Qiyamul Lail Adalah Budaya Orang-Orang Shalih

Qiyamul Lail Adalah Budaya Orang-Orang Shalih

Artikel tentang qiyamul lail adalah budaya orang-orang shalih ini disarikan dari ceramah agama Sifat-Sifat ‘Ibadurrahman dari Kitab karya Syaikh Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Badr Hafidzahullahu Ta’ala. Selalu menjaga qiyamul lail ini merupakan sifat kedua ‘Ibadurrahman.

Artikel sebelumnya: Doa supaya hati tenang, berwibawa, tawadhu

Pembahasan Artikel Qiyamul Lail Adalah Budaya Orang-Orang Shalih

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَالَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَامًا ﴿٦٤﴾

“Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Rabb mereka.” (QS. Al-Furqan[25]: 64)

Maka diantara sifat ‘Ibadurrahman yang terlihat adalah merutinkan diri untuk mengerjakan shalat. Dan shalat adalah amal badan yang paling utama. Baik shalat fardhu ataupun shalat sunnah. Terutama shalat malam. Maka shalat malam adalah sunnah muakkadah. Satu hal yang dianjurkan sangat-sangat dianjurkan dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Terdapat keutamaan merutinkan shalat malam, banyak hadits. Oleh karena itu terdapat penegasan tentang shalat malam dalam ayat ini. Allah tegaskan bahwasannya shalat malam adalah diantara sifat ‘Ibadurrahman.

Diantara dalil berkenaan dengan keutamaan qiyamul lail adalah sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

أَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ قِيَامُ اللَّيْلِ

“Shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah qiyamul lail (shalat sunah di malam hari).” (HR. Muslim)Ngaji:Menjauhi Majelis Yang Isinya Kebatilan dan Kemungkaran

Kemudian dalam riwayat At-Tirmidzi:

عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ فَإِنَّهُ دَأَبُ الصَّالِحِينَ قَبْلَكُمْ وَهُوَ قُرْبَةٌ إِلَى رَبِّكُمْ وَمَكْفَرَةٌ لِلسَّيِّئَاتِ وَمَنْهَاةٌ لِلْإِثْمِ

“Hendaknya kalian rajin shalat malam karena shalat malam adalah tradisi dan budaya orang-orang shalih sebelum kalian, dia adalah amal yang mendekatkan kepada Rabb kalian, menghapus keburukan, serta mencegah dosa.”

Dan orang-orang shalih sekarang adalah kelanjutan dari orang-orang shalih terdahulu. Maka disetiap zaman, ciri khas orang shalih adalah qiyamul lail. Maka siapa yang ingin minimal meniru orang-orang shalih, maka hendaklah dia menyempatkan diri untuk qiyamul lail.

ngaji.id/klik/2o

Adapun waktu qiyamul lail, maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah qiyamul lail di semua bagian malam. Beliau pernah shalat malam diawal malam, pertengahan malam dan diakhir malam. Namun stabil qiyamul lail beliau adalah diakhir malam, terutama diwaktu sahur. Waktu sahur merupakan waktu yang terafdhol untuk shalat malam. Karena dia adalah waktu turunnya Rabb semesta alam ke langit dunia. Sebagaimana valid dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, Nabi bersabda:

” ينزل رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ : مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ”

“Rabb kita Tabaaraka wa Ta’ala turun pada setiap malam ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam yang terakhir, Allah berfirman, ‘Siapa yang berdo’a kepada-Ku, akan Aku kabulkan do’anya, siapa yang meminta kepada-Ku akan Aku berikan, siapa yang minta ampun kepada-Ku akan Aku ampuni.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Maka yang Allah katakan diakhir malam saat Allah turun, tiga hal. Yang tiga hal ini mengerucut dari luas kemudian menyempit dan menyempit. Maka tentu do’a itu lebih luas dari masalah, dari permohonan, dan permohonan ampunan lebih sempit daripada permohonan secara umum. Maka Allah katakan, “Siapa yang berdo’a maka akan Aku jawab do’anya, siapa yang mengajukan permohonan maka akan aku beri pemohonan yang dia minta dan siapa yang meminta ampunan maka aku akan ampuni dirinya.”

Maka sepatunya setiap hamba yang menginginkan kebaikan untuk dirinya, hendaknya dia punya bagian dari shalat malam meskipun dengan raka’at yang sedikit, supaya dia mendapatkan keutamaan yang besar ini.

Menjadi ‘Ibadurrahman, berada dalam barisan ash-shalihin, yang mereka punya tradisi dari zaman ke zaman untuk qiyamul lail.

Maka disampaikan oleh Syaikh ‘Abdurrazzaq bahwa yang namanya qiyamul lail tidak harus rakaatnya banyak-banyak.

Oleh karena itu untuk menjadi bagian dari ‘Ibadurrahman tidak harus muluk-muluk, cukup kemudian membiasakan diri bangun 15 menit sebelum waktu subuh tiba. Kemudian cukup itu untuk witir 3 rakaat. Kemudian do’a sejenak kemudian tiba  waktu subuh.

Maka untuk menjadi bagian dari ‘Ibadurrahman maka tidak muluk-muluk, bangun jam 03.00. Meskipun itu lebih baik. Namun kita bicara orang-orang yang lemah semangatnya.

Maka inilah sifat ‘Ibadurrahman berkaitan dengan shalat malam. Mereka beribadah, bermunajat khudhu’ dan khusyu’ kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam sujud, ruku’ dan berdirinya.

Apa beda khudhu’ dan khusyu’?
Sebagian ulama mengatakan bahwasanya khudhu’ itu berkenaan dengan anggota badan lahiriyah dan khusyu’ itu berkenaan dengan hati.

Maka demikianlah sikap mereka terhadap shalat malam yang tidak Allah wajibkan kepada mereka. Maka bagaimanakah sikap ‘Ibadurrahman terhadap shalat lima waktu yang fardhu yang merupakan rukun Islam yang paling agung setelah dua kalimat syahadat?!

Tidaklah diragukan bahwasannya mereka lebih antusias dan lebih menjaga shalat 5 waktu. Artinya kata Syaikh ‘Abdurrazzaq, Allah sebutkan yang lebih rendah yaitu qiyamul lail untuk menunjukkan hal yang lebih tinggi yaitu shalat yang fardhu. Jika qiyamul lait itu demikian mereka perhatikan, maka tidak boleh mereka seenaknya dengan shalat yang fardhu. Mereka harus lebih perhatian dengan shalat fardu.

Catatan Artikel Qiyamul Lail Adalah Budaya Orang-Orang Shalih:

  • Disampaikan: Ustadz Aris Munandar Hafidzahullah
  • Ditulis pada: Kamis Malam, 15 Jumadal Akhir 1440 H di Cileungsi, Bogor
  • Link video kajian: https://youtu.be/nrylQivcduQ (menit 17:41-26:17)

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: 0