Materi 15 – Jihad Melawan Riya’

Materi 15 – Jihad Melawan Riya’

Tulisan tentang “Materi 15 – Jihad Melawan Riya’” ini adalah catatan yang kami tulis dari Audio kajian khusus peserta WAG UFA OFFICIAL yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A. Hafidzahullah.

Sebelumnya: Materi 14 – Tanda Terjangkiti Riya’

Transkrip Materi 15 – Jihad Melawan Riya’

 بسم الله الرحمن الرحيم

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله

Ikhwan dan akhwat yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, pembahasan berikut ini tentang bagaimana cara kita berjihad melawan riya’, tentu melawan riya’ adalah perlu perjuangan dan ini bukan hanya perjuangan setahun dua tahun, bahkan perjuangan seumur hidup. Karena setan senantiasa berusaha menggoda kita agar tidak terjerumus dengan riya’.

Setan tidak peduli seorang amalnya sebesar apapun, sumbangannya sebanyak apapun, shalat sunnahnya berapa ratus rakaat pun, seletih apapun dalam beribadah, setan tidak peduli. Yang penting dia riya’, maka selesai urusan. Bagi setan yang penting dia riya’.

Oleh karenanya setan terus berusaha agar seseorang terjerumus dalam riya’. Dan ini perjuangan -kalau saya boleh katakan- perjuangan seumur hidup. Karena bisa jadi hari ini kita ikhlas, besok kita riya’. Jangankan hari ini ikhlas, siang ini ikhlas, malamnya bisa kita riya’. Jangankan siang dan malam, bahkan detik ini kita ikhlas, bisa jadi detik-detik berikutnya kita sudah riya’.

Maka ada beberapa hal yang harus kita renungkan agar kita bisa kuat dalam berjihad melawan riya’. Ada empat perkara yang saya ajak ikhwan dan akhwat renungkan bersama.

  1. Yang pertama adalah merenungkan akibat buruk bagi seorang yang riya’. Bagaimana akibat buruknya di akhirat.
  2. Yang kedua merenungkan bagaimana akibat orang yang riya’ di dunia. Akibat buruk apa yang dia rasakan di dunia.
  3. Yang ketiga, merenungkan tentang hakikat orang yang kita harapkan pujiannya, yang kita cari perhatian dari dia, ingin disanjung sama dia. Sebenarnya hakikat orang tersebut bagaimana?
  4. Yang keempat, perenungan tentang diri kita sendiri.

Ini adalah empat perenungan yang saya ajak ikhwan dan akhwat untuk merenungkannya.

1. Bagaimana tentang kesudahan orang yang riya’ di akhirat?

Adapun perenungan yang pertama, yaitu bagaimana tentang kesudahan orang yang riya’ di akhirat. Orang yang riya’ di akhirat sungguh menderita, dipermalukan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di antaranya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda dalam hadits riwayat Al-Imam Al-Bukhari:

مَنْ سَمَّعَ سَمَّعَ اللَّهُ بِهِ

“Barangsiapa yang memperdengarkan amalannya, maka Allah akan memperdengarkan tentang hakekatnya.”

وَمَنْ يُرَائِي يُرَائِي اللَّهُ بِهِ

“Barangsiapa yang memperlihatkan amalan shalihnya, maka Allah akan memperlihatkan hakekatnya kepada khalayak (yaitu pada hari kiamat kelak).” (HR. Bukhari)

Hadits ini ditafsirkan oleh para ulama dengan dua tafsiran. Yang pertama, jika seorang di dunia ternyata dia melakukan amal shalih dan dia menampakkan kepada orang lain seakan-akan dia tulus, seakan-akan dia ikhlas, dan orang tidak tahu isi hatinya, maka pada hari kiamat kelak Allah akan bongkar isi hatinya, Allah akan diperlihatkan kepada khalayak pada hari kiamat orang ini dulu riya’, orang ini dulu sum’ah, dia memperdengarkan amal shalihnya ingin dipuji, dia memperlihatkan amal shalihnya untuk disanjung, dia hanya pencitraan ketika beramal shalih. Ini tafsiran pertama dari hadits ini.

Tafsiran kedua dari hadits ini yaitu bahwasanya pada hari kiamat kelak Allah akan memperlihatkan pahala dari amalan yang dia kerjakan. Dulu dia puasa atau dia bersedekah atau di haji atau umrah karena riya’, karena dia sum’ah, dia dengar-dengarkan kepada orang-orang lain agar disanjung, maka pada hari kiamat Allah tampakkan pahala-pahala amal yang dilakukan. Bagaimana pahala puasanya, bagaimana pahala umrahnya, bagaimana pahala hajinya, bagaimana pahala sedekahnya, pahala yang besar yang dia lihat yang sungguh menggiurkan pahala tersebut. Tiba-tiba pahala tersebut Allah jadikan hancur semua.

…هَبَاءً مَّنثُورًا ﴿٢٣﴾

Seperti debu yang berterbangan (yang tidak ada nilainya).” (QS. Al-Furqan[25]: 23)

Kenapa? Karena selama ini dia membohongi masyarakat seakan-akan dia ikhlas, maka pada hari kiamat kelak dia akan dibongkar sehingga dia terpedaya, amal shalih yang dia lihat di depannya dia sangka adalah miliknya, tapi ternyata dihapuskan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Ini salah satu akibat buruk bagi orang yang riya’ di akhirat.

Akibat buruk yang kedua, Allah Subhanahu wa Ta’ala mempermalukan mereka. Yaitu tatkala Allah memberikan balasan kepada manusia. Maka mereka berharap pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tapi apakah Allah mengasihani mereka? Tidak. Kata Allah Subhanahu wa Ta’ala:

اذْهَبُوا إِلَى الَّذِينَ كُنْتُمْ تُرَاءُونَ فِي الدُّنْيَا

“Pergilah kalian kepada orang-orang yang kalian harapkan dulu pujian mereka di dunia.”(HR. Ahmad)

Kalian kan dulu di dunia mengharapkan disanjung, mengharapkan dipuji, mengharapkan di-like, mengharapkan disanjung-sanjung, diangkat-angkat, dimuliakan dengan amal shalih kalian. Maka carilah pahala sama mereka. Bukankah kalian dahulu mengharapkan pujian mereka?

اذْهَبُوا إِلَى الَّذِينَ كُنْتُمْ تُرَاءُونَ فِي الدُّنْيَا

“Pergilah kalian kepada orang-orang yang kalian harapkan pujian mereka dulu di dunia.”

Cari pahala sama mereka, cari balasan sama mereka.

هَلْ تَجِدُونَ عِنْدَهُمْ جَزَاءً

“Apakah kalian akan mendapatkan balasan dari mereka?” Jawaban tentu tidak! Ini ejekan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

InsyaAllah kita lanjutkan lagi pada kajian berikutnya.

والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ

Selanjutnya: Materi 16 – Nasib Mujahid dan Ustadz yang Riya’

Perhatian Materi 15 – Jihad Melawan Riya’

⚠️ Note: Kalau team UFA merevisi audionya, insyaAllah catatan ini juga akan direvisi sesuai dengan audio yang baru.

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: