas, tidaklah beramal kecuali hanya karena Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Makna dari ikhlas yaitu kita tidak hanya sekedar memperindah pekerjaan kita, tetapi kita meningkatkan pekerjaan kita adalah untuk mendekatkan diri kita (bertaqarrub) kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dalam suatu hadits, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِنَّ اللَّهَ لا يَقْبَلُ مِنْ الْعَمَلِ إِلا مَا كَانَ لَهُ خَالِصًا وَابْتُغِيَ بِهِ وَجْهُهُ

Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan menerima suatu amalan kecuali yang ikhlas dan yang diharapkan adalah wajah Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR. An-Nasa’i)

Dan sesuai dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam ayat yang lain:

إِلَّا الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَاعْتَصَمُوا بِاللَّـهِ وَأَخْلَصُوا دِينَهُمْ لِلَّـهِ فَأُولَـٰئِكَ مَعَ الْمُؤْمِنِينَ ۖ وَسَوْفَ يُؤْتِ اللَّـهُ الْمُؤْمِنِينَ أَجْرًا عَظِيمًا ﴿١٤٦﴾

Kecuali orang-orang yang bertaubat dan berbuat kebaikan dan berpegang dengan tali Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mereka mengikhlaskan agama mereka untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka mereka itulah bersama kaum mukminin, dan Allah akan memberikan kepada kaum mukminin ganjaran yang besar.” (QS. An-Nisa[4]: 146)

Adapun orang yang tidak memperhatikan akhirat, hanya memperhatikan dunia, maka mereka tidak akan mendapatkan kecuali hanya dunia mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

مَن كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ ﴿١٥﴾ أُولَـٰئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ ۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ ﴿١٦﴾

Barangsiapa yang mengharapkan dunia dan perhiasan dunia, maka Kami akan memenuhi ganjaran mereka di dunia dan mereka tidak akan dirugikan sama sekali. Mereka itulah orang-orang yang tidak akan mendapatkan di akhirat kecuali neraka jahannam dan akan gugur amalan yang mereka telah lakukan di dunia dan sia-sia apa yang telah mereka lakukan.” (QS. Hud[11]: 16)

Perhatikan, para hadirin yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, pentingnya berniat untuk bertaqarrub kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam menjalankan kegiatan kita sehari-hari. Seseorang ada yang bekerja, tetapi dia bekerja dalam rangka untuk memberi nafkah kepada keluarganya. Jika dia niatkan niat ini dalam rangka untuk menjalankan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk memberi nafkah kepada keluarganya, maka dia akan mendapatkan ganjaran dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Demikian juga orang bekerja dengan niat karena menjalankan perintah Allah yang memerintahkan seseorang untuk bekerja, dia akan mendapatkan ganjaran dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seorang yang menghidangkan makanan untuk keluarganya, jika dia niatkan tatkala menghidangkan makanan dalam rangka untuk menjalankan perintah Allah, untuk bertaqarrub kepada Allah, maka dia akan mendapatkan pahala. Seorang yang makan makanan dalam rangka untuk menguatkan tubuhnya untuk beribadah, maka dia juga mendapatkan ganjaran dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

6. Membaca dan memahami Al-Qur’an

Menit ke-1:43:50 Para hadirin yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, sesungguhnya seseorang akan gembira dan ridha jika dia mengirimkan suratnya kepada orang lain kemudian suratnya tersebut dibaca dan dipahami maknanya. Demikian pula Al-Qur’an, Al-Qur’an adalah risalah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena risalah tersebut diberikan untuk kaum mukminin, jika dibaca oleh kaum mukminin dengan mentadabburinya dan dengan memahami maknanya, maka ini akan mendatangkan keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

…قَدْ جَاءَكُم مِّنَ اللَّـهِ نُورٌ وَكِتَابٌ مُّبِينٌ ﴿١٥﴾ يَهْدِي بِهِ اللَّـهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلَامِ…

Sungguh telah datang kepada kalian dari Allah cahaya dan kitab Al-Qur’an yang memberi petunjuk kepada orang yang mengikutinya kepada jalan yang lurus, keselamatan dan menunjukkan kepada ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (QS. Al-Maidah[5]: 15-16)

Karenanya para hadirin yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala, tatkala membaca Al-Qur’an, hati kita harus mendapatkan pengaruh. Jangan kita membaca dengan bacaan yang hampa, tetapi hendaknya kita mengkhusyu’kan hati kita tatkala membaca Al-Qur’an. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

لَوْ أَنزَلْنَا هَـٰذَا الْقُرْآنَ عَلَىٰ جَبَلٍ لَّرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُّتَصَدِّعًا مِّنْ خَشْيَةِ اللَّـهِ

Kalau seandainya Kami turunkan Al-Qur’an ini kepada gunung, maka engkau akan dapati gunung tersebut akan tunduk dan hancur karena takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (QS. Al-Hasyr[59]: 20)

أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا ﴿٢٤﴾

Apakah mereka tidak mentadabburi Al-Qur’an? Ataukah dalam hati-hati mereka ada gembok-gembok yang mengunci hati-hati mereka?” (QS. Muhammad[47]: 24)

Allah Subhanahu wa Ta’ala mencela orang-orang yang telah diberikan Al-Qur’an kemudian mereka berpaling. Bahkan orang seperti telah berbuat kedzaliman. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّن ذُكِّرَ بِآيَاتِ رَبِّهِ فَأَعْرَضَ عَنْهَا…

Manakah orang yang lebih dzalim dari orang yang telah diingatkan dengan ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala kemudian dia berpaling dan tidak mempedulikannya…” (QS. Al-Kahfi[18]: 57)

Menit ke-1:48:31 (InsyaAllah segera diupdate, semoga Allah mudahkan)

Poin 7 sampai 9: Merasa Diawasi dan Bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala

Sumber catatan kajian Tentang Kiat-Kiat Memperindah Hubungan Dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala

Video: Rodja TV – Tabligh Akbar Menjalin Hubungan Terbaik Dengan Allah Ta’ala

Mari turut menyebarkan catatan kajian “Kiat-Kiat Memperindah Hubungan Dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala” ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi kita semua. Barakallahu fiikum..

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: