Kultum Singkat Tentang Kejujuran Beserta Dalilnya

Kultum Singkat Tentang Kejujuran Beserta Dalilnya

Berikut ini adalah kumpulan materi Kultum Singkat Tentang Kejujuran Beserta Dalilnya. Download juga mp3 kultum singkatnya.

Kultum Singkat Tentang Kejujuran 1 – Anak dan Kejujuran

Kejujuran sangat kental dengan adab berbicara. Walaupun mungkin bisa dimasukkan kedalam pertemuan yang telah lalu, akan tetapi masalah kejujuran karena sangat pentingnya maka kita sendirikan pembahasan tentang kejujuran karena kejujuran ini adalah merupakan salah satu dari pilar yang terpenting didalam akhlak Islam.

Tentunya untuk menanamkan karakter yang mulia ini didalam jiwa anak-anak kita membutuhkan usaha yang keras dan waktu yang tidak sebentar. Kalau misalnya sekarang kita melihat banyaknya kasus-kasus korupsi yang ternyata pelakunya bukan hanya orang-orang yang non agamis, sampai yang kelihatannya agamis pun juga terseret dalam pusaran korupsi, maka ini semakin mengkhawatirkan. Bahwa sangat mungkin nanti kebiasaan-kebiasaan jelek itu pun akan menjangkiti anak-anak kita.

Maka dari itu sungguh salah satu cara untuk membendung perilaku negatif tersebut adalah bagaimana kita menanamkan karakter kejujuran kepada anak kita sejak dini. Dan didalam agama kita, yang namanya anak tetap harus kita perlakukan dengan perilaku yang baik. Jadi, tidak ada alasan bahwa anak ini masih anak kecil boleh diperlakukan dengan perilaku yang tidak baik. Sehingga -didalam agama kita- walaupun anak kecil tetap tidak boleh kita berbohong kepadanya.

Ini yang terkadang kurang diperhatikan oleh sebagian orang tua. Sebagian orang tua menganggap bahwa mereka masih kecil sehingga tidak mengapa kita berbohong sama anak kecil. Itu nggak bener.

Makanya Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sudah mengingatkan jauh-jauh hari dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu dan hadits ini dinyatakan shahih oleh Syaikh Albani, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah bersabda:

مَنْ قَالَ لِصَبِيٍّ : تَعَالَ هَاكَ , ثُمَّ لَمْ يُعْطِهِ شَيْئًا فَهِيَ كِذْبَةٌ

“Barangsiapa yang berkata kepada anak kecil, ‘kemarilah engkau akan aku beri sesuatu’ lalu ternyata dia tidak memberi apa-apa maka perbuatan tersebut dianggap sebuah kedustaan.”

Jadi -kalau misalnya- ada seorang bapak atau ibu berkata kepada anaknya atau anak orang lain, “Nanti kalau misalnya kamu pulang tepat waktu akan ibu kasih hadiah.” Ternyata begitu pulang tepat waktu tidak dikasih apa-apa, ini dusta.

Jadi didalam agama kita, dusta itu tidak bisa ditorerir. Sekalipun itu kepada anak kecil. Maka ini yang perlu kita perbaiki. Pemahaman di dalam benak banyak orang tua bahwa kalau masih anak kecil itu ditorerir. Misalnya minum sambil berdiri, makan pakai tangan kiri, -maaf- pipis sembarangan ketika dia sudah bisa ke kamar mandi. Itu sering ditorerir dengan mengatakan, “Kan masih kecil, gpp.” Dalam agama kita tidak demikian. Justru masih kecil itulah kita biasakan supaya berperilaku dengan prilaku yang baik. Dibiasakan minum dengan tangan kanan, minum sambil duduk, berbicara dengan ungkapan yang jujur, kita juga bersikap jujur kepada anak. Ini semuanya adalah merupakan proses untuk mencetak seorang hamba yang betul-betul patuh kepada Allah ‘Azza wa Jalla.

Jadi adanya perilaku korupsi yang begitu marak dizaman kita ini, pasti ada latar belakang yang jelek didalam kepribadian anak-anak tersebut. Seandainya anak-anak tersebut dari kecilnya sudah dididik dengan baik oleh orang tuanya, kemudian dia juga senantiasa istiqomah didalam ajaran agama Islam, insyaAllah bisa diminimalisir yang namanya korupsi-korupsi tersebut.

Maka dari itulah, kita tidak usah terlalu banyak mengkritik orang lain. Kita mulai dari diri kita. Kadang-kadang gajah dipelupuk mata tak tampak, kuman diseberang lautan tampak. Kita sering mengkritik banyak orang korupsi, ternyata kita sendiri juga sering korupsi. Korupsi waktu, seharusnya masuk jam 7 ternyata masuknya jam 8. Niku korupsi nopo mboten bu? Niku korupsi. Kita menjelek-jelekkan orang yang korupsi ternyata kita sendiri korupsi.

Jadi kalau kita ingin memperbaiki negeri ini, kita perbaiki dari diri kita, dari keluarga kita, nggak usah muluk-muluk. Kalau masing-masing penduduk negeri ini berpikir dengan pemikiran ini, niscaya negeri ini akan baik. Dari adanya pemimpin atau penguasa yang jelek, itu adalah merupakan cerminan dari rakyat yang belum baik. Makanya ada ungkapan yang sangat baik yang mengatakan:

كَـمَـا تَـكُـونُـوا يُـولَّـى عَـلَـيْـكُـم

“Pemimpin kalian itu adalah potret dari kepribadian rakyat.”

Jadi kalau misalnya kita pengen pemimpin yang baik, mari kita perbaiki diri kita. Kalau kita perbaiki diri kita dan diri baik, Allah akan memberikan anugerah pemimpin yang baik buat kita.

Kembali kepada masalah anak dan kejujuran..

Jadi yang namanya jujur kepada anak harus kita mulai sejak dini. Tapi sangat disayangkan ternyata masih banyak orang tua yang menganggap remeh hal tersebut. Dan bahkan mereka menyepelekan masalah kejujuran didalam pergaulan terhadap anak.

Buktinya apa?

Buktinya tidak sedikit di antara orang tua yang masih suka bohong kepada anaknya. Misalnya ketika anak bertanya, “Pak mau kemana?” Bapaknya menjawab, “Sebentar..” Ternyata lama. Ini kan bohong. Kemudian pernah berjanji kepada anak misalnya nanti tamat dengan hasil yang memuaskan akan dibelikan sesuatu ternyata tidak dibelikan. Ini adalah ungkapan-ungkapan bohong, tidak menepati janji, yang ini akan sangat berbahaya untuk pembentukan karakter anak.

Lalu bagaimana caranya supaya anak kita menjadi anak-anak yang jujur?

Disini kami bawakan beberapa kiat untuk mencetak kejujuran didalam diri anak kita, di sini kami bawakan ada 6. Semoga bermanfaat buat kita semua.

File: RadioRodja.com – Ustadz Abdullah Zaen – 20141027 – Fiqih Pendidikan Anak – Anak dan Kejujuran.mp3 (Simak pada menit ke 01:34-9:32)

Kultum Singkat Tentang Kejujuran 2 – Kejujuran Niat dan Perbuatan

Tidak ada sesuatu yang paling bermanfaat bagi seorang hamba dari kejujuran dia kepada Allah dalam seluruh perkara disertai dengan kejujuran niat dia. Sehingga jujurnya itu terlihat di dalam niat dan perbuatannya. Allah Ta’ala berfirman:

فَإِذَا عَزَمَ الْأَمْرُ فَلَوْ صَدَقُوا اللَّـهَ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ

Apabila ia betul-betul telah berniat suatu perkara, maka kalaulah mereka jujur kepada Allah, tentu itu lebih baik buat mereka.” (QS. Muhammad[47]: 21)

Apa maksudnya jujur kepada Allah?

Jujur kepada Allah artinya perbuatkan dan hati kita sinkron. Kita melakukan perbuatan yang tidak berlawanan dengan hati kita. Jujur kepada Allah artinya kita betul-betul menjalankan perintah Allah dengan penuh mengharapkan ridhaNya, dengan penuh berharap kepada Allah akan kasih sayang dan pahalaNya. Itu adalah jujur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Jujur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala artinya dia betul-betul semangat untuk mencari surga Allah, dia betul-betul jujur dengan keimanannya. Ketika ia mengucapkan, “Ya Allah aku beriman kepada Engkau.” Maka ia betul-betul realisasikan dengan ketaatan, dengan ketakwaan, dengan kesungguhan dia didalam mentaati Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Jujur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah berusaha ia untuk mengenal penciptanya, mencintainya, berharap kepadaNya, bertawakal kepadaNya, takut kepadaNya, dan senantiasa berusaha untuk mencari jalan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Makanya orang-orang yang jujur kepada Allah akan terlihat dari tingkah lakunya. Orang-orang yang jujur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala akan terlihat dari pandangan matanya. Bahkan dari air wajahnya. Ia senantiasa berusaha untuk menapaki jalan kehidupannya dengan penuh kehati-hatian. Jangan sampai ia dimurkai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Orang yang jujur kepada Allah akan terlihat semangatnya ia dalam berbagai macam ketaatan. Orang yang jujur kepada Allah akan terlihat didalam ucapan-ucapan dia. Dia selalu ingin ucapannya diridhai oleh Rabnya.

Itulah orang-orang yang jujur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dahulu, di zaman Rasulullah ada seorang laki-laki yang ia masuk Islam. Kemudian setelah dia masuk Islam, suatu hari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengirimkan harta kepada dia. Ketika harta itu telah sampai ke tangannya dia berkata, “Subhanallah.. aku masuk Islam bukan untuk ini.” Kemudian ia pergilah ke Rasulullah lalu diberikan harta itu kembali kepada Rasulullah dan berkata, “Ya Rasulullah.. aku tidak masuk Islam karena ini, aku masuk Islam bukan karena mengharapkan harta Ya Rasulullah.”

Apa kata Rasulullah? “Lalu apa yang kau harapkan?”

Kata sahabat ini, “aku ingin ada panah menancap di tenggorokanku kemudian aku pun mati dijalan Allah (mati syahid).”

Apa kata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam?

إِنْ تَصْدُقِ اللَّهَ يَصْدُقْكَ

“Jika kamu memang jujur kepada Allah, Allah akan jujur kepada kamu.”

Suatu ketika diumumkanlah peperangan. Maka sahabat ini pergi ke medan perang. Setelah selesai peperangan, dicarinya sahabat ini ternyata tidak ada. Ternyata ia telah meninggal dunia dalam keadaan panah itu telah menancap di tenggorokannya.

Dibawalah sahabat kepada Rasulullah. Lalu kata Rasulullah:

صَدَقَ اللَّهَ فَصَدَقَهُ

“Ia memang telah jujur kepada Allah dan Allah akan jujur kepada dia.” (HR. An-Nasa’i)

Iya.. Apabila kita betul-betul jujur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, Allah pun akan jujur kepada kita, Allah akan membenarkan keinginan kita.

Makannya saudaraku..

Kejujuran di dalam keimanan kepada AllAh sangat penting sekali dalam kehidupan kita. Berapa banyak orang yang tidak jujur ketika berucap, “saya cinta kepada Allah.” Mulutnya berucap cinta tapi tidak semangat untuk membaca firman-firman Allah, tapi tidak semangat untuk menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi laranganNya. Lisannya berucap, “saya cinta kepada Allah, saya takut kepada Allah.” Tapi tidak peduli dengan larangan-larangan Allah, tidak peduli dengan batasan-batasan Allah. Mungkinkah orang seperti ini disebut jujur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala?

Tidak! Demi Allah.. Ia belum jujur kepada Allah..

Maka kebahagiaan seorang hamba dalam kejujuran niat dan kejujuran amal. Dimana jujur dalam niat artinya betul-betul mengumpulkan niatnya lalu menguatkan niatnya dan tidak ragu-ragu padanya. Tapi ia adalah merupakan niat yang kuat yang tidak dikotori oleh keraguan. Apabila ternyata niatnya telah kokoh/kuat/pasti, berarti tersisa padanya kejujuran perbuatan. Yaitu mengerahkan seluruh kemampuan untuk mendapatkan keridhaan Allah.

Dzahiriyah dan batiniyahnya selalu sinkron atau tidak pernah bertentangan antara keduanya. Dimana kekuatan niat itu mencegah dari semangat yang lemah. Sementara kejujuran perbuatan mencegah ia dari sifat malas.

Subhanallah.. Ketika seseorang mempunyai niat yang kuat, semangat yang berkobar, ia tidak akan malas. Dia akan mempunyai keinginan yang sangat tinggi dan cita-cita yang sangat mulia sekali. Dan ketika perbuatannya pun juga disertai jujur dalam perbuatan dia, maka dia tidak akan malas. Seorang mukmin itu selalu di dalam semangat untuk mencari ibadah mencari keridhaan Allah. Makanya kata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ، وَفِى كُلٍّ خَيْرٌ

“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah. Dan semua ada kebaikannya.”

Kemudian Rasulullah mengatakan:

وَلاَ تَعْجِزْ

“Jangan kamu malas, jangan kamu lemah.”

Kalau kamu menginginkan perkara sesuatu, minta kepada Allah.

وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ

Seorang mukmin bukanlah orang yang pemalas. Seorang mukmin niat dia dalam kebaikan selalu berkobar. Ia pun juga selalu berusaha merealisasikan dengan perbuatannya, bukan hanya sebatas angan-angan, bukan hanya sebatas keinginan, tapi betul-betul ia semangat di dalam perbuatannya juga.

Maka siapa yang jujur kepada Allah dalam seluruh perkaranya, Allah akan berbuat untuknya melebihi apa yang Allah berikan kepada selainnya. Subhanallah..

Dimana kejujuran ini akan selalu sinkron dengan keikhlasan dan tawakal seorang hamba. Berarti orang yang paling jujur kepada Allah tandanya adalah yang paling ikhlas. Dalam seluruh perkara dia selalu ikhlas mengharapkan wajah Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak mengharapkan pujian manusia, tidak mengharapkan sedikit dari kehidupan dunia. Demikian juga jujur tawakalnya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dia serahkan semuanya kepada Allah, ia pun menyandarkan hatinya kepada Allah sambil ia terus berusaha mencari.

Maka orang yang kurang jujur kepada Allah, keikhlasannya pun juga akan berkurang. Demikian pula tawakalnya kepada Allah pun juga akan berkurang. Betapa pentingnya kejujuran kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, bukan sebatas ucapan di lisan, bukan hanya sebatas pengakuan dengan lidah kita, tapi ia adalah merupakan betul-betul berbentuk keinginan yang kuat dalam hati dan direalisasikan dengan amal.

File: RadioRodja.com – Ustadz Abu Yahya Badrusalam – 20140915 – Fawaidul Fawaid – Kejujuran Niat dan Perbuatan- Jalan Kesuksesan- Qadar- Kehendak dan Keinginan Hamba.mp3 (Simak pada menit ke 01:19-12:10)

Kultum Singkat Tentang Kejujuran 3 – Keutamaan Bersifat Jujur

Nabi kita Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

المُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِم لاَ يخُونُه وَلاَ يكْذِبُهُ

“Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain.”

Konsekuensinya apa? Dia tidak akan mengkhianati saudaranya dan ia tidak akan membohongi saudaranya.

Hadirin yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Nabi kita menjelaskan bahwa seorang muslim itu tidak membohongi saudaranya. Dan dalam hadits ini Nabi menggunakan redaksi berita, bukan larangan. Dan redaksi berita di beberapa kesempatan itu lebih dalam, lebih tajam. Nabi menyatakan seorang muslim tidak akan membohongi saudaranya.

Oleh karena itu sebuah akhlak mulia yang harus menghiasi lisan kita, sikap kita, derap langkah kita, adalah kejujuran.

Dan kejujuran adalah salah satu parameter kebaikan di tengah-tengah para sahabat. Oleh karena itu Umar bin Khattab Radhiyallahu Ta’ala ‘Anhu beliau pernah mengatakan, sebagaimana yang dikeluarkan oleh Abu Nu’aim dalam Hilyatul ‘Auliya:

لا تنظروا إلى صيام أحد ولا صلاته

“Jangan Anda hanya melihat puasa seseorang dan shalatnya.”

ولكن انظروا إلى من إذا حدث صدق

“Namun perhatikan kejujurannya ketika dia berbicara.”

Jadi jangan hanya terpaku dengan puasa seseorang atau shalat seseorang. Tapi nilai orang bagaimana kejujurannya ketika dia berbicara. Ini adalah salah satu parameter yang disampaikan oleh Umar bin Khattab Radhiyallahu Ta’ala ‘Anhu.

Lalu apakah kejujuran lebih penting dari shalat?

Hadirin, bukan itu maknanya. Namun ucapana Umar bin Khattab ini tidak bisa dipisahkan dengan Surat Al-Ankabut ayat 45 ketika Allah berfirman kepada kita:

إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ

Sesungguhnya shalat itu mencegah kita dari perbuatan keji dan mungkar.

Dan salah satu kemungkaran atau salah satu dosa besar adalah bohong. Artinya jika shalat kita bukan hanya sebuah gerakan ruku’, bukan hanya sebuah gerakan sujud, bukan hanya kata-kata yang kita untai, namun shalat kita benar-benar kita resapi, kita renungkan, kita hayati, shalat kita akan membuat kita menjauhi segala perbuatan kemungkaran dan kekejian. Dan shalat kita akan membuat lisan kita senantiasa berkata jujur dan hanya memiliki sikap jujur didalam kehidupan ini. Itu makna Umar bin Khattab.

Kenapa demikian?

Karena kalau parameternya gerakan shalat, orang munafik juga shalat. Namun yang membedakan mukmin dan munafik adalah, “Tanda orang munafiq ada tiga: pertama, jika dia berkata dia bohong, dia dusta.”

Hadirin yang dirahmati oleh Allah Allah Subhanahu wa Ta’ala..

Ini adalah sifat yang mulia. Bahkan ‘Aisyah Radhiyallahu Ta’ala ‘Anha pernah menuturkan sebagaimana sebuah statement yang dibawakan Al-Imam Ibnu Abi Dunya, “Tidak ada sifat buruk yang paling dijauhi oleh sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dibanding kebohongan.”

Sifat buruk, sifat negatif, perangai, etitut, yang paling dijauhi oleh para sahabat adalah kebohongan. Jadi nggak pantes orang yang mengaku mengikuti jalannya para sahabat/mengikuti agamanya para sahabat tapi bohong sana, bohong sini, dusta sana, dusta sini, apalagi ia lakukan secara sengaja, bukan karena kekhilafan.

Hadirin yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala..

Namun, ketika kita melihat kondisi di lapangan, bagaimana umat Islam berinteraksi, bagaimana umat Islam berbicara, bagaimana umat Islam bergaul, seakan-akan akhlak yang mulia ini mulai pudar di tengah-tengah mereka, akhlak yang mulia ini cukup asing di lisan mereka, tidak ada hari tanpa bohong, tidak ada waktu tanpa dusta.

Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini kita akan berbicara tentang keuntungan atau keutamaan yang kita dapatkan jika kita jujur dalam berbicara dan bersikap.

Karena kalau berbicara teori, definisi tentang kejujuran, saya rasa semua orang sudah paham. Diantara ucapan para ulama, “Salah satu yang cukup sulit adalah menjelaskan sesuatu yang sudah jelas.”

Saya rasa semua sudah paham tentang kejujuran. Namun bagaimana merangsang agar kita senantiasa jujur. Itu yang rasanya perlu kita galakkan. Karena kalau sekedar teori, sekedar definisi, InsyaAllah semua sudah mengerti. Tapi bagaimana tetap komit dengan kejujuran, tetap istiqamah di atas kejujuran.

Salah satu cara untuk terus mengobarkan semangat kejujuran adalah pelajari keutamaannya, pelajari apa untungnya, apa fadhilahnya, apa yang akan kita dapatkan di dunia maupun di akhirat ketika kita benar-benar berbicara dan bersikap jujur.

Keutamaan Kejujuran

Pertama, kejujuran adalah sifat yang tidak bisa dipisahkan dengan seorang mukmin. Kejujuran adalah sifat yang tidak bisa dipisahkan dengan ahli taqwa. Ia tidak bisa dijauhkan apalagi dipisahkan.

Banyak sekali dalil tentang masalah ini. Dan di antaranya adalah surat At-Taubah ayat 119 ketika Rabbuna Subhanahu wa Ta’ala berfirman kepada kita:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّـهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ ﴿١١٩﴾

Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan bergabunglah bersama orang-orang yang jujur.”

Ini adalah perintah dari Allah. Perintah yang hanya Allah tujukan kepada orang-orang beriman. Jika kita mengaku beriman, bertakwalah kepada Allah dan bergabunglah bersama orang-orang yang jujur. Kejujuran dengan iman itu tidak bisa dipisahkan.

Oleh karena itu ketika Nabi menyebutkan lawannya orang-orang beriman, yaitu orang-orang munafik beserta tanda-tandanya, tanda yang pertama Nabi disebutkan dalam hadits Bukhari dan Muslim adalah kebohongan.

آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ : إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ

“Tanda orang munafik itu ada tiga; Jika dia berbicara bohong/dusta.”

Hadirin yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala..

Oleh karena itu ada beberapa riwayat dari para sahabat. Seperti Umar bin Khattab sebagaimana yang dibawakan oleh Imam Ibnu Abi Ad-Dunya:

لا تجد المؤمن كذاباً

“Anda tidak akan menemui seorang mukmin itu pandai berdusta.”

Tidak ada -kata Umar bin Khattab- mukmin, dusta, itu tidak ada.

Oleh karena itu dalam hadits Abu Umamah, diriwayatkan bahwa seorang Mukmin bisa terjatuh ke dalam hal-hal yang buruk kecuali dua hal; khianat dan dusta. Dan dalam sebuah hadits yang lemah namun maknanya benar Nabi pernah ditanya, “Apakah seorang Mukmin bisa menjadi seorang pengecut?” Kata Nabi, “Bisa.” “Apakah seorang Mukmin bisa menjadi orang yang pelit?” Kata Nabi, “Bisa” Tapi apakah seorang Mukmin bisa menjadi pendusta?” Nabi mengatakan, “Tidak, kalau dusta tidak. Seorang Mukmin tidak akan menjadi pendusta.”

Hadits ini walaupun secara validitas dikritik oleh para ulama, namun maknanya benar. Seorang Mukmin tidak akan menjadi pendusta. Oleh karena itu kita tahu bersama hadits Bukhari, hadits yang panjang. Ketika Ka’ab bin Malik khilaf sehingga beliau tidak ikut perang tabuk. Tapi ketika beliau memiliki kesempatan untuk mencari alasan palsu/berbohong di hadapan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagaimana yang dilakukan oleh seluruh munafik yang tidak ikut perang tabuk, Ka’ab bin Malik tidak mau melakukannya. Beliau lebih memilih di hajr/ di boikot oleh satu kota dibanding harus berbohong di hadapan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Lihat bagaimana para sahabat. Ka’ab bin Malik khilaf tidak berjihad padahal tidak ada udzur. Dan dalam hadits Bukhari yang panjang tersebut jam tersebut beliau sendiri mengatakan, “Aku tidak pernah merasa sebugar ketika perang tabuk.” Tapi beliau tidak berangkat, khilaf.

Jadi, seorang mukmin bisa khilaf tidak berangkat jihad, tapi bohong, tidak!

Beliau lebih memilih diboikot oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan satu kota Madinah daripada harus berbohong.

Oleh karena itu hadirin yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala..

Ini menunjukkan:

لا تجد المؤمن كذاباً

Umar bin Khattab menyatakan, “Anda tidak akan menemui seorang Mukmin itu pendusta.”

Dia mungkin tidak berjihad, dia mungkin pezina, tapi dia tidak berdusta.

Lihat bagaimana Ma’iz.. Beliau khilaf dan beliau jatuh kedalam zina. Tapi langsung lapor kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Beliau mengaku. Tapi Nabi bingung dan Nabi bertanya, “Apakah Anda gila?”

Kita tahu Ma’iz adalah wanita dari Ghamid, beliau khilaf, beliau zina, tapi beliau akui semuanya dihadapan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan beliau meminta untuk dirajam. Dan wanita dari Ghamid ini yang memberikan sebuah bukti tanpa dipaksa.

Apa kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Kalau demikian, tunggu sampai engkau melahirkan anakmu.”

Salah satu alasan Nabi mengatakan ini -yang dijelaskan oleh sebagian para ulama fiqih- agar wanita ini mengurungkan niatnya. Ketika dia melihat buah hatinya menangis, tertawa lucu, maka dia tidak kembali ke Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk meminta rajam. Tapi ternyata di kembali lagi ke Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

“Ya Rasul, aku sudah melahirkan, maka bersihkan dosa-dosaku dengan rajam.”

Jujur, hadirin sekalian. Lalu Nabi mengatakan, “Kalau begitu susui dua tahun.” dengan berharap dengan berjalannya waktu dia mengurungkan niatnya, bertaubat saja kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan tidak jadi dirajam.

Begitu genap dua tahun, dia membawa anaknya dan beliau tunjukkan bahwa beliau sudah menyapih anaknya dan minta untuk disucikan.

Lihat wanita ini.. Dia berzina, khilaf. Tapi dia tidak dusta, dia tidak bohong. Kata Umar, “Anda tidak akan menemukan seorang mukmin pendusta.”

Oleh karena itu aib, ketika seseorang mengikuti manhaj salaf, mengikuti jalan para sahabat lalu dia bohong sana bohong sini, pinjam uang ngaku akan mengembalikan namun dia bawa kabur, lalu nipu sana nipu sini, mengajak investasi tapi membawa uang orang.

File: RadioRodja.com – Ustadz Muhammad Nuzul Dzikry – 20150103 – Adab dan Akhlak Seorang Muslim – Pentingnya Kejujuran-Bagian 1.mp3 (03:03-19:43)

Kultum Singkat Tentang Kejujuran 4 – Jujur Pintu Semua Kebaikan

Satu akhlak yang sepakat semua manusia -baik yang muslim maupun yang kafir- bahwa ini satu kemuliaan, ini adalah suatu keluhuran, ini adalah sesuatu yang baik, disukai oleh semua orang. Lawannya adalah satu perkara yang dibenci oleh semua orang. Yaitu kejujuran.

Kejujuran ini merupakan pintu semua kebaikan. Sebaliknya, lawan dari jujur (yaitu kebohongan) akan membuka sejuta pintu keburukan. Kebohongan biasanya akan ditutupi dengan kebohongan-kebohongan berikutnya. Kebohongan biasanya berujung kepada petaka.

Maka salah satu sifat yang mesti ditanamkan oleh seorang Mukmin di dalam dirinya adalah sifat jujur ini. Jujur merupakan karakteristik/sifat seorang Mukmin, sedangkan lawannya (yaitu dusta atau bohong) adalah sifat orang-orang munafik. Allah jadikan itu sebagai tanda-tanda nifaq.

إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ

“Jika dia berbicara, dia berdusta.”

Dan kejujuran adalah pondasi keimanan sebagaimana kebohongan merupakan benih-benih dari kemunafikan. Apabila kebohongan dan keimanan itu bertemu, maka salah satu dari keduanya pasti akan hilang. Tidak akan bertemu di dalam hati seorang Mukmin. Oleh karena itu Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi gambaran perlawanan antara orang munafik dan orang-orang Mukmin yang jujur. Allah mengatakan:

يَجْزِيَ اللَّـهُ الصَّادِقِينَ بِصِدْقِهِمْ وَيُعَذِّبَ الْمُنَافِقِينَ إِن شَاءَ

Agar Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan balasan kepada orang yang jujur, kepada orang-orang yang benar, yaitu orang-orang Mukmin. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala mengadzab orang-orang munafiq apabila Allah menghendakinya” (QS. Al-Ahzab[33]: 24)

Allah Subhanahu wa Ta’ala identikkan kejujuran itu sebagai suatu sifat yang melekat pada seorang Mukmin.

Jadi kejujuran adalah kunci untuk meraih kebaikan. Jujur adalah kunci dalam meraih akhlak yang mulia. Seseorang ingin memperbaiki akhlaknya, ingin meluruskan lisannya, maka mulailah dari kejujuran. Baik itu jujur kepada diri sendiri, jujur kepada Allah dan juga jujur kepada orang lain.

Sifat inilah yang akan menunjuki seorang hamba kepada banyak sekali pintu-pintu kebaikan. Dan ini merupakan jalan untuk menuju surga. Salah satu jalan yang memudahkan seseorang untuk sampai ke surga adalah kejujuran. Yang demikian itu tidak mungkin dapat dicapai oleh seseorang yang suka berdusta. Karena kebohongan itu pasti akan menggiring manusia/pelakunya kepada keburukan. Dan keburukan itu adalah jalan menuju neraka. Inilah yang disampaikan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam sebuah hadits yang sahih yang diriwayatkan oleh Al-Imam Bukhari dan Muslim, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:

إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى البِرِّ، وَإِنَّ البِرَّ يَهْدِي إِلَى الجَنَّةِ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يَكُونَ صِدِّيقًا. وَإِنَّ الكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الفُجُورِ، وَإِنَّ الفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا

“Sesungguhnya kejujuran itu akan membawa kepada kebaikan-kebaikan”

Orang yang jujur hatinya akan lapang, tidak akan tertekan, hatinya akan tulus, hatinya akan bersih, dan itu akan memudahkannya untuk melakukan kebaikan-kebaikan. Bagi kebaikan-kebaikan yang bersifat habluminallah seperti mengerjakan ibadah-ibadah ataupun kebaikan-kebaikan habluminannas, yaitu berbuat baik kepada sesama.

وَإِنَّ البِرَّ يَهْدِي إِلَى الجَنَّةِ

“Dan kebaikan-kebaikan ini merupakan jalan yang membawa seseorang kepada surga.”

Karena kebaikan-kebaikan ini akan mendatangkan Ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan ridha Allah inilah yang dibutuhkan oleh seorang hamba untuk dapat masuk ke dalam surga.

وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يَكُونَ صِدِّيقًا

“Seorang hamba dia berkata jujur lalu dia membiasakan dirinya untuk jujur hingga dia ditulis menjadi orang yang jujur.”

Demikian pula sebaliknya, lawan dari kejujuran itu..

وَإِنَّ الكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الفُجُورِ

“Sesungguhnya dusta itu akan menggiring pelakunya kepada dosa/keburukan.”

Biasanya kebohongan akan ditutupi dengan kebohongan-kebohongan yang lain apabila pelakunya tidak bertaubat, tidak mengakui kesalahannya dan memperbaiki dirinya dan meralat kebohongannya dengan bertaubat kepada Allah. Kalau dia tidak bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari kebohongannya, maka kebohongan-kebohongan berikutnya tinggal menunggu waktu. Dia akan berusaha menutupi satu kebohongan dengan kebohongan yang lain. Ini namanya kebohongan berantai. Dan tidak akan berhenti kebohongan itu. Hingga Nabi mengatakan, “Seseorang berdusta, kemudian dia mencari-cari celah untuk berdusta.”

Sehingga kadang-kadang karena sudah terbiasa berdusta, tidak ada dorongan untuk berdusta pun dia akan mencari kesempatan untuk berdusta. Karena sudah menjadi kebiasaannya. Hingga dia ditulis di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai seorang pendusta.

Pepatah kita mengatakan, “alah bisa karena biasa.” Sesuatu yang dibiasakan akan secara otomatis mudah untuk dilakukan oleh orang itu.

Demikianlah seseorang yang membiasakan dirinya bohong, maka mudah baginya, ringan baginya untuk berbohong, tidak berat, tidak mengganjal lagi di dalam hatinya. Dia tidak merasa berat, tidak merasa tertekan untuk berbohong. Pada awalnya mungkin dia berbohong karena untuk menutupi satu keburukan ataupun dosanya. Tapi lama-kelamaan tanpa ada dorongan apapun, tanpa ada alasan apapun, dia berbohong. Ini adalah kebiasaan yang buruk, yang apabila dibiasakan oleh seorang hamba, maka itu akan menjadi watak/pola yang terbentuk di dalam otaknya.

Cara kerja otak kita ini, didalam otak terdapat banyak sekali neuron-neuron yang saling berkomunikasi satu sama lainnya. Yaitu sel-sel otak. Dia saling berkomunikasi satu sama lainnya menurut kebiasaan pemilik otak itu. Dan dia akan membentuk sebuah pola. Seorang yang membiasakan diri berbohong, sekali berbohong, dua kali berbohong, kemudian terus-terusan berbohong, maka akan terpola di dalam otaknya bohong. Sehingga tidak ada dorongan berbohong pun dia berbohong. Karena sudah menjadi kebiasaannya. Otaknya telah merekam cara kerja itu. Hingga gampang baginya untuk berbohong.

Sebaliknya, kalau seorang membiasakan jujur, akan terpola di dalam otaknya kejujuran. Dan dia merasa tidak enak, mengganjal dalam hati, apabila tidak berkata jujur. Akan nampak perubahan pada raut wajahnya ketika dia berkata tidak jujur. Bahkan sedikit saja ada ketidakjujuran, sedikit saja yang mengandung unsur kebohongan (bukan kebohongan murni), dia merasa tidak enak, hatinya merasa resah, dirinya gelisah. Karena pola yang dibentuk oleh otaknya bukannya kebohongan, tapi kejujuran. Ini orang yang membiasakan diri jujur.

Tapi kalau orang yang membiasakan diri bohong, maka dia berbohong tanpa ekspresi penyesalan, bersalah, biasa. Sudah biasa baginya berbohong.

Maka kebiasaan itu sangat berpengaruh dalam kehidupan seseorang. Sebagaimana pepatah yang kita sebutkan tadi.

Al-Harits Al-Muhasibi menegaskan kepada kita, dia mengatakan bahwa jujur dan ikhlas adalah pondasi segala perkara. Kejujuran akan melahirkan sikap sabar, qanaah, zuhud, ridha dan ramah. Sementara keikhlasan akan melahirkan keyakinan, rasa takut, cinta, toleran, malu dan mudah menghormati orang. Dan tiga hal berikut akan sempurna jika disertai dengan kejujuran. Kejujuran yaitu hati sebagai pelaksana iman, niat ketika beramal dan lisan ketika berbicara. Apabila tiga perkara ini disertai dengan kejujuran, maka sempurnalah dia.

Maka kalau kita bermuamalah dengan orang jujur, kita pun merasa lapang, lega. Karena kata-katanya bisa dipegang. Sangat rumit untuk bermuamalah dengan orang yang tidak bisa dipegang kata-katanya. Hari ini dia mengatakan A besok dia mengatakan B, besok lusa dia mengatakan C, dari C kembali ke A. Tentu kita akan repot bermuamalah dengan orang seperti ini. Percayalah kalau kita bermuamalah dengan orang seperti ini, maka muamalah itu umurnya akan seumur jagung. Artinya tidak akan bertahan lama. Orang-orang akan lari darinya, sebagaimana kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

إِنَّ مِن ا شَرَّ النَّاسِ مَنْزِلَةً عِنْدَ اللَّهِ مِن تَرَكَهُ النَّاسُ اتِّقَاءَ فُحْشِهِ

Sesungguhnya di antara seburuk-buruk manusia adalah yang dijauhi oleh manusia karena menghindari kekejiannya .” dan salah satu kekejian adalah kata-kata yang tidak bisa dipegang.

Ibnul Qayyim mengungkapkan bahwa jujur adalah sifat yang dimiliki oleh orang-orang yang terhormat. Dari sifat ini tersusun semua tangga yang akan didaki oleh para pencari kebenaran. Siapa saja yang mencari kebenaran, kalau landasannya itu adalah kejujuran, dia akan sampai kepada kebenaran itu. Tapi harus ada modal kejujuran. Banyak orang yang mencari kebenaran tapi tidak ada kejujuran di dalam hatinya. Maka dia tidak akan sampai kepada kebenaran itu.

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا

Barangsiapa yang bersungguh-sungguh dijalan Kami maka Kami akan bimbing dia, kami arahkan dia, tuntun dia, kepada jalan kami itu.” (QS. Al-Ankabut[29]: 69)

Salah satu bukti/tanda mujahadah adalah kejujuran. Jujur menunjukkan bahwa seseorang sungguh-sungguh. Maka kalau seseorang mencari kebenaran, maka ini merupakan modal yang sangat penting baginya untuk menemukan kebenaran itu.

Orang yang mencari kebenaran didasari dengan kejujuran dari hatinya, Allah akan sampaikan dia kepada kebenaran itu dengan modal kejujuran tadi. Dan dari kejujuran itu pula terbentang jalan yang paling lurus. Orang yang tidak meniti jalan ini pasti celaka.

Kejujuran lah yang membedakan seorang munafik dengan seorang Mukmin, penduduk surga dengan penduduk neraka. Kejujuran adalah pedang Allah di atas muka bumi. Apabila diletakkan pada sesuatu niscaya akan mematahkannya dan apabila berhadapan dengan kebatilan niscaya pasti akan menumbangkannya. Siapa yang menjalankan kekuasaannya diatas kejujuran niscaya tidak akan diturunkan dan siapa yang berkata jujur, niscaya akan membungkam lawan bicaranya. Demikian penuturan dari Ibnul Qayyim dalam kitab beliau Madarijus Salikin.

File: Ustadz Abu Ihsan – 20170320 – Aktualisasi Akhlak Muslim – Jujur Pintu Semua Kebaikan.mp3 (03:28-19:41)

Kultum Singkat Tentang Kejujuran 5 – Orang Yang Dusta Dikatakan Orang Yang Jujur

Kita sekarang berada dimasa yang cara orang memandang rusak. Orang yang dusta dikatakan orang yang jujur. Orang yang jujur didustakan. Kemudian orang yang berkhianat dikatakan orang yang amanah dan orang yang dipercaya dikatakan sebagai orang yang berkhianat. Dan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah mengabarkan kepada kita tentang hal tersebut di dalam hadits yang sahih dikeluarkan oleh Ibnu Majah dan yang lainnya. Rasul kita Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

سَيَأْتِي عَلَى النَّاسِ سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتُ

“Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh dengan penipuan/ kamuflase.”

يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ

“Pendusta dikatakan orang yang jujur, orang yang jujur didustakan.”

وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ

“Sedangkan pengkhianat dikatakan orang yang terpercaya, orang yang terpercaya dikatakan penghianat.”

Dan dimasa ini, Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:

وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ

“Ruwaibidhah berbicara.”

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ditanya:

يَا رَسُولَ اللهِ، وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ؟

“Ya Rasulullah, apa itu Ruwaibidhah?”

Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab:

الرَّجُلُ التَّافِهُ يَنْطِقُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ

“Orang yang pandir/hina/bodoh bicara tentang perkara yang umum.”

Maksudnya adalah orang yang bodoh berbicara tentang perkara-perkara yang besar.

Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, dalam hadits ini Rasul memwasiati kita untuk selalu berbuat jujur ketika melihat timbangan yang rusak ini.

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلىَ البِرِّ

“Wajib atas kalian untuk berlaku jujur karena jujur itu akan membimbing kalian kepada kebaikan.”

وَإِنَّ البرَّ يَهْدِيْ إِلىَ الجَنَّةِ

“Dan sesungguhnya kebaikan membimbing kepada surga.”

وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتىَّ يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِيْقاً

“Senantiasa seseorang berlaku jujur dalam sikapnya sehingga ditulis oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai orang yang sidiq.”

وَإِيَّاكُمْ وَالكَذِبَ

“Hati-hati dari berbuat dusta/bohong.”

فَإِنَّ الكَذِبَ يَهِدِى إِلىَ الفُجُوْرِ

“Karena kedustaan itu mengantarkan seseorang kepada perbuatan dosa.”

وَإِنَّ الفُجُوْرَ يَهْدِي إِلىَ النَّارِ

“Dan fujur itu membawa orang kepada api neraka.”

وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيتَحَرَّى الكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كذاباً

“Seseorang terus melakukan perbuatan dusta sehingga ditulis di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai pendusta.”

Kejujuran akan menyelamatkan seseorang di dunia dan di akhirat. Di dunia, kejujuran menyelamatkan seseorang seperti menyelamatkan seorang sahabat mulia yang bernama Ka’ab bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu yang insyaAllah kisahnya akan kita baca. Adapun di akhirat, orang yang jujur akan mendapat mendapatkan keberuntungan yang besar. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di surat Al-Maidah ayat 119:

هَـٰذَا يَوْمُ يَنفَعُ الصَّادِقِينَ صِدْقُهُمْ

Ini adalah hari dimana hari yang kejujuran itu bermanfaat untuk orang-orang yang jujur.”

لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا

Bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal selama-lamanya didalamnya.

رَّضِيَ اللَّـهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ

“Allah ridha kepada mereka dan mereka ridha kepada Allah.”

ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

“Itu merupakan kemenangan yang besar.”

Simak kisah Ka’ab bin Malik pada menit ke 08:31

File: Ustadz Kurnaedi – 20190827 – Ahsanul Bayan – Kejujuran Bag 1.mp3 (02:30-08:31)

Pencarian Kultum Singkat Tentang Kejujuran Beserta Dalilnya

Pencarian: kultum singkat tentang kejujuran untuk anak sd, pidato kultum singkat tentang kejujuran, teks ceramah kultum singkat tentang kejujuran, teks kultum singkat tentang kejujuran, ceramah kultum singkat tentang kejujuran, contoh kultum singkat tentang kejujuran, kultum pendek kultum singkat tentang kejujuran, kultum singkat tentang kejujuran untuk anak sd, pidato kultum singkat tentang kejujuran, teks ceramah kultum singkat tentang kejujuran, teks kultum singkat tentang kejujuran, ceramah kultum singkat tentang kejujuran, contoh kultum singkat tentang kejujuran, kultum pendek kultum singkat tentang kejujuran, kultum singkat tentang kejujuran untuk anak sd, pidato kultum singkat tentang kejujuran, teks ceramah kultum singkat tentang kejujuran, teks kultum singkat tentang kejujuran, ceramah kultum singkat tentang kejujuran, contoh kultum singkat tentang kejujuran, kultum pendek kultum singkat tentang kejujuran, kultum singkat tentang kejujuran untuk anak sd, pidato kultum singkat tentang kejujuran.

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: