Arti Sukses Menurut Islam

Arti Sukses Menurut Islam

Arti sukses menurut Islam ini adalah ceramah agama dan kajian Islam yang dibawakan oleh Ustadz Afifi Abdul Wadud, B.A. di Masjid Assholihin, Pasar Pucuk, Baturaja, OKU Timur pada Sabtu, 28 Jumadal Ula 1440H/ 2 Februari 2019.

Kajian Tentang Arti Sukses Menurut Islam

Menit ke-11:58 Kehidupan kita ini akan berlanjut. Sekarang kehidupan dunia dan nanti akan berlanjut dengan kehidupan kampung akhirat. Sehingga ada dua kehidupan yang mesti kita lalui. Yang sekarang akan kita tinggal dan kita akan masuk kepada tahapan kehidupan berikutnya. Sehingga kita mesti berfikir sukses yang mana yang akan Anda cari? Sukses yang sekarang, belum tentu sukses yang berikutnya. Sukses yang berikutnya nanti, akan melupakan segala penderitaan yang sekarang dialami. Apalagi seandainya sukses dan berikutnya nanti sukses, itu menjadi cita-cita kita semuanya.

Kita harus menyusun, merancang dengan baik, memastikan langkah kita, jangan sampai kita gagal, apalagi kegagalannya adalah kegagalan yang tidak bisa kita perbaiki lagi. Sahabat Ali bin Abi Thalib memiliki perkataan yang sangat bagus untuk menjadikan renungan bagi kita semuanya. Apa kata beliau?

‘Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu berkata :

اِرْتَحَلَتِ الدُّنْيَا مُدْبِرَةً، وَارْتَحَلَتِ الْآخِرَةُ مُقْبِلَةً، وَلِكُلِّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا بَنُوْنٌ، فَكُوْنُوْا مِنْ أَبْنَاءِ الْآخِرَةِ، وَلَا تَكُوْنُوْا مِنْ أَبْنَاءِ الدُّنْيَا، فَإِنَّ الْيَوْمَ عَمَلٌ وَلَا حِسَابٌ وَغَدًا حِسَابٌ وَلَا عَمَلٌ

“Sesungguhnya dunia akan pergi meninggalkan kita, sedangkan akhirat pasti akan datang. Masing-masing dari dunia dan akhirat memiliki anak-anak, karenanya, hendaklah kalian menjadi anak-anak akhirat dan jangan menjadi anak-anak dunia, karena hari ini adalah hari amal bukan hisab, sedang kelak adalah hari hisab bukan amal.” (Shahihul Bukhari)

Dunia ini berjalan meninggalkan kita. Mau seperti apa kencangnya kita mengejar dunia, nafas kita habis, kita masuk kubur, dunia akan berjalan terus sampai waktu yang ditentukan oleh Allah Ta’ala. Dan Akhirat berjalan menjumpai kita. Bagaimanapun kita lari menghindar dari kampung akhirat, pasti kita akan menjumpai kampung akhirat. Karena pintu gerbangnya kampung akhirat adalah kematian. Dan tidak ada seorangpun yang bisa menghindarkan diri dari kematian.

Keduanya (dunia dan akhirat) memiliki para penggemar. Jadilah Anda anak-anak akhirat yang orientasinya senantiasa kepada kampung akhirat. Yang semua langkah-langkah kita tertuju ke kampung akhirat. Dan jangan Anda menjadi anak-anak dunia.

Di dunia ini kita saatnya beramal dan belum ada pembalasan yang sempurna. Pembalasan sudah ada tapi pembalasan sempurna hanya kelak di hari kiamat. Dan di kampung akhirat adalah pembalasan atau hari-hari kita memanen dan tidak ada lagi amal. Tidak ada lagi beban-beban. Yang ada tinggal rekapan hasil audit dan kita tinggal menerima pembalasan yang sempurna.

Yang sangat ditakutkan adalah panjangnya angan-angan tentang dunia, mengikuti hawa nafsu. Adapun panjangnya angan-angan itu akan membuat Anda lali kepada kampung akhirat. Dan mengikuti hawa nafsu akan menghalangi dari kebenaran.

Yang kita ambil dari nasihat Ali bin Abi Thalib di atas adalah “Jadilah Anda anak-anak akhirat” Sebagaimana Allah arahkan kepada kita:

وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّـهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi” (QS. Al-Qashash[28]: 77)

Allah Subhanahu wa Ta’ala Dzat yang Maha Penyayang. Dan Allah akan memilihkan untuk hambaNya yang terbaik, yang paling membuat hamba berbahagia disemua kehidupannya. Memastikan tujuan kita adalah sukses akhirat, itu akan memberikan jaminan kebaikan segala-galanya.

Kenapa Allah Subhanahu wa Ta’ala memilihkan untuk kita untuk benar-benar membuat target sukses kampung akhirat? Allah tegaskan bahwasannya hakikat sukses adalah sukses kampung akhirat. Dan hakikat kerugian adalah kerugian di kampung akhirat. Yang apapila kita rugi di kampung akhirat, tidak akan bisa kita tebus dengan apapun, termasuk dengan kesuksesan dunia kita. Tapi kalau kita sukses di kampung akhirat. Semua yang pernah kita rasakan sebagai penderitaan di dunia, itu akan hilang sama sekali.

Mari kita renungkan bagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan perbandingan antara dua kampung ini. Kalimat Allah:

وَإِنَّ الدَّارَ الْآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ

Sesungguhnya kampung akhirat itu adalah kampung yang sebenarnya jika kalian mengetahui” (QS. Al-Ankabut[29]: 64)

Jika kita mendapatkan nikmat, maka itu adalah nikmat yang sebenarnya. Jika kita sengsara, maka itu adalah sengsara yang sebenarnya. Dan akan terlihat nyata-nyata. Apa yang dicita-citakan manusia di dunia ini, yang tidak akan pernah terwujud akan terwujud semuanya di kampung akhirat.

Seandainya kita boleh bercita-cita, berangan-angan, kita ingin sehat yang tidak pernah sakit, kita ingin hidup yang tidak pernah mati, kita ingin muda yang tidak pernah tua, kita ingin nikmat yang tidak pernah sengsara, tapi di dunia ini kita mustahil untuk mendapatkan apa yang kita angan-anankan tadi. Hampir tidak ada orang yang hidup di dunia ini yang sehatnya tidak terncam sakit. Demikian juga tidak ada ceritanya orang yang hidup tanpa mati. Kecuali iblis yang Allah tangguhkan sampai hari kiamat kelak.

Seandainya ada orang yang paling shalih yang hidup panjang di dunia, tentu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah orang yang paling awet umurnya. Demikian juga tidak ada orang yang bertahan muda tanpa menuju usia tua. Rambut yang memutih, tenaga yang berkurang, dan semuanya mulai menua. Termasuk organ-oragannya. Ini sunnatullah yang pasti akan menimpa kita semuanya.

Demikian juga hampir tidak ada kenikmatan yang tidak diiringi dengan kesengsaraan. Orang kaya yang bisa membeli apapun, bisa mewujudkan apapun yang diinginkan, bisa makan enak tanpa batas, tentu setelahnya akan diiringi dengan penderitaan-penderitaan.

Di dunia tidak ada kenikmatan yang tanpa ada penderitaan. Kalau Anda ingin sehat tanpa sakit, hidup tanpa mati, muda tanpa tua, nikmat tanpa sengsara, itu adanya di Jannah (surga).

Ketika ahlul Jannah (ahli surga) telah menempati Jannah, maka akan disampaikan kepada mereka:

يُنَادِي مُنَادٍ إِنَّ لَكُمْ أَنْ تَصِحُّوا فَلَا تَسْقَمُوا أَبَدًا وَإِنَّ لَكُمْ أَنْ تَحْيَوْا فَلَا تَمُوتُوا أَبَدًا وَإِنَّ لَكُمْ أَنْ تَشِبُّوا فَلَا تَهْرَمُوا أَبَدًا وَإِنَّ لَكُمْ أَنْ تَنْعَمُوا فَلَا تَبْأَسُوا أَبَدًا

“Penyeru menyerukan: Sesungguhnya kalian hidup dan tidak mati selamanya, kalian sehat dan tidak sakit selamanya, kalian muda dan tidak tua selamanya, kalian bersenang-senang dan tidak akan bersedih selamanya.” (HR. Muslim)

Hidup dan Tidak Mati Selamanya

Kematian akan Allah tunjukkan dalam bentuk kibas abu-abu yang ditunjukkan oleh ahlul Jannah dan ahlun Naar. Kemudian Allah sembelih dan disampaikan kepada mereka:

يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ خُلُودٌ لَا مَوْتَ وَلِأَهْلِ النَّارِ يَا أَهْلَ النَّارِ خُلُودٌ لَا مَوْتَ

“Wahai ahli surga, sekarang Anda kekal dan tidak ada lagi kematian. Wahai ahli neraka, sekarang Anda kekal dan tidak ada lagi kematian” (HR. Bukhari)

Muda dan Tidak Tua Selamanya

Semua orang-orang yang di dunia sekarang ini tua, bangka, sepuh, semua akan berubah menjadi muda kelak ketika menjadi ahlul Jannah.

Arti Sukses Yang Hakiki Menurut Islam

Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan sukses yang hakiki adalah sukses kampung akhirat. Dan rugi yang hakiki adalah rugi kampung akhirat.

فَمَن زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ

Barangsiapa diselamatkan Allah dari neraka, dan dimasukkan oleh Allah ke surga, maka benar-benar dia telah sukses” (QS. Ali-Imron[3]: 185)

Sebaliknya:

إِنَّ الْخَاسِرِينَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنفُسَهُمْ وَأَهْلِيهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Sesungguhnya orang yang dikatakan orang yang benar-benar rugi adalah orang yang merugikan diri dan keluarganya kelak di hari kiamat” (QS. Az-Zumar[39]: 15)

Kenapa yang dikatakan sukses adalah sukses kampung akhirat? Dan kerugian adalah kerugian di kampung akhirat kelak?

Kalau kerugian di dunia, itu sifatnya masih nisbi (terukur). Demikian pula sukses di dunia, sifatnya masih nisbi. Tapi kalau rugi di akhirat, ruginya betul-betul mutlak. Kerugian yang tidak akan bisa ditebus dengan apapun.

Maka ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan kepada kita tentang suasana kampung akhirat. Bagaimana angan-angan orang-orang yang ingin menebus kerugian di kampung akhirat. Seandainya meraka bisa menebus kerugian di kampung akhirat dengan apapun yang dia miliki, akan dia tebus. Tapi mereka tidak akan bisa lagi sanggup menebus karena tebusan apapun yang mereka sediakan tidak akan diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Sekarang ini, penderitaan-penderitaan di dunia masih sangat banyak orang yang peduli dan mereka masih bisa menebus dengan apa yang mereka miliki. Para konglomerat masih bisa menggunakan hartanya untuk menebus berbagai macam kesulitan yang mereka hadapi. Bahkan bisa merubah yang salah menjadi benar, yang benar menjadi salah dalam keputusan pengadilan dengan uang yang mereka miliki.

Dengan kekuasaan mereka, mereka bisa merubah berbagai macam perkara. Dan seandainya penderitaan itu menimpa sebagian kita, masih banyak pula orang yang peduli. Ketika terjadi gempat, tsunami ataupun berbagai macam musibah-musibah yang lainnya, masih terlalu banyak yang bisa peduli.

Akan tetapi ketika kerugian, penderitaan, kesengsaraan itu diderita kelak dihari kiamat, maka sudah tidak akan ada lagi yang peduli dan tidak ada lagi yang bisa untuk menebus saat itu. Digambarkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam banyak ayat. Bagaimana suasana kelak di hari kiamat ketika mereka mengalami penderitaan dan kesengsaraan:

يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ ﴿٣٤﴾ وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ ﴿٣٥﴾ وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ ﴿٣٦﴾ لِكُلِّ امْرِئٍ مِّنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ

pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya.” (QS. Abasa[80]: 37)

Tidak ada yang peduli. Sebagaimana diriwayatkan dalam tafsirnya para ulama, yang waktu itu seorang suami akan mengatakan kepada istrinya, “Wahai istriku, dalam pandanganmu saya itu suami seperti apa?” Jawab istrinya, “Suami yang sangat baik.” Suaminya berkata, “Istriku, maukah engkau memberikan kebaikan kepadaku sedikit saja pada hari ini?” Kata sang istri, “Wahai suamiku, alangkah remehnya yang kamu minta. Tapi hari ini aku mengalami ketakutan yang tidak pernah aku alami dan aku tidak bisa memberikan kebaikan walaupun sedikit pun kepadamu.”

Ayah kepada anak, anak kepada ayah, istri kepada suami, suami kepada istri, semuanya tidak peduli lagi. Tidak ada orang yang masih simpati dan peduli kepada kita. Bahkan mereka berfikir bagaimana bisa mengorbankan orang lain menjadi tumbal senadainya bisa dilakukan. Dalam rangka untuk menyelamatkan dia dari suasana yang sangat menggelisahkan dan sangat menakutkan dihari itu.

Setiap kita insyaAllah sudah membaca surat Al-Ma’arij dan sering didengarkan insyaallah. Yang Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengatakan:

وَلَا يَسْأَلُ حَمِيمٌ حَمِيمًا ﴿١٠﴾ يُبَصَّرُونَهُمْ ۚ يَوَدُّ الْمُجْرِمُ لَوْ يَفْتَدِي مِنْ عَذَابِ يَوْمِئِذٍ بِبَنِيهِ ﴿١١﴾ وَصَاحِبَتِهِ وَأَخِيهِ ﴿١٢﴾ وَفَصِيلَتِهِ الَّتِي تُؤْوِيهِ ﴿١٣﴾ وَمَن فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ يُنجِيهِ ﴿١٤﴾ كَلَّا ۖ إِنَّهَا لَظَىٰ ﴿١٥﴾ نَزَّاعَةً لِّلشَّوَىٰ ﴿١٦﴾ تَدْعُو مَنْ أَدْبَرَ وَتَوَلَّىٰ ﴿١٧﴾ وَجَمَعَ فَأَوْعَىٰ ﴿١٨﴾

dan tidak ada seorang teman akrabpun menanyakan temannya, sedang mereka saling memandang. Orang kafir ingin kalau sekiranya dia dapat menebus (dirinya) dari azab hari itu dengan anak-anaknya, dan isterinya dan saudaranya, dan kaum familinya yang melindunginya (di dunia). Dan orang-orang di atas bumi seluruhnya kemudian (mengharapkan) tebusan itu dapat menyelamatkannya. Sekali-kali tidak dapat, sesungguhnya neraka itu adalah api yang bergolak, yang mengelupas kulit kepala, yang memanggil orang yang membelakang dan yang berpaling (dari agama), serta mengumpulkan (harta benda) lalu menyimpannya.” (QS. Al-Ma’arij[70] 10-18)

Orang yang dulu di dunia berteman akrab, sekedar bertanya tentang nasib temannya pun tidak. Bukan mereka tidak melihat, bahkan mereka saling melihat satu yang lainnya. Tapi penglihatan yang mata mereka terbelalak, pandangan yang menakutkan. Hari itu mereka benar-benar dibuat takut, saat hati bergolak, saat mata terbelalak, karena kejadian yang sangat dahsyat.

Orang-orang yang mujrim (الْمُجْرِمُ) yang di dunia tidak pernah berbakti kepada Allah Ta’ala, tidak pernah memenuhi panggilan Allah Ta’ala, seruan-seruan Allah senantiasa diabaikan, diperintahkan bertauhid tidak bertauhid, diperintahkan shalat tidak shalat, dipanggil untuk menunaikan zakat tidak dia tunaikan, dipanggil haji tidak berhaji, dia tidak taat bahkan maksiat. Orang yang seperti ini dia berangan-angan seandainya bisa menebus kesulitan dihari itu walaupun dengan anak kandungnya sendiri.

Jujur, di dunia ini tidak ada orang yang kasih sayangnya setulus orang tua kepada  anak kandung. Seandainya seorang ibu melahirkan anak cacat sekalipun, tentu dia tidak akan mau kalau anaknya yang cacat itu diminta lalu diganti dengan bayi yang sempurna. Walaupun cacat, ini adalah darah dagingnya sendiri.

Lihat juga bagaimana pengorbanan orang tua untuk sang anak. Orang tua bagaimana menginginkan kemuliaan bagi sang anak? Walaupun dia korbankan segala macamnya.

Tapi suasana seperti ini tidak akan dia dapatkan kelak di hari kiamat. Bahkan seandainya orang tua bisa mengorbankan anak kandungnya, akan dia korbankan. Kalau belum cukup, akan dia tambah dengan istri dan saudaranya. Kalau belum cukup, akan dia tambah dengan keluarga besarnya. Kalau belum cukup, akan dia tambah. Bahkan kalau bisa:

وَمَن فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ يُنجِيهِ

Dan orang-orang di atas bumi seluruhnya kemudian (mengharapkan) tebusan itu dapat menyelamatkannya.” (QS. Al-Ma’arij[70]: 14)

Semua manusia di muka bumi ini kalau bisa dijadikan tumbal, akan diserahkan kepada Allah untuk dimasukkan jahanam kemudian diselamatkan dari adzab.

Tapi kata Allah:

لَّا ۖ إِنَّهَا لَظَىٰ ﴿١٥﴾ نَزَّاعَةً لِّلشَّوَىٰ ﴿١٦﴾ تَدْعُو مَنْ أَدْبَرَ وَتَوَلَّىٰ ﴿١٧﴾ وَجَمَعَ فَأَوْعَىٰ

Sekali-kali tidak dapat, sesungguhnya neraka itu adalah api yang bergolak, yang mengelupas kulit kepala, yang memanggil orang yang membelakang dan yang berpaling (dari agama), serta mengumpulkan (harta benda) lalu menyimpannya.” (QS. Al-Ma’arij[70]: 15-18)

Video Kajian Arti Sukses Menurut Islam

Sumber: Ustadz Afifi Abdul Wadud – Safari dakwah Belitang – “Beginilah Muslim”

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: 0