Makna Tauhid Adalah Mengesakan Allah Ta’ala

Makna Tauhid Adalah Mengesakan Allah Ta’ala

Makna Tauhid Adalah Mengesakan Allah Ta’ala ini adalah apa yang bisa kami ketik dari tabligh akbar berjudul Keesaan Allah Ta’ala yang disampaikan oleh Syaikh Prof. Dr. ‘Abdur Razzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-Badr.

A. Kedudukan dan Kemuliaan Tauhid Dalam Agama Islam

1. Tauhidullah hal paling agung

Menit ke-7:13. Pembicaraan kita pada pertemuan kita yang sekarang ini adalah tentang hal yang paling agung di permukaan bumi ini, hal yang paling agung di dunia ini, yang paling suci dan yang paling besar. Pembicaraan kita adalah tentang Tauhidullah Tabaraka wa Ta’ala, bagaimana kita bisa mengesakan Allah Tabaraka wa Ta’ala. Dan ketahuilah bahwa Tauhidullah ini adalah orientasi dan maksud penciptaan Allah terhadap langit dan bumi dan terhadap seluruh makhlukNya. Dan karena tauhid inilah Allah Tabaraka wa Ta’ala menciptakan seluruh makhluk agar kemudian makhluk hidup untuk mempraktekkan dan mengamalkan Tauhid dalam kehidupan mereka. Allah berfirman di dalam Al-Qur’an:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ ﴿٥٦﴾

Tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaKu.” (QS. Adz-Dzariyat[51]: 56)

Allah juga berfirman:

اللَّـهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الْأَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّـهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّـهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا ﴿١٢﴾

Allah yang telah menciptakan tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi seperti itu pula. Dan Allah Tabaraka wa Ta’ala menurunkan perintah-perintahNya dari langit menuju bumi agar semua kalian tahu bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala maha kuasa atas segala sesuatu dan bhwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala maha mengetahui segala sesuatu.” (QS. At-Talaq[65]: 12)

Dan oleh karena tauhid ini jugalah Allah Tabaraka wa Ta’ala mengutus Rasul-RasulNya yang mulia, Allah menurunkan kitab-kitabNya yang sangat agung, agar kemudian semua ini mengarah kepada maksud penciptaan Allah Tabaraka wa Ta’ala terhadap semua makhlukNya. Allah berfirman tentang pengutusan Rasulullah:

…أَنِ اعْبُدُوا اللَّـهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ…

“…sungguh Kami telah utus kepada setiap umat para Rasul agar mereka berdakwah mengajak manusia beribadah kepada Allah dan menjauhkan Thagut dari kehidupan mereka…” (QS. An.Nahl[16]: 36)

Allah juga berfirman:

وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَـٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ ﴿٢٥﴾

Tidaklah Kami utus sebelummu seorang Rasulpun melainkan kami wahyukan kepadanya: ‘Tidak ada Ilah kecuali saya, maka beribadah kalian hanya kepada saya.’” (QS. Al-Anbiya[21]: 25)

Dan ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang semakna dengan ini sangatlah banyak.

2. Permisalan tauhid bagaikan akar

Menit ke-11:51. Dan tentang tauhid ini, hal yang harus kita ketahui bahwa dia adalah pondasi yang diatasnya berdiri agama Allah. Ketahuilah bahwasanya tidak ada manfaat daripada ketaatan dan tidak ada faidah daripada ketaatan tersebut kecuali apabila ketaatan tersebut dibangun oleh orang yang beramal dan melakukan ketaatan diatas Tauhidullah, diatas mengesakan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan sungguh mesti untuk kita ketahui bahwa sesungguhnya permisalan kalimat tauhid yang dia adalah pondasi daripada agama Allah, permisalannya adalah perpisahan akar-akar bagi sebuah pohon. Bahwasanya pohon tidak akan mampu berdiri manakala dia tidak memiliki akar. Demikian juga amalan-amalan ketaatan didalam agama juga tidak akan bermanfaat manakala tidak ada akar tauhid yang membangun amalan tersebut.

Tidakkah kita melihat kepada firman Allah Tabaraka wa Ta’ala di dalam Al-Qur’an:

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّـهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ ﴿٢٤﴾

Tidakkah kalian melihat permisalan kalimat thayyibah (tauhid) bagaikan pohon yang suci yang mana pondasinya mengakar di tanah dan batangnya tinggi ke langit.” (QS. Ibrahim[14]: 24)

Demikianlah Allah Subhanahu wa Ta’ala membuat permisalan untuk kalian, mudah-mudahan kalian mengingatnya.

Ketahuilah bahwasanya Allah di dalam ayat ini menyuruh kita untuk melihat, mendengar dan memperhatikan dengan sebaik-baiknya bahwasanya permisalan tauhid untuk amalan adalah bagaikan permisalan akar untuk pohon. Sebagaimana pohon tidak akan berdiri kalau dia tidak berdiri di atas akar yang kokoh. Maka demikian juga amalan tidak akan berdiri kalau tidak begini diatas tauhid yang kokoh. Dan tauhid yang kokoh itu adalah agar engkau mengesakan Allah di dalam ketaatan dan mengikhlaskan segala ketaatan engkau hanya untuk Allah.

3. Tauhid adalah agama yang sesuai dengan fitrah

Menit ke-16:25. Dan tauhid ini, dia sebenarnya adalah agama yang sesuai dengan fitrah manusia. Karena sesungguhnya Allah Tabaraka wa Ta’ala sebenarnya telah menjadikan fitrah manusia semuanya diatas tauhid. Allah berfirman di dalam Al-Qur’an:

فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ اللَّـهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّـهِ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ …

Maka berdirikan wajahmu menghadap Allah dengan lurus. Ini adalah fitrah Allah yang telah Allah buat fitrah itu di dalam hati manusia. Iini adalah agama yang sangat lurus.” (QS. Ar-Rum[30]: 30)

Kemudian Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di dalam hadits yang shahih yang didalamnya Nabi kita juga menerangkan bahwasanya agama tauhid ini sesuai dengan fitrah manusia. Yang saya maksud adalah hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ

“Tidaklah ada seorang yang dilahirkan melainkan ketika dia dilahirkan adalah dilahirkan diatas fitrah.”

فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ وَيُمَجِّسَانِهِ

“Kedua orang tuanyalah yang telah menjadikannya Yahudi, yang telah menjadikan dia Nasrani atau menjadikan dia majusi.” (HR. Muslim)

Kemudian Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga menerangkan bahwasanya unta-unta yang lahir tidakkah lahir di atas kesempurnaan penciptaan sehingga kalianlah yang telah menjadikan unta itu buntung dengan cara kalian memotong kaki dan tangannya. Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga berbicara tentang tauhid adalah agama yang sesuai dengan fitrah manusia, di dalam hadits qudsi yang diriwayatkan dari Allah Tabaraka wa Ta’ala, Allah berfirman:

خَلَقْتُ عِبَادِي حُنَفَاءَ

“Aku telah menciptakan hamba-bambaKu diatas agama yang lurus.”

وَإِنَّهُمْ أَتَتْهُمُ الشَّيَاطِينُ فَاجْتَالَتْهُمْ عَنْ دِينِهِمْ

Namun setan-setanlah yang telah membuat mereka keluar daripada agama yang lurus itu.” (HR. Muslim)

Sesungguhnya Al-Hunafa dalam hadits ini maknanya adalah diciptakan diatas tauhid, diatas agama, mengesakan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Namun setan lah yang telah menyesatkan manusia dan menjauhkan mereka dari pada fitrah tersebut.

4. Tidak diterima amal kecuali diatas tauhid

Menit ke-20:51. Diantara perkara tauhid yang menunjukkan agungnya kedudukan tauhid di dalam agama Islam bahwasanya seluruh amal manusia terhenti dan tidak akan diterima oleh Allah kecuali manakala amalan tersebut berdiri diatas pondasi tauhid. Maka tidak akan ada manfaat dari amal apapun, tidak ada faidah daripada amal apapun dan tidak akan diterima amal itu di sisi Allah kecuali apabila orang yang beramal tersebut mentauhidkan Allah dan mengesakan Allah di dalam amalan itu. Allah berfirman di dalam Al-Qur’an:

وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ ﴿٦٥﴾

Sungguh telah diwahyukan kepada engkau dan kepada orang-orang sebelummu, apabila kalian berbuat syirik, tidak mentauhidkan Allah, niscaya hapus seluruh amalan kalian dan di akhirat akan menjadi orang yang merugi.” (QS. Az-Zumar[39]: 65)

Di dalam Al-Qur’an Allah tambahkan:

بَلِ اللَّـهَ فَاعْبُدْ وَكُن مِّنَ الشَّاكِرِينَ ﴿٦٦﴾

Akan tetapi jadilah kalian itu beribadah hanya kepada Allah dan jadilah kalian itu adalah orang-orang yang bersyukur.” (QS. Az-Zumar[39]: 66)

Allah juga berfirman:

…وَمَن يَكْفُرْ بِالْإِيمَانِ فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُهُ…

Barangsiapa yang kufur kepada iman (yaitu kepada tauhid), sungguh telah hancur dan musnah hapus seluruh amalannya.” (QS. Al-Maidah[5]: 5)

Allah juga berfirman:

وَمَا مَنَعَهُمْ أَن تُقْبَلَ مِنْهُمْ نَفَقَاتُهُمْ إِلَّا أَنَّهُمْ كَفَرُوا بِاللَّـهِ وَبِرَسُولِهِ …

“Dan tidak ada yang menghalangi Allah untuk menerima sedekah-sedekah mereka, infaq-infaq mereka kecuali hanya karena mereka itu kafir kepada Allah dan kepada Rasul-RasulNya.”

Amalan apapun, saudara.. Kalau tidak berdiri diatas tauhid, maka amal itu tidak akan diterima oleh Allah. Karena syarat diterimanya amalan disisi Allah amal itu harus dibangun diatas keikhlasan kepada Allah dan mengesakan Allah, hanya Allah tujuan daripada amalan tersebut satu-satunya. Allah berfirman:

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّـهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ…

Mereka tidak diperintahkan kecuali untuk beribadah kepada Allah, mengikhlaskan kepadaNya seluruh ketaatan…” (QS. Al-Bayyinah[98]: 5)

أَلَا لِلَّـهِ الدِّينُ الْخَالِصُ…

Ketahuilah hanya untuk Allah agama yang lurus.” (QS. Az-Zumar[39]: 3)

Allah berfirman:

وَاعْبُدُوا اللَّـهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا…

Beribadah hanya kepada Allah dan jangan sekutukan Allah dengan apapun.” (QS. An-Nisa[4]: 36)

Allah juga berfirman:

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ…

Allah telah membuat keputusan bahwasanya jangan kalian beribadah kecuali hanya untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (QS. Al-Isra[17]: 23)

Dan ayat-ayat Allah di dalam masalah ini sangatlah banyak.

5. Tauhid merupakan hak Allah

Tauhid -wahai saudaraku yang dimuliakan Allah- merupakan hak Allah terhadap seluruh hamba-hambaNya. Dan barangsiapa yang menunaikan hak Allah ini di permukaan bumi niscaya dia telah menjadi orang yang sangat beruntung dengan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat. Namun barangsiapa yang menyepelekan masalah tauhid dan menyia-nyiakan tauhid dan jauh daripada tauhid, niscaya mereka akan merugi di dunia dan di akhirat.

Di dalam hadits yang shahih, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam suatu saat bersama Muadz bin Jabal Radhiyallahu ‘Anhu. Muad bin Jabal bercerita Radhiyallahu ‘Anhu bercerita:

كُنتُ رِدْفَ النبيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم عَلَى حِمارٍ

“Suatu hari aku berbonceng dengan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di atas seekor keledai.”

فَقَالَ: “يَا مُعَاذُ هَل تَدري مَا حَقُّ اللَّه عَلى عِبَادِهِ، ومَا حَقُّ الْعِبادِ عَلى اللَّه؟

“Ketika itu Nabi berkata kepadaku: “Wahai Mu’adz, tahukah engkau apa hak Allah terhadap hamba-hambaNya? Dan tahukan engkau apa hak hamba terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala?”

Mu’adz bin Jabal Radhiyallahu ‘Anhu:

اللَهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ.

“Allah dan Rasulnya yang lebih mengetahui.”

Nabi kemudian mengatakan:

حَقَّ اللَّهِ عَلَى العِبَادِ أَن يَعْبُدُوه، وَلا يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئاً،

“Hak Allah terhadap hambaNya adalah hamba itu harus beribadah kepada Dia satu-satunya dan tidak menyekutukan Dia dengan sesuatu apapun.”

وَحقَّ العِبادِ عَلى اللَّهِ أَنْ لاَ يُعَذِّبَ مَنْ لا يُشِركُ بِهِ شَيْئاً

“Adapun hak hamba terhadap Allah, bahwasanya Allah tidak akan mengadzab hamba yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun.”

Ini adalah hak hamba terhadap Allah. Allah tidak akan mengadzab hamba yang tidak berbuat syirik kepadaNya. Kemudian Mu’adz bin Jabal berkata:

يَا رسولُ اللَّهِ أَفَلا أُبَشِّرُ النَّاسَ؟

“Wahai Rasulullah, bolehkah saya memberikan kabar gembira ini kepada manusia?”

Kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

لاَ تُبَشِّرْهُم فَيَتَّكِلُوا

“Jangan engkau memberikan kabar gembira ini kepada manusia, saya takut mereka hanya bersandar kepada kabar gembira ini saja.” (Muttafaqun ‘alaih)

Dan ini menunjukkan akan keagungan tauhid. Yang mana dia adalah hak Allah Subhanahu wa Ta’ala yang wajib ditunaikan oleh para hambaNya. Maka hamba manapun yang menunaikan hak Allah ini (yaitu tauhid), sungguh dia akan menjadi mulia di permukaan bumi dan mulia di akhirat dan akan selamat dari pada murka Allah dan selamat daripada amarah Allah di akhirat. Kemudian barangsiapa yang menyia-nyiakan tauhid, menyepelekan tauhid dan melanggar tauhid, maka sungguh dia akan menjadi orang yang sangat merugi di dunia dan di akhirat.

Dan hak Allah ini adalah tauhid, mengesakan Allah dalam seluruh ibadah. Dan dia adalah hal yang paling agung di permukaan bumi sebagaimana yang sudah kita katakan diawal muhadzarah tadi. Oleh karena itu barangsiapa yang keluar daripada tauhid, maka dia keluar daripada hal yang terbaik dan paling mulia yang ada di permukaan bumi. Dan hendaklah setiap orang menjadikan seluruh maksud dan tujuannya adalah mengesakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menjadikan tauhid ini adalah curahan perhatiannya yang paling besar dan orientasi kehidupannya yang paling agung. Harusnya dia lebih peduli kepada tauhid lebih daripada sekedar makan setiap harinya, minuman setiap harinya, pakaian setiap harinya, hendaknya dia lebih memperdulikan itu. Karena sesungguhnya kehidupan manusia yang sebenarnya adalah kehidupan diatas tauhid. Allah berfirman:

أَوَمَن كَانَ مَيْتًا فَأَحْيَيْنَاهُ…

Tidakkah engkau melihat orang-orang sebenarnya mereka adalah mayat, namun Kami yang menghidupkan mereka.” (QS. Al-An’am[6]: 122)

Allah juga berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّـهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ…

Hai orang-orang yang beriman, sambutlah seruan Allah dan sambutlah seruan Rasul. Kalau Allah dan Rasul itu mengajak kalian untuk sesuatu yang akan membuat kalian hidup.” (QS. Al-Anfal[8]: 24)

Ketahuilah bahwasanya kehidupan yang sebenarnya, kehidupan yang hakiki dan kebahagiaan yang abadi tidak akan didapatkan seseorang kecuali apabila orang itu menegakkan tauhid di permukaan bumi di dalam kehidupannya.

6. Tauhid sumber ketenangan

Menit ke-32:42. Dan barangsiapa yang tidak mentauhidkan Allah, maka niscaya suruh perkaranya akan tercerai-berai. Hatinya akan senantiasa galau dan tidak akan pernah tenang. Dan sesungguhnya seluruh perkaranya akan hilang sia-sia. Perhatikanlah firman Allah Tabaraka wa Ta’ala dalam Al-Qur’an:

…أَأَرْبَابٌ مُّتَفَرِّقُونَ خَيْرٌ أَمِ اللَّـهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ ﴿٣٩﴾

Apakah Rabb-Rabb yang banyak dan beranekaragam lebih baik daripada Allah Yang Esa dan maha perkasa?” (QS. Yusuf[12]: 39)

Tidak akan berkumpul di dalam kehidupan seseorang kebaikan dan tidak akan sempurna urusannya dan tidak akan tenang kehidupannya kecuali kalau dia hidup diatas mentauhidkan Allah dan mengikhlaskan seluruh ketaatan hanya kepada Allah. Tanpa tauhid, sesungguhnya kehidupan seseorang akan tercerai berai dan sesungguhnya hatinya akan terpecah-belah dan seluruh urusannya tidak akan bisa tenang dan hidupnya tidak akan pernah bisa damai. Dan ini menunjukkan keagungan yang sangat besar, kemuliaan yang sangat besar terhadap tauhid Allah, mengesakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam seluruh ketaatan. Ketenangan hidup seseorang, kebahagiaannya, kesempurnaan urusannya, adalah ketika dia hidup diatas mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

7. Tauhid adalah agama yang Allah turunkan melalui wahyu

Menit ke-36:55. Tauhid -saudaraku yang mulia- adalah agama Allah yang Allah Tabaraka wa Ta’ala telah turunkan agama itu melalui wahyu-wahyuNya. Sesungguhnya seluruh aqidah-aqidah yang ada diantara manusia yang bukan dengannya Allah turunkan wahyu, maka itu adalah aqidah yang tumbuh di permukaan bumi, manusia yang membuatnya dengan logika-logika, perasaan-perasaan dan hawa nafsu mereka. Seluruh aqidah manusia seperti itu kecuali aqidah tauhid. Aqidah tauhid ini tidak tumbuh di permukaan bumi, namun dia turun melalui wahyu yang diwahyukan Allah Tabaraka wa Ta’ala dari langit. Dan ketahuilah bahwasanya aqidah di permukaan bumi terbagi dua:

  • Aqidah yang turun melalui wahyu yang diturunkan Allah
  • Aqidah yang tumbuh di permukaan bumi, manusia yang membuatnya dengan pikiran-pikiran mereka, dengan perasaan-perasaan mereka.

Dan ketahuilah seluruh aqidah yang tumbuh di permukaan bumi dan tidak turun melalui wahyu, maka Allah Tabaraka wa Ta’ala tidak akan menerima aqidah itu. Allah tidak akan menerima aqidah kecuali aqidah yang Allah turunkan wahyu dengannya. Lihatlah apa yang dikatakan Nabi Yusuf ‘Alaihis Salam ketika Nabi Yusuf berdakwah kepada sahabatnya yang menghuni penjara bersamanya:

…أَأَرْبَابٌ مُّتَفَرِّقُونَ خَيْرٌ أَمِ اللَّـهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ ﴿٣٩﴾

Apakah Rabb-Rabb yang beraneka ragam lebih baik daripada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang Esa dan maha perkasa?

مَا تَعْبُدُونَ مِن دُونِهِ إِلَّا أَسْمَاءً سَمَّيْتُمُوهَا أَنتُمْ وَآبَاؤُكُم مَّا أَنزَلَ اللَّـهُ بِهَا مِن سُلْطَانٍ…

Sesungguhnya apa yang kalian ibadahi ini (yaitu perbuatan syirik kepada selain Allah), kata Nabi Yusuf: ‘ini hanyalah nama-nama yang orang tua kalian dahulukan beri nama, ini adalah Ilah-Ilah yang kalian dan orang tua kalian yang membuatnya yang Allah tidak pernah turunkan ilmunya.” (QS. Yusuf[12]: 40)

Demikian juga apa yang Allah katakan dalam surat An-Najm:

أَفَرَأَيْتُمُ اللَّاتَ وَالْعُزَّىٰ ﴿١٩﴾ وَمَنَاةَ الثَّالِثَةَ الْأُخْرَىٰ ﴿٢٠﴾ أَلَكُمُ الذَّكَرُ وَلَهُ الْأُنثَىٰ ﴿٢١﴾ تِلْكَ إِذًا قِسْمَةٌ ضِيزَىٰ ﴿٢٢﴾ إِنْ هِيَ إِلَّا أَسْمَاءٌ سَمَّيْتُمُوهَا أَنتُمْ وَآبَاؤُكُم مَّا أَنزَلَ اللَّـهُ بِهَا مِن سُلْطَانٍ…

Tidakkah kalian melihat kepada Lata dan ‘Uzza, dan Manah Tuhannya Quraisy yang ketiga. Apakah untuk kalian adalah laki-laki dan untuk Allah adalah wanita? Semua itu adalah pembagian yang sangat tidak adil. Sesungguhnya berhala-berhala kalian tersebut adalah nama-nama yang kalian yang membuat nama itu, kalian dan orang tua kalian, yang Allah tidak pernah turunkan wahyu dan kekuatan di dalam hal tersebut.” (QS. An-Najm[53]: 19-23)

Dan apa yang Allah tidak turunkan wahyunya, tidak Allah turunkan kekuatan ilmu untuk menerangkan itu adalah aqidah, maka aqidah itu adalah aqidah yang tumbuh di permukaan bumi dan Allah tidak akan menerima agama apapun kecuali agama yang agung ini, agama yang mulia ini, ini yang akan diterima oleh Allah. Yaitu agama yang berdiri diatas mengesakan Allah dan mentauhidkanNya dan mengikhlaskan seluruh amalan hanya untukNya.

8. Tauhid sangat sesuai dengan akal yang sehat

Menit ke-43:17. Diantara perkara tauhid yang tadi telah kita sebutkan yaitu dia adalah agama yang dengannya diturunkan wahyu. Maka sesungguhnya tauhid itu juga adalah agama yang sangat sesuai dengan akal yang sehat. Sesungguhnya seseorang yang memiliki akal yang sehat, akal sehatnya itu akan membawanya kepada bahwa dia tidak akan ridha dan dia tidak akan mau untuk menjadikan tandingan-tandingan untuk Allah daripada kuburan-kuburan, daripada pepohonan-pepohonan, bebatuan-bebatuan yang dijadikan tandingan-tandingan untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala. Akal yang sehat tidak akan menerima kecuali tauhid, mengesakan Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam ketaatan.

Sesungguhnya banyak daripada manusia yang Allah berikan taufik kepadanya dengan kemurnian akalnya, dengan akalnya yang sehat, Allah berikan taufik kepada mereka sehingga mereka tidak akan ridha untuk menjadikan apapun sebagai tandingan bagi Allah. Sebagai misal yang bisa kita bawakan pada kesempatan kali ini adalah seseorang yang bernama Zaid bin ‘Amr bin Nufail. Beliau adalah orang yang hidup dimasa jahiliyah, wafat sebelum Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam diutus menjadi Nabi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Zaid bin ‘Amr bin Nufail ini dikenal dengan seorang yang bertauhid dari kaum jahiliyah. Zaid bin ‘Amr bin Nufail, dikalangan jahiliyah dia mencela perbuatan orang jahiliyah terhadap ibadah mereka kepada berhala-berhala. Di dalam shahih Bukhari disebutkan bahwa Zaid bin ‘Amr bin Nufail berkata kepada orang-orang jahiliyah: “Kambing, Allah yang menciptakan. Dan Allah turunkan untuk kambing itu air dari langit. Bagaimana mungkin kalian menyembelih kambing itu dengan nama selain Allah?” Dan dia tidak mau makan kambing yang dipersembahkan oleh orang Quraisy kepada berhala.

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ditanya oleh para sahabat tentang Zaid bin ‘Amr bin Nufail ini. Nabi mengatakan:

إِنَّهُ يُبْعَثُ أُمَّةً وَحْدَهُ

“Dia akan dibangkitkan oleh Allah bagikan satu umat.”

Aqidah tauhidnya itu membuatnya menjadi satu umat, menjadi besar di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seseorang apabila melihat dengan akalnya yang sehat, niscaya dia tidak akan ridha kecuali mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan dia akan mengetahui rusaknya akal manusia yang beribadah kepada selain Allah, beribadah kepada bebatuan, beribadah kepada pepohonan, beribadah kepada apapun yang diibadahi manusia selain daripada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

9. Tauhid sumber keamanan

Menit ke-48:25. Diantara perkara tauhid yang sangat agung adalah bahwasanya hamba tidak akan pernah merasakan keamanan, hamba tidak akan pernah merasakan keselamatan dan ketenangan dari seluruh hal-hal yang membuatnya takut dan khawatir dari seluruh hal-hal yang membuat kecelakaan dan kebinasaan kepadanya, itu tidak akan terwujud kecuali bilamana seseorang senantiasa melaksanakan tauhid kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, mengesakan Allah dan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun. Allah berfirman di dalam Al-Qur’an:

الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُم بِظُلْمٍ أُولَـٰئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ ﴿٨٢﴾

Orang-orang yang beriman yang tidak mencampuri keimanan mereka dengan kedzaliman, merekalah orang-orang yang akan mendapatkan keamanan dan merekalah orang-orang yang akan mendapatkan petunjuk dan hidayah.” (QS. Al-An’am[6]: 82)

“Kedzaliman” di dalam ayat ini maksudnya adalah tidak mencampur keimanan mereka sedikitpun dengan kesyirikan, ini maksud daripada ayat. Ayat ini ketika turun, para sahabat merasa berat dan bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan pertanyaan mereka:

أيُّنا لَمْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ؟

“Wahai Nabi, siapa diantara kami yang tidak pernah mendzalimi dirinya?”

Pada sahabat mengira ظلم di sini adalah kedzaliman dan mereka mengatakan: “Siapa diantara kita yang tidak pernah mendzalimi dirinya?” Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan: “Tidakkah kalian mendengar perkataan hamba Allah yang shalih yaitu Luqman kepada anaknya:

…يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّـهِ ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ ﴿١٣﴾

Wahai anakku, jangan engkau sekutukan Allah. Sesungguhnya perbuatan syirik (menyekutukan Allah) adalah kedzaliman yang paling besar.” (QS. Luqman[31]: 13)

Di dalam hadits ini Nabi memberikan keterangan bahwa maksud daripada mencampuri iman dengan kedzaliman adalah mencampurinya dengan kesyirikan. Barangsiapa yang tauhidnya tidak dicampur dengan kesyirikan, niscaya dia akan merasakan keamanan dan mendapatkan petunjuk di dunia dan di akhirat. Allah juga mengatakan di dalam Al-Qur’an yang semakna dengan ayat ini. Allah mengatakan:

وَعَدَ اللَّـهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا…

Allah berjanji kepada orang yang beriman dan beramal shalih dari kalian, niscaya Allah akan menjadikan mereka pemimpin di permukaan bumi sebagaimana Allah menjadikan orang-orang sebelum mereka pemimpin. Niscaya Allah akan mengokohkan di permukaan bumi ini agama yang telah Allah ridhai untuk mereka dan niscaya Allah akan menggantikan ketakutan yang ada pada mereka dengan keamanan.” (QS. An-Nur[24]: 55)

Allah akan menggantikan ketakutan dengan keamanan, tapi dengan syarat:

يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا

Mereka harus beribadah kepadaKu dan menjauhi perbuatan syirik (menyekutukan Allah) dengan susuatu apapun.” (QS. An-Nur[24]: 55)

Dengan makna ini Allah Tabaraka wa Ta’ala menerangkan bahwasannya keamanan dan ketenangan hanya didapatkan oleh orang-orang yang beribadah dan hanya mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

10. Tauhid adalah kebaikan yang paling baik

Tauhid -wahai saudaraku yang mulia- adalah kebaikan yang paling baik, kemuliaan yang paling utama secara mutlak. Dalil bahwasannya tauhi adalah kemuliaan yang paling mulia, keutamaan yang paling mulia secara mutlak, yang menunjukkan ke arah itu adalah bahwa seluruh kebaikan yang kita lakukan, seluruh kebaikan yang kita laksanakan akan dilihat apakah kita mengerjakannya diatas tauhid atau tidak. Kalau tidak diatas tauhid, maka dia tidak akan diterima oleh Allah, berhenti makna daripada seluruh kebaikan kalau tidak dibangun diatas tauhid.

Oleh karena itu menunjukkan bahwasanya tauhid itu adalah keagungan yang paling agung, kemuliaan yang paling mulia. Karena seluruh amal shalih dan ketaatan harus membutuhkan tauhid untuk diterima disisi Allah. Dan demikian juga dengan lawannya, yaitu syirik. Syirik adalah keburukan yang paling buruk. Tidak ada keburukan yang lebih buruk daripada syirik. Dan yang menunjukkan ke arah itu adalah bahwa sesungguhnya adanya syirik dalam sebuah amalan akan membuat amalan itu tidak diterima oleh Allah, menghapuskan amalan tersebut secara keseluruhan. Bahwasanya tidak akan Allah terima ibadah apapun yang di dalam ibadah itu masih ada kesyirikan. Allah tidak menerimanya kecuali apabila dibangun diatas tauhid.

11. Tauhid adalah pintu surga

Tauhid -wahai saudaraku yang mulia- adalah kunci pintu surga. Dan tidak akan ada seseorang yang bisa masuk ke dalam surga kecuali dengan kuncinya. Dan kunci surga itu adalah tauhid. Tidak akan terbuka untuk seseorang pintu-pintu surga kecuali dia datang dengan membawa tauhid. Dan orang yang datang dengan tidak membawa tauhid di akhirat dia tidak akan bisa masuk surga. Dengarkan firman Allah Tabaraka wa Ta’ala:

… لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَلَا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّىٰ يَلِجَ الْجَمَلُ فِي سَمِّ الْخِيَاطِ…

Orang-orang kafir tidak akan dibukakan untuk mereka pintu-pintu langit dan mereka tidak akan masuk ke dalam surga sampai unta masuk ke dalam lubang jarum.” (QS. Al-A’raf[7]: 40)

Ini menunjukkan bahwasannya tauhid adalah kunci daripada pintu-pintu surga dan tidak akan mungkin seseorang masuk ke dalam surga kecuali apabila dia membawa kunci pintu surga itu, yaitu tauhid. Ini menunjukkan bahwa tauhid asas yang sangat agung, pondasi yang sangat luar biasa di dalam agama Islam.

Apa yang telah kita sampaikan tadi -saudaraku yang mulia- adalah muqaddimah yang dengannya kita menyampaikan bagaimana sebenarnya posisi tauhid di dalam agama Islam. Kita menerangkan bagaimana bahwa tauhid itu memiliki kemuliaan-kemuliaan yang sangat banyak, memiliki faidah-faidah yang sangat banyak, memiliki keutamaan-keutamaan yang sangat banyak. Bahkan kita mengatakan seluruh kebaikan dan seluruh keberkahan yang ada di dunia dan akhirat semuanya dihasilkan hanyalah dengan tauhid.

Sesungguhnya di dalam mukaddimah yang tadi kita sampaikan, kita telah berbicara tentang posisi tauhid dan kemuliaan tauhid dalam agama Islam. Dan kita akan segera masuk ke dalam pembahasan berikutnya, yaitu hakikat tauhid. Aapa sebenarnya tauhid itu?

B. Pengertian dan Hakikat Tauhid

Baca di sini: Pengertian dan Hakikat Tauhid

Video Tabligh Akbar Keesaan Allah Ta’ala

Sumber video: Rodja TV – Tabligh Akbar: Keesaan Allah Ta’ala (Syaikh Prof. Dr. ‘Abdur Razzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-Badr)

Mari turut menyebarkan kajian Tabligh Akbar: Keesaan Allah Ta’ala yang berisi pembahasan tauhid ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi kita semua. Barakallahu fiikum..

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: