Sikap Ahlussunah Menghadapi Pemimpin Yang Zalim

Sikap Ahlussunah Menghadapi Pemimpin Yang Zalim

Berikut ini adalah ceramah singkat dengan tema “Sikap Ahlussunah Menghadapi Pemimpin yang Zalim“ yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badru Salam, Lc. Hafidzahullahu Ta’ala. Pembahasan kali ini adalah tentang bagaimana cara menyikapi pemimpin yang dzalim apakah harus tetap ditaati atau tidak, dan bagaimana cara islam menyikapi hal tersebut, selamat menyimak dan semoga bermanfaat

Sikap Ahlussunah Menghadapi Pemimpin yang Zalim

Alhamdulillaah, was shalaatu wassalaamu ‘ala  Rasulillaah.

1. Perintah Untuk Bersabar Terhadap Kedzaliman Pemimpin

Diantara pokok manhaj dan aqidah ahlussunnah wal jama’ah yang harus kita yakini adalah, yaitu sabar terhadap kedzaliman pemimpin, karena ini ditunjukan oleh hadits-hadits Nabi Shallallaahu ‘alayhi wa sallam, di antaranya hadits yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari dan Muslim. Bahwa Nabi Shallallaahu ‘alayhi wa sallam bersabda :

مَنْ رَأَى مِنْ أَمِيرِه شَيْئًا يَكْرَهُهُ فَلْيَصْبِرْ

Artinya : “Siapa yang melihat dari pemimpinnya sesuatu yang ia tidak suka, hendaklah ia bersabar (kata Rasulullaah shallallaahu ‘alayhi wa sallam) .” (HR. Bukhari dan Muslim)

2. Sampai Kapan Untuk Bersabar?

Di sini Nabi Shallallaahu ‘alayhi wa sallam menyuruh bersabar ketika kita melihat perkara yang kita tidak suka dari pemimpin kita. Dan dalam hadits juga riwayat Bukhari dan Muslim, Nabi Shallallaahu ‘alayhi wa sallam bersabda :

إِنَّكُمْ سَتَلْقَوْنَ بَعْدِي أَثَرَةً

Artinya : “ kalian nanti akan mendapatkan al-atsarah”

Apa itu al-atsarah? Yaitu pemimpin-pemimpin yang lebih mementingkan dirinya daripada rakyatnya. Dia tidak peduli dengan rakyat, yang dia pentingkan dirinya sendiri. Lalu Rasulullaah Shallallaahu ‘alayhi wa sallam setelah itu bersabda :

فَاصْبِرُوا حَتَّى تَلْقَوْنِي عَلَى الْحَوْضِ

Artinya : “ sabarlah, ( bersabarlah kata Rasulullaah ) sampai berjumpa denganku di telaga haudh “

Ternyata bersabar itu tidak ada batasnya, kesabaran kita sampai bertemu dengan Rasulullaah Shallallaahu ‘alayhi wa sallam di telaga haudh. Ini menunjukkan pemahaman kebalikannya bahwa orang yang tidak sabar, dan kemudian melakukan pemberontakan yang berakibat akhirnya muncul fitnah yang dahsyat. Dia terancam tidak akan bisa meminum dari telaga haudh Nabi Shallallaahu ‘alayhi wa sallam.

3. Taati Pemimpin selama bukan Perkara Maksiat

Saudaraku sekalian, bahkan Nabi Shallallaahu ‘alayhi wa sallam mengabarkan akan munculnya pemimpin-pemimpin yang tidak mau mengambil Sunnah Rasulullaah Shallallaahu ‘alayhi wa sallam sebagai Sunnah, Tidak mau mengambil petunjuk Rasulullaah sebagai petunjuk, Rasulullaah bersabda dalam riwayat muslim :

سَيَكُونُ بَعْدي أئمَّةً يَهْتَدُونَ بغيرهديي ، وَ يَسْتَنُّونَ بغيرسُنَّتِي

Artinya : “ Akan ada setelahku pemimpin-pemimpin yang mengambil petunjuk selain petunjukku dan mengambil sunnah selain sunnahku.”

Kalau diambil petunjuk selain petunjuk Rasulullaah, petunjuk siapa ? pasti buatan manusia, kemudian kata Rasulullaah :

وَسَيَقُومُ فِيهِمْ رِجَالٌ قُلُوبُهُمْ قُلُوبُ الشَّيَاطِينِ فِي جُثْمَانِ إِنْسٍ

Artinya : “ Dan akan ada nanti pemimpin-pemimpin, hati mereka bagaikan hati setan dalam tubuh manusia. ”

Jahat pemimpinnya, ketika Rasulullaah ditanya : “ bagaimana sikap kami terhadap pemimpin seperti itu wahai Rasulullaah ? “ kata Rasulullaah Shallallaahu ‘alayhi wa sallam :

اسْمَعُ وَتُطِيعُ

Artinya : “ Tetap dengar dan taati “

Maksudnya adalah dalam perkara yang ma’ruf, bukan dalam maksiat.

وَإِنْ ضُرِبَ ظَهْرُكَ ، وَأُخِذَ مَالُكَ

Artinya : “ walaupun punggungmu dipukul dan hartamu diambil “

Dan dalam atsar Umar bin Khattab yang dikeluarkan oleh ibnu syaibah dalam sanad yang shahih, kepada Syuaib bin Ghafalah, bahwa Umar Bin Khattab berkata kepada syuaib, dia mengatakan :

إن أُمِّر عليك عبد حبشي مجدع فاسمع له وأطع، وإن ضربك فاصبر، وإن حرمك فاصبر

Artinya : “ kalau kamu nanti suatu ketika punya pemimpin orang Ethiopia hidungnya dan telinganya buntung, sabarlah ( kata Umar ). Kalau dia memukulmu, sabarlah. Dan bila dia tidak memberimu dunia, sabarlah. “

4. Hadapi Dengan Memperbanyak Taubat

Maka ini keyakinan, yang diyakini oleh para sahabat Nabi Shallallaahu ‘alayhi wa sallam, oleh karena itulah Hasan Al-Bashri seorang tabi’ut tabi’in berkata :

اعلموا

Artinya : “ ketauhilah ! ”

أنّ جور الملوك

Artinya : “ bahwasannya kedzaliman para raja ( para pemimpin ) ”

نقمة من نقم الله

Artinya : “ adalah adzab dari Allaah subhanahu wa ta’ala ”

و نقمة الله لا تلاقَى بالسّيوف

Artinya : “ dan adzab dari Allaah tidak mungkin dihadapi dengan pedang ( kata Al Hasan ) ”

و إنما تُتّقى و تُستدفع  با لتوبة والرجوع إلى الله والإنابة

Artinya : “ akan  tetapi kita hadapi kedzaliman pemimpin tersebut, karena ia adalah merupakan adzab Allaah, kita hadapi dengan kita bertaubat kepada Allaah, kita kembali kepada Allaah ( kita memperbaiki diri ) ”

Di sini Hasan Al-Bashri mengatakan bahwa “ pemimpin yang dzalim itu akibat dari dosa-dosa kita juga” oleh karena itulah Allaah ta’ala berfirman :

وَكَذَٰلِكَ نُوَلِّي بَعْضَ الظَّالِمِينَ بَعْضًا بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Artinya : “ demikianlah kami jadikan untuk orang yang dzalim itu wali dari kalangan orang yang dzalim juga. . . ”

( Qur’an Surrah Al-An’am ayat : 129 )

5. Memberontak Penyebab Kedzaliman yang Lebih Besar

Saudaraku-saudaraku sekalian, maka dari itu ya Akhi kita melihat sejarah, setiap ada pemberontakan pasti mudharatnya jauh lebih besar. Ketika terjadi pemberontakan di zaman Abdul Malik Bin Marwan, apa yang terjadi ? yang terjadi ternyata mudharat besar, 120.000 kaum muslimin dibunuh, 80.000 kaum muslimin dipenjara, diantara 30.000 wanita.

Ternyata hasilnya sama sekali tidak memberikan manfaat apa-apa, maka dari itulah yang terjadi di zaman terdahulu, zaman salaf terdahulu adanya pemberontakan, itu bukan dalil. Justru kita ambil pelajaran dari situ, ternyata pemberontakan itu tidak menegakkan dunia, tidak menegakkan agama dan tidak juga memperbaiki dunia.

Yang ada adalah mudharat yang jauh lebih besar daripada kedzaliman pemimpin tersebut, makanya syaikhul islam ibnu Taimiyah mengatakan :

Artinya : “ memberontak dan membangkang kepada mereka ( pemimpin-pemimpin yang dzalim tersebut )

Artinya : “ itu menimbulkan kedzaliman jauh lebih besar daripada kedzaliman si pemimpin tersebut. “

Artinya : “ maka kewajiban kita adalah sabar ( kata beliau ) “

Akhul iman azaaniallaah wa iyyakum, namun tentunya ketika kita sabar terhadap pemimpin yang dzalim, bukan berarti kita ridha dengan kedzalimannya, tidak. Karena Rasulullaah Shallallaahu ‘alayhi wa sallam meriwayatakan dalam satu riwayat yang lain, bahwa orang yang ridha dengan kedzaliman pemimpin, bahkan yang mengikuti kedzalimannya itu yang binasa.

6. Cara Menasihati Pemimpin Dengan Benar

Kewajiban kita, hati kita mengingkari, dan kita berusaha memberikan nasIhat dengan cara yang baik, Nabi Shallallaahu ‘alayhi wa sallam bersabda dalam riwayat imam ahmad.

مَنْ أَرَادَ أَنْ يَنْصَحَ لِسُلْطَانٍ فَلاَ يُبْدِ لَهُ عَلاِنِيَةً

Artinya : “ siapa yang ingin menasihati penguasa jangan terang-terangan  ( kata Rasulullaah Shallallaahu ‘alayhi wa sallam ) “

وَلَكِنْ لِيَأْخُذْ بِيَدِهِ فَيَخْلُوْ بِهِ

Artinya : “ hendaklah ia nasihati secara rahasia “

فَإِنْ قَبِلَ

Artinya : “ jika ia menerima ( alhamdulillaah ) “

وَإِلاَّ

Artinya : “ jika ia tidak menerima “

فقد أَدَّى الَّذِيْ عَلَيْهِ

Artinya : “  ia sudah melaksanakan tugas ( kata Rasulullaah ) “

7. Buah Dari Kesabaran Terhadap Kedzaliman Pemimpin

Ya akhi, sabar itu pasti lebih manis hasilnya daripada gula, dan tidak sabar itu lebih pahit daripada sesuatu yang paling pahit di dunia ini. Lihatlah imam Ahmad bin hanbal, beliau disiksa oleh Khalifah al-Mu’tashim Billah, kemudian al watsiq billah, 2 tahun lamanya beliau disiksa hanya untuk mengatakan “ Al-Qur’an makhluk ”. Tapi imam Ahmad menolak, karena itu keyakinan yang sesat.

Sampai kemudian akhirnya di zaman Al Watsiq billah, imam Ahmad dibebaskan. Karena ada sebuah kisah yang menyebabkan akhirnya imam Ahmad dibebaskan. Sesampainya di rumahnya, dalam keadaan imam Ahmad tak karuan badannya, karena setiap hari beliau disiksa, dicambuk. Maka berkumpullah para ulama ulama ke rumah imam Ahmad bin Hanbal.

Lalu mereka berkata bahwa “ bagaimana kalau kita memberontak kepada pemimpin yang ada ini ? karena sudah keterlaluan. ” tapi subhanallaah padahal imam Ahmad sudah disiksa begitu, jawaban beliau ternyata bukan dengan emosi, jawaban beliau adalah dengan ilmu. Beliau mengatakan “ ad-dimaa’ ad-dimaa “ jaga darah kaum muslimin.

Lalu beliau membawakan hadits-hadits Rasulullaah Shallallaahu ‘alayhi wa sallam yang mewajibkan untuk sabar. Saudara-saudaraku sekalian, maka kemudian para ulama-ulama Baghdad pun mengikuti petuah imam Ahmad bin Hanbal, dan subhanallaah hasil kesabaran itu ternyata manis sekali, tak lama kemudian Al-Watsiq Billaah meninggal dunia digantikan oleh Al Mutawakkil ‘alallaah.

Ternyata Al Mutawakkil ‘allallaah mencintai imam Ahmad, dan memuliakan imam Ahmad dan Ahlussunnah pada waktu itu. Maka dari itu yaa akhi akhul islam sabarlah, demi Allaah, Alllaah maha hidup lagi maha mendengar, dan Allaah bersama hamba- hambanya yang bersabar, Allaah berfirman :

إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ. . .

Artinya : “  sesungguhnya Allaah bersama orang yang sabar “

( Qur’an surah Al-Baqarah ayat 153 )

Sabarlah sampai kita terus memperbaiki masyarakat ini, sambil kita terus berdakwah, sambil terus kita memperbaiki diri, keluarga,  sambil kita terus menyampaikan ilmu. Demi Allaah, akhul iman azaaniallaah waiyyakum, jika kita terus bersabar, dan terus bertaqwa kepada Allaah, sehebat apapun makar-makar, itu insyaa Allaah tidak akan bermudharat kepada kita, Allaah ta’ala berfirman :

وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لَا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا

Artinya : “  jika kalian terus bertaqwa dan kalian tetap bersabar, maka tidak akan membahayakan makar mereka sedikitpun juga“

( Qur’an surah Ali-Imran ayat 120 )

8. Yakin Dengan Janji Allaah

Yakinlah, bahwa orang yang terus bertaqwa pasti Allaah akan bela, yang terutama dan yang terbesar adalah pembelaan Allaah, agar kita diberikan istiqomah dan wafat di atas husnul khotimah. Semoga yang saya sampaikan ini bermanfaat ya akhi, semua ini tiada lain adalah untuk supaya menghindarkan mudharat yang jauh lebih besar, memelihara darah-darah kaum muslimin

. . . . . karena kata para ulama :

Artinya : “  pemimpin yang dzalim lebih baik daripada kekacauan yang tak pernah ada habis-habisnya “

ambilah yaa akhul islam pelajaran dari negara-negara yang mereka memberontak habis, di suriah lihatlah jutaan kaum muslimin dihabisi, di berberapa negeri yang lain juga demikian. Jadilah kita orang berakal dan mudah mengambil pelajaran.

jadikan sejarah untuk kita melihat bagaimana pemberontakan selalu menimbulkan kemudharatan yang lebih besar, jadikan itu pelajaran, dan memang ternyata perintah Nabi Shallallaahu ‘alayhi wa sallam untuk sabar, bukan omong kosong karena ia berasal dari wahyu Allaah jallaa wa ‘ala. Semoga kita termasuk orang orang yang senantiasa ittiba’ ya akhi, mengikuti petuah Rasulullaah Shallallaahu ‘alayhi wa sallam, karena petuah Rasulullaah itu yang terbaik in syaa Allaah untuk kehidupan kita

wa billaahi taufik, assalaamu’alaykum warahmatullaah wabarakaatuhu

Video Sikap Ahlussunah Menghadapi Pemimpin Yang Zalim

Disampaikan         : Ustadz Abu Yahya Badru Salam, Lc.
Ditulis                     : Jum’at, 2 Dzulhijah 1441 Hijriyah, Tangsel, Ciputat Timur
Link video kajian  : Rodja TV – Untaian Mutiara Nasihat : Sikap Ahlussunah Menghadapi Pemimpin yang Zalim

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: