Kultum Singkat Ramadhan: Apakah Tidurnya Orang Berpuasa Adalah Ibadah?

Kultum Singkat Ramadhan: Apakah Tidurnya Orang Berpuasa Adalah Ibadah?

Berikut pembahasan Kultum Singkat Ramadhan: Apakah Tidurnya Orang Berpuasa Adalah Ibadah yang disampaikan Ustadz Abdullah Zaen Hafidzahullahu Ta’ala.

Transkrip Kultum Singkat Ramadhan: Apakah Tidurnya Orang Berpuasa Adalah Ibadah?

Ada sebuah fenomena ganjil ketika bulan Ramadhan datang. Apa fenomena tersebut? Yaitu fenomena dimana disiang hari masjid-masjid akan semakin dipenuhi oleh kaum Muslimin.

Apakah seperti itu dibilang ganjil? Iya, dibilang ganjil karena mereka berada di sebagian masjid bukan untuk membaca Al-Qur’an, bukan untuk mengkaji Islam, bukan untuk berdzikir, namun mereka pergi ke masjid di siang hari untuk menghabiskan waktu mereka untuk tidur dan berleha-leha. Inilah fenomena ganjilnya.

Disebagian kalangan, bulan Ramadhan dianggap sebagai sebuah bulan yang dipenuhi dengan rasa malas, yang dipenuhi dengan kekurang-produktifitasan didalam beramal, yang diiringi dengan ketidak-kreatifan didalam berperilaku, di dalam bekerja. Dan tentunya ini adalah sesuatu yang perlu kita perbaiki.

Menarik untuk dicermati, ketika kita membaca sejarah kehidupan Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, para Sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dan juga para ulama Salaf sesudah mereka. Ternyata banyak peristiwa-peristiwa besar yang terjadi di bulan Ramadhan. Salah satu peristiwa tersebut adalah sebuah peperangan yang maha agung, sebuah peperangan yang begitu dahsyat antara kaum Muslimin dengan kaum musyrikin yang terjadi pada tahun dua Hijriah, yaitu peran Badar.

Sebuah peperangan antara dua jumlah pasukan yang sangat mencolok perbedaannya. Kaum Muslimin hanya berjumlah 300 sekian belas orang, sedangkan kaum musyrikin  3 kali lipat jumlah mereka, yaitu 1000 orang. Tapi lihat bagaimana kaum Muslimin, mereka berhasil untuk meluluh-lantahkan pasukan kaum musyrikin. Padahal tahu tidak? Mereka saat itu sedang berpuasa di bulan Ramadhan.

Yang lainnya, masih juga peperangan pada tahun 8 H, ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berhasil menaklukkan kota Mekah, saat itu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam membawa 10.000 pasukan untuk menaklukkan kota Mekah. Dan beliau beserta kaum Muslimin berhasil menaklukkan kota Mekah dengan sangat mudah. Kejadian itu terjadi pada tahun 8 H dan juga bertepatan dengan bulan Ramadhan.

Bukan hanya pada zaman Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam saja, para Sahabat Nabi Shallallahu wa Sallam pun memiliki style atau tipe yang sama dengan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Yaitu orang yang memanfaatkan waktu untuk berkarya, untuk berjuang. Sebagai satu contoh, sebuah kejadian pada tahun 15 H, sebuah peperangan yang bernama perang Al-Qadisiyah, dimana kaum Muslimin berhasil menaklukkan orang-orang majusi di Persia. Dataran Persia yang saat ini berdiri negara Iran, Afghanistan dan yang semisalnya. Jadi, pada tahun 15 H tersebut kaum Muslimin berhasil menaklukkan orang-orang majusi, sebuah peperangan besar.

Masih dilanjutkan pada tahun 92 H, terjadi sebuah peperangan dimana Islam berhasil menaklukkan Spanyol. Dibawah pemimpin Thariq bin Ziyad, seorang panglima besar kaum Muslimin, dan juga Musa bin Nusair, itu pun terjadi pada bulan Ramadhan. Itulah peristiwa-peristiwa besar yang sangat menentukan, terjadi di bulan Ramadahan.

Ini menunjukkan apa?

Menunjukkan bahwa pada bulan Ramadhan, kaum Muslimin seharusnya mereka berkarya, seharusnya mereka berjuang, seharusnya mereka produktif untuk menghasilkan hal-hal yang bersifat positif, jangan sampai bulan Ramadhan itu berubah menjadi bulan yang diisi dengan kemalasan, hanya untuk tidur-tiduran, hanya untuk berleha-leha saja, jangan!

Sebagian orang berkata, “Loh, kita tidur kan ibadah, ustadz. Apakah kita tidak boleh ibadah? Sebagaimana jihad adalah ibadah, tidur juga ibadah.”

Ini masalahnya..

Banyak orang “termakan” (dalam tanda kutip) dengan ungkapan “Tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah”. Dan amat disayangkan ungkapan ini sering disampaikan, diulang-ulang di bulan Ramadhan. Terutama oleh para khotib, para da’i, para mubaligh, dan kaum Muslimin menerima begitu saja tanpa meneliti apakah ungkapan itu betul atau tidak.

Ketika mengkaji perkataan para ulama, ternyata kita dapatkan bahwa ungkapan tersebut merupakan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Baihaqi di dalam kitabnya Al-Jami Syu’abul Iman, hadits nomor 3653. Ungkapan tersebut redaksi arabnya berbunyi:

نوم الصائم عبادت

Tidurnya orang yang puasa adalah ibadah“.

Ketika kita mendengar ini, tentu kita perlu bertanya. Apakah betul itu hadits? Dan kalaupun itu hadits, apakah itu hadits yang shahih atau tidak?

Ternyata para ulama kita telah menjelaskan bahwa hadits ini, salah satu yang meriwayatkan haditsnya (yang biasa dikatakan sebagai perawi hadits) adalah seorang yang bernama Sulaiman Ibnu Amrin An-Nakho’i. Sulaiman ini adalah seorang yang dikatakan oleh para ulama kita sebagai orang yang suka memasukkan hadits.

Siapa yang mengatakan itu? Yaitu Para ulama pakar hadits sekaliber Imam Ahmad bin Hanbal Rahimahullah. Kata beliau bahwasanya Sulaiman ini suka memalsukan hadits.

Dan yang mengatakan itu bukan hanya Imam Ahmad. Iman Yahya ibnu Ma’in juga mengatakan hal yang serupa. Kata beliau bahwa sudah dikenal reputasinya suka memalsukan hadits.

Apakah hadits yang diriwayatkan oleh orang yang kondisinya seperti ini akan kita terima? Tentu tidak. Dan yang mengatakan itu banyak, bukan hanya Imam Ahmad, Imam Yahya ibnu Ma’in. Ada juga Imam ibnu Adi, Imam ibnu Hibban dan masih banyak ulama-ulama yang lainnya.

Makanya dari sinilah kita memahami, kenapa para ulama kita menilai hadits ini adalah sebuah hadits yang dhoif. Diantaranya dijelaskan oleh syaikh Albani Rahimahullah di dalam kitabnya Silsilatul Hadits Ad-dhoif wal Maudhu, beliau mengatakan bahwa hadits itu adalah haditst yang dhoif.

Itulah akibat dari menerima sebuah ungkapan tanpa memverifikasi, tanpa mencari, tanpa berusaha mengkoreksi apakah hadits itu adalah hadits yang bisa dipertanggungjawabkan atau tidak?

Karena membaca hadits yang dhoif, akhirnya kaum Muslimin terprovokasi untuk bersikap malas di bulan Ramadhan. Yang ini tentu tidak sesuai dengan rekam jejak Nabi Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan juga para Sahabat serta ulama Salaf.

Maka mari kita berusaha untuk mengisi bulan Ramadhan ini dengan semangat yang tinggi dan juga dengan produktivitas di dalam amal, serta mengisinya dengan sesuatu yang bersifat positif. Semoga yang sedikit ini bisa bermanfaat.

Wallahu Ta’ala A’lam.

Video Kultum Singkat Ramadhan: Apakah Tidurnya Orang Berpuasa Adalah Ibadah?

Materi ceramah singkat ini diambil dari video rekaman Yufid TV dengan judul asli Kajian Singkat Ramadhan: Apakah Tidurnya Orang Berpuasa Adalah Ibadah? – Ustadz Abdullah Zaen, MA.

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: