Materi 13 – Sebab-Sebab Riya’

Materi 13 – Sebab-Sebab Riya’

Tulisan tentang “Materi 13 – Sebab-Sebab Riya’” ini adalah catatan yang kami tulis dari Audio kajian khusus peserta WAG UFA OFFICIAL yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A. Hafidzahullah.

Sebelumnya: Materi 12 – Bahaya Riya’

Transkrip Materi 13 – Sebab-Sebab Riya’

 بسم الله الرحمن الرحيم

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله

Ikhwan dan akhwat yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala, ada beberapa hal yang menjadikan seseorang terjerumus dalam riya’.

1. Tumbuh dalam keluarga yang sering melakukan riya’

Di antaranya, bisa jadi dia terjerumus dalam riya’ karena dia tumbuh dalam suatu keluarga yang memang keluarga tersebut sering melakukan riya’. Bapaknya kalau melakukan amal shalih sering cerita sana cerita sini, pamer sana pamer sini, ibunya pun demikian. Apalagi kita bicara tentang zaman sekarang yang dimana ada medsos, sedikit-sedikit melakukan amal shalih, entah umrah, entah haji, entah membantu anak yatim, entah bersedekah, segera diupload, diposting di facebook, di posting di foto profil dan yang lainnya. Ibunya juga demikian. Sehingga dia tumbuh pada suatu keluarga yang bermudah-mudahan dalam masalah riya’, dia pun terbawa (karena) itu kebiasaan dia sehari-hari.

Oleh karenanya seorang bisa jadi riya’ karena memang keluarganya seperti itu, membuat dia mudah untuk riya’ dan sum’ah.

2. Salah bergaul

Yang kedua, bisa jadi dia riya’ karena salah bergaul. Dia bergaul dengan teman-temannya yang juga pamer. Apalagi dia orang yang mudah terpengaruh. Dia salah bergaul, bergaul dengan teman-teman yang suka pamer amalan, suka pamer kebajikan, suka nunjukin, akhirnya dia pun demikian, kebiasaan. Sedikit-sedikit dia ikut pamer, sedikit-sedikit dia ikut posting, karena dia masuk dalam grup yang seperti itu atau dia memiliki teman-teman yang seperti itu sementara dia mudah sekali terpengaruh dengan teman-temannya.

3. Tidak mengenal Allah

Bisa jadi dia terjerumus dalam riya’ karena dia tidak mengenal Allah dengan pengenalan yang sesungguhnya. Kalau dia tahu tentang hakikat Allah Subhanahu wa Ta’ala, bagaimana sifat-sifat Allah yang mulia, bahwasanya segala sesuatu yang mengatur adalah Allah, semua yang terjadi dengan Kun Fayakun, tidak ada yang keluar dari kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala dan makhluk ini tidak memiliki apa-apa.

Maka kalau dia tahu tentang hakikat keagungan Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka dia tidak akan berharap pujian dan sanjungan dari manusia.

Kenapa dia mengharapkan pujian dan sanjungan dari manusia? Karena dia menyangka bahwasanya sanjungan dan pujian manusia itu akan memberi manfaat pada dirinya atau menolak mudharat dari dirinya. Sehingga akhirnya ada ketergantungan hatinya untuk diakui oleh manusia, dan ini kembali kepada kejahilannya kepada sifat-sifat Allah yang Maha Agung.

Ini juga menyebabkan seseorang terjerumus dalam riya’.

4. Ingin tampil

Di antaranya yang menyebabkan seorang terjerumus dalam riya’ karena ingin tampil, membuat dia harus pamer apa yang dia lakukan, dia tunjukkan amalan shalih yang dilakukan agar dia tampil dan diakui oleh masyarakat, misalnya. Atau ingin menang dalam pilkada, atau yang lainnya. Terkadang mau tidak mau dia harus riya’. Dengan sengaja dia me-riya’-kan amal dia agar semua orang mengetahui apa yang dilakukan kemudian untuk memilihnya.

Maka seorang waspada! Riya’ dosa besar, maka seseorang berusaha menjauh dari penyakit riya’ sejauh-jauhnya.

5. Tamak

Di antara hal yang menjadikan seseorang mungkin terjerumus dalam riya’, yaitu karena dia tamak kepada apa yang dimiliki oleh orang lain. Maka dengan cara dia riya’, dia diakui, sehingga orang percaya dengan dia, sehingga orang bisa memberikan dia harta atau hadiah atau memberi kepercayaan kepada dia, menitipkan amanah kepada dia, sehingga dia butuh untuk riya’ supaya dia diakui oleh orang-orang tersebut. Dan ini adalah berbahaya dan ini merupakan dosa besar.

6. Tidak kuat dipuji

Di antara hal yang menjadikan seseorang terjerumus dalam riya’, dia tidak kuat dipuji. Tadinya dia ikhlas, tapi orang-orang sering kagum dengan dia: “Kamu hebat, kamu ini..” dan dia lupa mengingatkan dirinya bahwasanya semua adalah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Ketika dia dipuji, disanjung, orang kagum sama dia, akhirnya lama-kelamaan dia suka dengan hal tersebut, dia menikmati pujian-pujian tersebut. Karena dia sudah menikmati pujian-pujian tersebut, akhirnya membiasakan diri untuk riya’. Kapan tidak dipuji dia ingin tampilkan kelebihannya, dia pamerkan amal shalih yang dia kerjakan. Hal ini karena dia sudah terlanjur terjebak dengan penyakit suka dipuji oleh teman-temannya.

Oleh karenanya terkadang seseorang bisa menjerumuskan kawannya dalam kebinasaan. Ketika ada seseorang yang memuji orang lain, maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

لَقَدْ أَهْلَكْتُمْ – أَوْ قَطَعْتُمْ ظَهْرَ – الرَّجُلِ

“Sungguh kalian telah menghancurkan -atau mematahkan punggung- orang tersebut.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Karena pujian-pujian kepada seorang sedangkan seseorang tidak mampu untuk menerima pujian tersebut, kepalanya jadi besar, kemudian dia lupa diri, dan akhirnya dia kecanduan ingin dipuji. Maka hati-hati dan waspada, bisa jadi seseorang hobi untuk riya’ karena terkena pujian-pujian temannya sendiri.

7. Syahwat Khofiyyah

Di antara hal yang menjadikan seorang riya’ -dan ini adalah yang sangat berbahaya- yaitu yang Ibnu Taimiyyah menamakan dengan syahwat khofiyyah, yaitu syahwat ingin diagungkan, ingin tampil nomer satu, ingin disanjung, ini syahwat.

Sebagaimana seorang lelaki kalau lapar dia punya syahwat terhadap makanan, sebagai seorang lelaki kalau dia melihat wanita maka dia punya syahwat. Sama dengan seseorang ingin dipuji dan disanjung. Penyakitnya syahwat ingin disanjung. Bahkan seorang gara-gara ingin disanjung dia rela mengorbankan harta dan jiwanya. Dia rela infak sebanyak-banyaknya supaya orang kagum sama dia, dia ingin sekali disebut dermawan. Bahkan bukan cuma hartanya, raganya jiwanya dia rela korbankan.

Oleh karenanya ketika ada seseorang bertanya kepada Nabi: “Ya Rasulullah, ada seseorang berperang karena membela sukunya, ada seseorang berperang karena emosi, ada seseorang berperang supaya diketahui kedudukannya, ada seseorang yang berperang supaya dikenang, mana di antara mereka yang berada di jalan Allah?”

Kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

مَنْ قَاتَلَ لِتَكُونَ كَلِمَةُ اللهِ هِيَ الْعُلْيَا فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللهِ

“Yang berperang agar meninggikan kalimat Allah, yang ikhlas itulah yang berperang karena Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (Muttafaqun ‘Alaih)

Bayangkan, ada orang yang berperang untuk dikenang, agar orang tahu kedudukannya, sehingga dia nekat berperang dan bisa jadi nyawanya tercabut dan mati gara-gara ingin dipuji. Kenapa demikian? Jawabnya karena ada syahwat ingin diakui, syahwat ingin disanjung. Ini syahwat yang berbahaya yang disebut oleh Ibnu Taimiyyah dengan syahwat khofiyyah (syahwat yang tersembunyi).

Inilah ikhwan dan akhwat sebagian sebab-sebab yang bisa jadi menjerumuskan orang dalam riya’, maka kita waspada dengan sebab-sebab tersebut agar terhindarkan dari riya’.

والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ

Perhatian Catatan Materi 13 – Sebab-Sebab Riya’

⚠️ Note: Kalau team UFA merevisi audionya, insyaAllah catatan ini juga akan direvisi sesuai dengan audio yang baru.

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: