Tiga Perkara Penting Berkaitan dengan Tauhid

Tiga Perkara Penting Berkaitan dengan Tauhid

Tulisan tentang Tiga Perkara Penting Berkaitan dengan Tauhid ini adalah apa yang bisa kami ketik dari kajian Kitab Al-Ushul Ats-Tsalatsah yang disampaikan oleh Syaikh Prof. Dr. ‘Abdur Razzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-Badr Hafidzahumullahu Ta’ala.

Lihat sebelumnya: Syarat-Syarat Laa Ilaaha Illallah

Kajian Tentang Tiga Perkara Penting Berkaitan dengan Tauhid

Menit ke-3:23 Bismillahirrahmanirrahim.. Segala puji bagi Allah, shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, juga kepada keluarganya dan seluruh sahabatnya.

Kaum muslimin dan muslimah pendengar yang semoga dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, pengarang kitab ini Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab Rahimahullah berkata dalam kitabnya Al-Ushul Ats-Tsalatsah:

اعلم رحمك الله أنه يجب على كل مسلم ومسلمة تعلم هذه الثلاث المسائل والعمل بهن:

Ketahuilah, semoga Allah merahmatimu. Bahwasanya wajib bagi setiap muslim dan muslimah untuk mempelajari tiga perkara ini dan mengamalkannya.

الأولى: أن الله خلقنا ورزقنا ولم يتركنا هملا، بل أرسل إلينا رسولا؛ فمن أطاعه دخل الجنة ومن عصاه دخل النار.

Yang pertama, yaitu bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menciptakan kita, yang memberikan kita rezeki dan tidak membiarkan kita begitu saja. Akan tetapi Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus Rasul yang barangsiapa mentaatinya maka ia akan masuk surga dan barangsiapa yang mendurhakainya maka ia akan masuk ke dalam neraka.

والدليل قوله تعالى: {إِنَّا أَرْسَلْنَا إِلَيْكُمْ رَسُولًا شَاهِدًا عَلَيْكُمْ كَمَا أَرْسَلْنَا إِلَى فِرْعَوْنَ رَسُولًا * فَعَصَى فِرْعَوْنُ الرَّسُولَ فَأَخَذْنَاهُ أَخْذًا وَبِيلًا}.

Dalil dari perkara ini adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: “Sesungguhnya Kami telah mengutus kepada kalian seorang Rasul yang menjadi saksi atas kalian sebagaimana Kami telah mengutus kepada Firaun seorang Rasul kemudian Firaun mendurhakai Rasul tersebut, maka Kami adzab dia dengan adzab yang sangat keras.”

الثانية: أن الله لا يرضى أن يشرك معه أحد في عبادته، لا ملك مقرب ولا نبي مرسل.

Perkara kedua yang harus kita pelajari dan harus kita amalkan, yaitu bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak ridha untuk disekutukan denganNya sesuatu apapun dalam hal ibadah, baik itu dengan malaikat yang dekat dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala ataupun dengan Nabi yang diutus oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

والدليل قوله تعالى: {وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَدًا}.

Dalil dari perkara ini adalah Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: “Dan sesungguhnya masjid-masjid adalah milik Al lahmaka janganlah engkau berdoa dengan selain apapun di samping Allah Subhanahu wa Ta’ala.”

الثالثة: أن من أطاع الرسول ووحد الله لا يجوز له موالاة من حاد الله ورسوله، ولو كان أقرب قريب.

Perkara ketiga yang harus kita pelajari dan harus kita amalkan, yaitu bahwasanya barangsiapa yang mentaati Rasul dan mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala, mengesakan Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka ia tidak boleh memberikan loyalitas kepada orang yang menentang Allah dan RasulNya walaupun orang tersebut adalah orang yang paling dekat dengan dia.

والدليل قوله تعالى: {لا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ أُولَئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الْأِيمَانَ وَأَيَّدَهُمْ بِرُوحٍ مِنْهُ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ أُولَئِكَ حِزْبُ اللَّهِ أَلا إِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ}.

Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: “Engkau tidak akan mendapatkan suatu kaum yang mereka beriman kepada Allah dan hari akhir mencintai orang-orang yang menentang Allah dan RasulNya, walaupun mereka adalah bapak-bapak mereka, anak-anak mereka, saudara-saudarak mereka atau keluarga mereka. Mereka itulah yang Allah tanamkan dalam hati mereka keimanan. Dan Allah kuatkan mereka dengan pertolongan dariNya. Allah akan memasukkan mereka ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka akan kekal di dalamnya, Allah ridja kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah. Mereka itu adalah kelompok Allah. Dan sesungguhnya kelompok Allah yang akan beruntung.”

Penjelasan Syaikh ‘Abdurrazzaq Al-Badr

Risalah yang kedua ini adalah salah satu dari tiga risalah yang dijadikan pembuka bagi kitab Ushul Ats-Tsalatsah oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Rahimahullah. Dan risalah ini adalah risalah yang sangat agung dan risalah yang sangat bermanfaat.

Pengarang kitab ini mengumpulkan dalam risalah ini ada tiga perkara yang besar yang wajib bagi setiap muslim dan muslimah untuk mempelajarinya dan meyakininya serta mengamalkannya.

Tiga perkara ini disebutkan oleh Syaikh Abdul Aziz bin Baz Rahimahullah -semoga Allah mengampuninya- bahwasanya tiga perkara ini adalah tiga perkara yang terpenting yang berkaitan dengan tauhid dan hak-hak tauhid.

Syaikh bin Baz Rahimahullah mengingatkan kepada kita tentang pentingnya perkara ini dari satu sisi dan mengingatkan kita dari sisi lain tentang kandungan dari tiga perkara ini. Yaitu yang berkaitan dengan tauhid dan hak-hak tauhid.

Dan pengarang kitab ini Rahimahullah menyebutkan dan menjelaskan dalam tiga perkara ini:

Yang pertama, bahwasanya makhluk tidak diciptakan begitu saja atau dibiarkan begitu saja secara sia-sia. Akan tetapi mereka diciptakan agar mereka beribadah dan mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala, kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus kepada mereka para Rasul yang mengajak mereka kepada petunjuk dan kebenaran. Dan barangsiapa yang mentaati mereka, maka ia akan masuk surga. Dan barangsiapa yang mendurhakai mereka, maka ia akan masuk neraka.

Perkara yang kedua, pengarang kitab ini menjelaskan bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak ridha dengan kesyirikan, bahkan Allah sangat membencinya dengan kebencian yang sangat besar. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَلَا يَرْضَىٰ لِعِبَادِهِ الْكُفْرَ

Allah tidak ridha kekufuran dari hamba-hambaNya.” (QS. Az-Zumar[39]: 7)

Allah Subhanahu wa Ta’ala melarang dari kesyirikan dan kekufuran dalam banyak ayat-ayat Al-Qur’an.

Dan perkara yang ketiga, pengarang kitab ini menjelaskan apa yang menjadi konsekuensi dari tauhid dan kewajiban bagi orang yang bertauhid, yaitu berlepas diri dan membenci orang-orang musyrikin dan tidak memberikan loyalitas kepada mereka serta wajibnya bagi mereka untuk memusuhi orang-orang musyrik.

Ketahuilah, semoga Allah merahmatimu

Menit ke-10:34 Dalam dalam tiga perkara ini, pengarang kitab memulai dengan perkataannya اعلم رحمك الله (ketahuilah, semoga Allah merahmatimu). Dan ketika beliau mengatakan اعلم, di sini ada peringatan dan telah kita ketahui sebelumnya pentingnya kalimat ini dan kalimat ini digunakan ketika seseorang ingin mengucapkan suatu perkara yang penting yang diharuskan bagi seorang untuk memperhatikan dan mendengarkannya baik-baik.

Kemudian beliau mengatakan رحمك الله, ini adalah doa bagi orang yang membaca kitab ini. Doa agar Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmatinya. Dan doa rahmat apabila disendirikan, maka doa ini mencakup doa agar seseorang diampuni dosanya yang telah lalu dan diberikan taufik untuk amalan-amalannya yang baik pada kemudian hari.

Kemudian dalam perkataan dalam اعلم رحمك الله di sini, ini menunjukkan ada doa dan petunjuk kepada kebaikan serta doa untuk kebaikan. Dan inilah yang seharusnya dilakukan oleh orang yang menasehati orang lain. Yaitu dia menunjukkan kepada kebaikan dengan lembut, dengan cara yang baik, kemudian berdoa untuknya juga kepada kebaikan. Dan ini adalah tanda bahwasanya seorang menginginkan kebaikan kepada orang lain.

Wajib bagi setiap muslim dan muslimah

Menit ke-13:49 Para pendengar kaum muslimin dan muslimat yang semoga dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, pengarang kitab ini mengatakan: “Ketahuilah, semoga Allah merahmatimu, bahwasanya wajib bagi setiap muslim dan muslimah untuk mempelajari tiga perkara ini dan mengamalkannya.”

Perkataan beliau Rahimahullah يجب di sini menunjukkan bahwasanya perkara ini adalah fardhu ‘ain. Karena tiga perkara ini bukan termasuk fardhu kifayah yang apabila sebagian telah mempelajarinya maka yang lain tidak wajib untuk mempelajarinya. Akan tetapi perkara ini adalah perkara yang wajib bagi setiap muslim dan muslimah untuk mempelajarinya.

Oleh karena itu pengarang kitab ini mengatakan: “Wajib bagi setiap muslim dan muslimah untuk mempelajari tiga perkara ini dan mengamalkannya.”

Mempelajari tiga perkara ini yaitu dengan mengetahuinya dan mempelajarinya serta mengetahui dalil-dalilnya juga meyakini dan mengimani tiga perkara ini. Karena tiga perkara ini adalah tiga perkara yang sangat penting yang wajib untuk diyakini oleh setiap muslim dan muslimah serta wajib untuk dia mengamalkannya. Dan tiga perkara ini adalah perkara yang wajib untuk diamalkan. Oleh karena itu beliau mengatakan والعمل بهن.

Amal yang dimaksud dan diminta di sini adalah perkara amal. Karena perkara-perkara keimanan secara umum ada yang perkara ilmiah dan perkara amaliah. Al-Ilmiah yaitu maksudnya adalah perkara-perkara yang diminta bagi seorang hamba untuk mengetahui dan meyakininya. Seperti beriman kepada nama-nama dan sifat-sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala, beriman kepada rububiyah Allah Subhanahu wa Ta’ala, iman kepada tauhid asma’ wa shifat. Dan tauhid rububiyah ini termasuk adalah perkara ilmiah. Akan tetapi perkara yang pengarang kitab ini akan sebutkan dalam tiga perkara ini, semuanya adalah perkara amaliyah yang wajib untuk diamalkan oleh seorang hamba. Disamping dia mengetahui, dia juga wajib mengamalkannya. Dan ini harus dilakukan pada setiap perkara yang disebutkan oleh beliau.

Menit ke-20:49 Kaum muslimin dan muslimat yang semoga dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala, pengarang kitab ini Rahimahullah mengatakan: “Ketahuilah, semoga Allah merahmatimu, bahwasanya wajib bagi setiap muslim dan muslimah mempelajari tiga perkara ini dan mengamalkannya.” Dengan demikian maka kita mengetahui bahwasanya tiga perkara ini adalah tiga perkara yang wajib untuk diamalkan. Setiap perkara inilah perkara yang wajib diamalkan.

Perkara Pertama

Yang pertama, yaitu bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menciptakan kita, yang memberikan kita rezeki dan tidak membiarkan kita begitu saja. Akan tetapi Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus Rasul. Dan barangsiapa yang mentaati Rasul tersebut dia akan masuk surga dan barangsiapa yang mendurhakainya maka dia akan masuk neraka.

Pengarang kitab ini mengatakan:

أن الله خلقنا ورزقنا

“Bahwasanya Allah-lah yang menciptakan kita dan memberikan kita rezeki.”

Yaitu hanya Allah yang menciptakan kita, yang mengadakan kita setelah kita tidak ada dan hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kita rezeki, yang memberikan kita nikmat dan yang terus-menerus melimpahkan karunia dan nikmatNya kepada hamba-hambaNya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَمَا بِكُم مِّن نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللَّـهِ…

Dan apa saja pada diri kalian dari nikmat-nikmat, maka itu datangnya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (QS. An-Nahl[16]: 53)

Juga Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَإِن تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّـهِ لَا تُحْصُوهَا

Dan jika kalian ingin menghitung nikmat Allah, maka kalian tidak akan dapat menghitungnya.” (QS. An-Nahl[16]: 18)

Jadi hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menciptakan kita, yang mengadakan kita dari tidak ada, hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala yang memberikan kita nikmat yang memberikan kita rezeki, tidak ada sekutu bagiNya dalam hal penciptaan, tidak ada sekutu bagi Allah dalam memberikan rezeki, hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala yang memberikan dan menciptakan kita semua.

Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan makhlukNya dan memberikan mereka rezeki dengan berbagai macam nikmat dan pemberian, Dan tidak Allah Subhanahu wa Ta’ala membiarkan mereka begitu saja, mereka tidak diperintahkan untuk melakukan ketaatan, tidak diperintahkan untuk beribadah dan tunduk kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka pengarang kitab ini mengatakan:

ولم يتركنا هملا

“Dan kita tidak dibiarkan sia-sia atau begitu saja.”

Akan tetapi kita akan diperintahkan dan dilarang. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Suci dari perbuatan tersebut. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

أَيَحْسَبُ الْإِنسَانُ أَن يُتْرَكَ سُدًى ﴿٣٦﴾

Apakah manusia menyangka dia ditinggalkan begitu saja (tidak diperintahkan dan tidak dilarang)?” (QS. Al-Qiyamah[75]: 36)

Ini adalah perkara yang Allah Subhanahu wa Ta’ala disucikan dari hal tersebut. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala ketika menciptakan manusia dan memberinya berbagai macam nikmat serta karunia, hal tersebut agar hamba-hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, tunduk dan bertauhid kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Apakah manusia menyangka bahwasanya mereka dibiarkan begitu saja (tidak diperintah dan tidak dilarang),” sebagaimana anggapan orang-orang kafir yang mereka menyangka bahwasanya mereka diciptakan sia-sia. Maka pada hari kiamat nanti ketika orang-orang kafir telah masuk ke dalam neraka jahanam, akan dikatakan kepada mereka dalam neraka:

أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا

Apakah kalian menyangka bahwasanya Kami menciptakan kalian secara sia-sia?

Ini adalah kalimat-kalimat yang akan didengarkan oleh orang kafir ketika mereka berada di dalam neraka jahanam. Allah Subhanahu wa Ta’ala berkata kepada mereka:

أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ ﴿١١٥﴾

Apakah kalian menyangka bahwasanya Kami menciptakan kalian sia-sia dan kalian tidak akan kembali kepada Kami?” (QS. Al-Mu’minun[23]: 115)

فَتَعَالَى اللَّـهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ ۖ لَا إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ ﴿١١٦﴾

“Maha Tinggi Allah, Raja yang sebenarnya. Tidak ada sembahan yang berhak disembah, Dialah Rabb yang mempunyai Arsy yang mulia.” (QS. Al-Mu’minun[23]: 116)

وَمَن يَدْعُ مَعَ اللَّـهِ إِلَـٰهًا آخَرَ لَا بُرْهَانَ لَهُ بِهِ فَإِنَّمَا حِسَابُهُ عِندَ رَبِّهِ ۚ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ ﴿١١٧﴾

Dan barangsiapa yang berdoa di samping Allah Subhanahu wa Ta’ala sembahan yang lain yang tidak ada hujjah baginya dalam sembahan tersebut, maka perhitungannya di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan sesungguhnya tidak akan beruntung orang-orang kafir.” (QS. Al-Mu’minun[23]: 117)

Hal ini dikatakan kepada orang kafir ketika dia berada di neraka jahanam. Perhatikan konteks ayat ini, sebelum ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

قَالَ كَمْ لَبِثْتُمْ فِي الْأَرْضِ عَدَدَ سِنِينَ ﴿١١٢﴾

Berapa tahun kalian tinggal di muka bumi?” (QS. Al-Mu’minun[23]: 112)

قَالُوا لَبِثْنَا يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ فَاسْأَلِ الْعَادِّينَ ﴿١١٣﴾

Mereka menjawab: ‘kami tinggal sehari atau setengah hari. Tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.’” (QS. Al-Mu’minun[23]: 113)

قَالَ إِن لَّبِثْتُمْ إِلَّا قَلِيلًا ۖ لَّوْ أَنَّكُمْ كُنتُمْ تَعْلَمُونَ ﴿١١٤﴾

Sesungguhnya kalian tidak tinggal kecuali sebentar, seandainya kalian mengetahui apakah kalian menyangka bahwasanya Kami menciptakan kalian secara sia-sia?” (QS. Al-Mu’minun[23]: 114)

Perkataan ini dikatakan kepada orang kafir ketika mereka berada di dalam neraka dengan mereka dihardik dan dihinakan karena mereka selama di dunia menganggap bahwasanya mereka diciptakan untuk hal yang sia-sia dan mereka pun menghabiskan dunianya dan segala kehidupannya untuk bermain-main dan berbuat sia-sia. Mereka tidak menyembah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak tunduk kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, mereka menghabiskan seluruh kehidupannya untuk bermain-main. Maka dikatakan kepada mereka: “Apakah kalian menyangka bahwasanya Kami menciptakan kalian secara sia-sia?”

Dan bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menciptakan untuk satu hikmah, ini adalah sesuatu yang tidak benar. Dan sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak mungkin untuk melakukan hal ini. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan juga dalam ayat lain:

ذَٰلِكَ ظَنُّ الَّذِينَ كَفَرُوا ۚ فَوَيْلٌ لِّلَّذِينَ كَفَرُوا مِنَ النَّارِ ﴿٢٧﴾

Ini adalah persangkaan orang-orang kafir. Dan celakalah orang-orang kafir yang mereka akan masuk neraka.” (QS. Sad[38]: 27)

Orang-orang kafir menyangka bahwasanya mereka diciptakan untuk kebatilan dan bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menciptakan langit dan bumi untuk kebatilan dan bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan keduanya hanya untuk bermain-main. Ini adalah aqidah orang kafir. Oleh karena itu ketika mereka di neraka, mereka dihardik dan mereka diejek dan dihina pada hari kiamat, mereka mendengarkan apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala katakan kepada mereka: “Apakah kalian menyangka bahwasanya Kami menciptakan kalian untuk hal yang sia-sia dan kalian tidak akan dikembalikan kepada kepada Kami?”

Menit ke-30:08 Kaum muslimin dan muslimat, pendengar yang semoga dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala,

Yang perlu kita ketahui bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala disucikan dari perbuatan sia-sia dan Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah menciptakan makhluk ini untuk perkara yang sia-sia dan tidak ada hikmahnya. Dan tidaklah Allah menciptakan mereka untuk sekedar bermain-main dan mereka tidak tunduk kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ini adalah perkara yang Allah Subhanahu wa Ta’ala disucikan dari hal tersebut. Oleh karena itu Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan:

أَيَحْسَبُ الْإِنسَانُ أَن يُتْرَكَ سُدًى ﴿٣٦﴾

Apakah manusia menyangka mereka akan dibiarkan begitu saja?” (QS. Al-Qiyamah[75]: 36)

Ini tentu tidak akan terjadi. Bahkan sebaliknya, mereka akan diperintah, mereka akan dilarang dan akan diutus kepada mereka para Rasul yang barangsiapa mentaati para Rasul tersebut, maka mereka akan berhasil mendapatkan ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala dan ganjaran dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan barangsiapa yang bermaksiat kepada para Rasul tersebut, mereka akan mendapatkan kemarahan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan hukuman dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Kemudian pengarang kitab ini mengatakan:

ولم يتركنا هملا

“Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak membiarkan kita begitu saja.”

Makna dari perkara ini yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah menciptakan kita tanpa tujuan. Akan tetapi Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan tujuan tersebut dalam firmanNya:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ ﴿٥٦﴾

Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka beribadah kepadaKu.” (QS. Adz-Dzariyat[51]: 56)

Yaitu agar mereka merealisasikan tujuan dari diutusnya para Rasul dan diturunkannya kitab-kitab. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّـهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

Dan sungguh telah Kami utus untuk setiap umat seorang Rasul, mereka menyeru agar umatnya beribadah hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan meninggalkan thagut (yaitu sembahan selain Allah Subhanahu wa Ta’ala).” (QS. An-Nahl[16]: 36)

Juga Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَـٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ ﴿٢٥﴾

Dan tidaklah Kami mengutus sebelum kamu seorang Rasul pun kecuali Kami wahyukan kepada dia agar mengajak umatnya bahwasanya tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka sembahlah Aku.” (QS. Al-Anbiya[21]: 25)

Juga Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَاذْكُرْ أَخَا عَادٍ إِذْ أَنذَرَ قَوْمَهُ بِالْأَحْقَافِ وَقَدْ خَلَتِ النُّذُرُ مِن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا اللَّـهَ

Dan ingatlah saudara ‘Aad (yaitu Hud) ketika memberi peringatan kepada kaumnya di Ahqaaf dan telah berlalu terdahulu para Rasul dan pemberi peringatan sebelumnya dan sesudahnya agar mereka beribadah hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (QS. Al-Ahqaf[46]: 21)

Ini adalah tugas para Rasul, yaitu berdakwah kepada tujuan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan manusia dan tujuan Allah Subhanahu wa Ta’ala mengadakan manusia di atas muka bumi ini.

Menit ke-35:09 Kaum muslimin dan muslimat yang semoga dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala,

Dan ketika kita mengetahui bahwasanya para manusia tidak akan dapat mengenal dan mengerti rincian dari cara-cara beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka dari itu Allah Subhanahu wa Ta’ala memilih dari manusia orang-orang pilihan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

اللَّـهُ يَصْطَفِي مِنَ الْمَلَائِكَةِ رُسُلًا وَمِنَ النَّاسِ

Allah memilih dari para malaikat para Rasul-Rasul dan dari manusia.” (QS. Al-Hajj[22]: 75)

Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala memilih dari kalangan manusia orang-orang yang terbaik di antara mereka dan menjadikan mereka utusan-utusan yang memberi kabar gembira dan peringatan dan mengajak kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menjadi penunjuk kepada jalanNya yang lurus. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menciptakan makhluk secara sia-sia, akan tapi Allah menciptakan mereka agar mereka beribadah dan mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala serta mengesahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala pada segala jenis ibadah.

Kemudian kita bertanya, bagaimana para manusia menyembah Allah Subhanahu wa Ta’ala? Apa rincian ibadah-ibadah tersebut? Apa jenis-jenis ibadah yang dapat mendekatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala? Tidak ada jalan untuk mengetahui hal tersebut kecuali dari jalannya para Rasul.

Oleh karena itu para Rasul ‘Alaihimus Salam, mereka menjelaskan kepada seluruh manusia rincian-rincian syariat, bagaimana mereka menyembah Allah Subhanahu wa Ta’ala, bagaimana mereka mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan cara yang Allah Subhanahu wa Ta’ala inginkan.

Maka Apabila ada seseorang yang mengatakan bahwasanya ia ingin menyembah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atau dia mengatakan saya ingin menyembah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, saya ingin beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan ikhlas, akan tetapi saya akan membuat sendiri ibadah-ibadah dari diri saya sendiri, saya tidak akan mencontoh para Rasul dan saya akan membuat ibadah-ibadah dari diri saya sendiri dan ibadah tersebut menurut saya baik dan bermanfaat dan saya tidak akan beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh para Rasul. Ini tidak akan diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala bahkan akan ditolak oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan menerima satu amalan kecuali amalan tersebut ikhlas dan sesuai dengan syariat yang dicontohkan oleh para Rasul.

Menit ke-39:09 Kaum muslimin dan muslimat yang semoga dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala,

Dan tugas para Rasul yaitu mereka menjelaskan apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan kepada mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَمَا عَلَى الرَّسُولِ إِلَّا الْبَلَاغُ الْمُبِينُ ﴿٥٤﴾

Tidaklah ditugaskan kepada Rasul kecuali menyampaikan.” (QS. An-Nur[24]: 54)

Maka mereka menyampaikan perintah-perintah dan larangan-larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mereka tidak menambah dan mengurangi sedikitpun. Dan mereka semua telah menyampaikan apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan dan mereka sedikitpun tidak meninggalkan kebaikan kecuali mereka telah ajarkan dan tidak ada keburukan kecuali mereka telah memperingatkan agar dihindari. Ini adalah tugas para Rasul, yaitu menyampaikan apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan dan menjelaskan apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan kepada mereka.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa memberikan taufikNya kepada kita dan kita lanjutkan pada kajian kita berikutnya.

Selanjutnya: Kewajiban Menaati Rasul

Baca dari awal yuk: Mukadimah Kajian Al-Ushul Ats-Tsalatsah

Mp3 Kajian Tentang Tiga Perkara Penting Berkaitan dengan Tauhid

Sumber audio: radiorodja.com

Mari turut menyebarkan catatan kajian “Tiga Perkara Penting Berkaitan dengan Tauhid” ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi kita semua. Barakallahu fiikum..

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: