Perhatian Untuk Berdo’a dan Merendah Kepada Allah

Perhatian Untuk Berdo’a dan Merendah Kepada Allah

Artikel tentang perhatian untuk berdo’a dan merendah kepada Allah merupakan sifat ‘Ibadurrahman yang kedelapan. Disarikan dari ceramah agama Sifat-Sifat ‘Ibadurrahman Kitab karya Syaikh Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Badr Hafidzahullahu Ta’ala.

Artikel sebelumnya: Memuliakan Firman Allah dan Mengamalkan Isi Kandungannya

Pembahasan Artikel Tentang Perhatian Untuk Berdo’a dan Merendah Kepada Allah

Allah Ta’ala berfirman:

وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا ﴿٧٤﴾

Dan orang orang yang berdo’a: “Ya Rabb kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami teladan bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Furqan[25]: 74)

Maka diantara sifat ‘Ibadurrahman yang merupakan manusia-manusia yang sempurna, perhatian mereka dengan do’a, mereka merasa butuh, merasa memerlukan, merasa berhajat kepada Allah, mereka pun mengadu kepada Allah, perhatian kepada Allah, semua hajat dan kepentingan mereka baik urusan agama ataupun dunia mereka harapkan kepada Allah semata tanpa sekutu bagiNya.

Kemudian mereka dalam do’anya, mereka antusias untuk mengucapkan do’a-do’a yang pendek namun sarat makna. Dan do’a-do’a yang manfaat.

Maka diantara do’a mereka:

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

Do’a ini adalah termasuk do’a yang paling lengkap dan paling manfaat. Karena isi do’a ini awalan yang pertama seorang itu berdo’a supaya sejuklah hatinya, bahagia hatinya karena baiknya istrinya dan anak-anaknya. Baik ibadahnya, baik akhlaknya, baik perilakunya, kondisi baik penghidupannya, mereka adalah orang yang berbakti pada orang tuanya dan yang lainnya.

Kemudian do’a mereka وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا (jadikanlah kami teladan bagi orang-orang yang bertaqwa). Mengandung do’a supaya pertama kali dirinya menjadi diri yang baik dan dirinya adalah diri yang menunjukkan pada kebaikan. Setelah dirinya baik kemudian mengajak kepada kebaikan, akhirnya dia menjadi teladan bagi orang lain dalam masalah-masalah kebaikan. Maka banyak orang mengikutinya dan meneladani dengan sifat-sifat khasnya.

Maka tidaklah mungkin seorang hamba itu menjadi teladan dan imam bagi orang-orang yang bertakwa setelahnya kecuali jika dia adalah orang yang meneladani orang-orang bertaqwa sebelumnya. Dia meneladani mereka pada dirinya. Artinya dirinya berusaha mengikuti sifat orang-orang shalih terdahulu.

Dia sangat antusias untuk memiliki sifat-sifat kebaikan dan kebuntungan. Pada saat itu, maka orang-orang yang bertakwa setelahnya akan antusias untuk menjadikannya sebagai uswah dan meneladaninya dan mengambil manfaat dari arahan dan petunjuknya.

Oleh karena itu sepatutnya setiap Muslim antusias untuk berdo’a dengan do’a ini. Dan hendaklah do’a ini meluncur di lisannya supaya dia mendapatkan kebaikan yang besar yang terkandung dalam do’a ini.

Maka seseorang tidak akan menjadi imam bagi orang-orang yang baik dan teladan bagi orang-orang yang baik sampai meneladani  orang-orang shalih terdahulu.

Dan orang shalih terdahulu yang tentu termasuk didalamnya dan yang paling utama adalah para Sahabat Nabi. Meneladani mereka adalah dengan mengikuti jalan mereka dalam aqidah, dalam beribadah, dalam berislam, dan dalam mengamalkan syariat Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Maka siapa yang meneladani imam, maka dia akan menjadi imam. Maka barangsiapa meneladani teladan, maka dia akan menjadi manusia teladan.

Demikianlah delapan karakter ‘Ibadurrahman.

Penutup Sifat-Sifat ‘Ibadurrahman

Kemudian Allah tutup rangkaian yang penuh berkah ini dengan menyebutkan balasan kepada siapa saja yang memiliki 8 sifat di atas. Dan betapa besar pahalanya dengan Allah katakan:

أُولَـٰئِكَ يُجْزَوْنَ الْغُرْفَةَ بِمَا صَبَرُوا وَيُلَقَّوْنَ فِيهَا تَحِيَّةً وَسَلَامًا ﴿٧٥﴾ خَالِدِينَ فِيهَا ۚ حَسُنَتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا ﴿٧٦﴾

Mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi (dalam surga) karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya, mereka kekal di dalamnya. Surga itu sebaik-baik tempat menetap dan tempat kediaman.” (QS. Al-Furqan[25]: 75-76)

Dikarenakan sifat mereka adalah sifat yang tinggi, maka Allah balas dengan kamar-kamar yang tinggi sebagai balasan untuk mereka.

Terdapat gambaran tentang kamar-kamar ini melalui lisan sang Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang mengatakan:

إِنَّ أَهْلَ الْجَنَّةِ لَيَتَرَاءَوْنَ أَهْلَ الْغُرَفِ مِنْ فَوْقِهِمْ ، كَمَا تَتَرَاءَوْنَ الْكَوْكَبَ الدُّرِّيَّ الْغَابِرَ مِنَ الْأُفُقِ مِنَ الْمَشْرِقِ أَوِ الْمَغْرِبِ لِتَفَاضُلِ مَا بَيْنَهُمْ

“Sesungguhnya penghuni surga benar-benar melihat penghuni kamar-kamar di atas mereka sebagaimana kalian melihat bintang terang lewat dari ufuk timur atau barat karena perbedaan keutamaan di antara mereka.” (HR. Muslim)

Artinya maksud hadits ini, penduduk surga jika ingin melihat orang yang mendapatkan kamar-kamar istimewa mereka harus menengadahkan kepala mereka dan mereka akan melihat kamar-kamar tersebut sebagaimana kita menyaksikan satu bintang yang tinggi di langit. Maka ini menunjukkan tingginya kedudukan mereka, tingginya derajat mereka di surga.

Mereka ini akan disambut oleh para malaikat dengan ucapan selamat datang yang mengandung keselamatan dari berbagai macam kekurangan dan penyakit dan hal-hal yang mengeruhkan hati.

Inilah ujung akhir dari mereka-mereka ‘Ibadurrahman, inilah tempat tinggal mereka yang dengannya Allah memuliakan mereka karena sempurnanya ibadah mereka dan kepatuhan mereka untuk melaksanakan petunjuk kitab Allah yang mulia.

Kemudian firman Allah di akhir rangkaian ini:

قُلْ مَا يَعْبَأُ بِكُمْ رَبِّي لَوْلَا دُعَاؤُكُمْ

“Katakanlah (kepada orang-orang musyrik): “Rabbku tidak mengindahkan kamu, melainkan kalau ada ibadatmu.” (QS. Al-Furqan[25]: 77)

Maka isi ayat ini adalah bahwasanya yang menjadi acuan keselamatan dan kebahagiaan adalah ibadah. Yang Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan makhluk karenanya. Dan Allah ciptakan makhluk untuk mewujudkannya.

Ibnul Qayyim mengatakan bahwa pendapat yang paling benar tentang makna ayat ini yaitu Allah tidak akan berbuat kepada kalian seandainya bukan karena ibadah kalian kepadaNya. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah menciptakan kalian kecuali untuk beribadah kepadaNya

Syaikh ‘Abdurrazzaq menutup bahasanya dengan berdo’a:

بلَّغنا الله أجمعين صفات عباد الرحمن، وثَبَّتَنا على الحقِّ والهُدى والإيمان، ونسأله أن يوفِّقنا وجميع المسلمين لما يحبُّهُ لنا ويرضاهُ مِنَ القولِ والعَمَلِ، فإنَّه لا حول ولا قوَّةَ إلا بالله العليِّ العظيم.

“Semoga Allah menyampaikan kita semua untuk memiliki sifat ‘Ibadurrahman, semoga Allah meneguhkan kita diatas kebenaran, petunjuk dan iman. Kami memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar Allah memberikan taufik kepada kita semua dan semua kaum Muslimin untuk melakukan apa yang Allah cintai dan Allah ridhai berupa ucapan dan perbuatan.”

والحمد لله رب العالمين، وصلى الله على نبيِّنا محمد، وعلى آله وصحبه وسلَّم تسليمًا كثيرًا دائمًا إلى يوم الدين

Catatan Artikel Perhatian Untuk Berdo’a dan Merendah Kepada Allah

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: 0