Khutbah Jumat: Kembali Kepada Tauhid

Khutbah Jumat: Kembali Kepada Tauhid

Khutbah Jumat: Oh Hanya Sunnah?
Khutbah Jumat: Gambaran Keindahan dan Luasnya Surga
Khutbah Jumat: Mencintai Rasulullah

Khutbah Jumat “Kembali Kepada Tauhid” ini disampaikan oleh Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat Hafidzahullah.

Khutbah Pertama – Kembali Kepada Tauhid

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ؛

أَمَّا بَعْدُ

Sidang jum’at, ikhwan sekalian yang saya cintai.

Pada hari ini, pada khotbah jum’at ini, khotib mengajak pada diri sendiri dan jama’ah untuk kembali kepada tauhid.

Kembali kepada tauhid, agamanya para Nabi dan Rasul. Seruan atau dakwah seluruh para Nabi dan Rasul adalah At-Tauhid.

At-Tauhid yang menjadi asas didalam Dienul Islam, yang membedakan, yang memisahkan mana yang mukmin, mana yang kafir, yang membedakan mana mukmin yang muwahhid yang bertauhid, mukmin yang sempurna tauhidnya dengan mukmin yang telah dicampuri dengan kesyirikan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan kepada seluruh, kepada semua para Nabi dan Rasul untuk mengajak manusia, berdakwah kepada manusia, firman-Nya:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِى كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولًا أَنِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَٱجْتَنِبُوا۟ ٱلطَّٰغُوتَ

Dan sesungguhnya Kami telah utus kepada setiap ummat, seorang Rasul dan Kami perintahkan kepada mereka ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ sembahlah Allah, beribadahlah kepada Allah dan tinggalkan segala sesembahan selain dari Allah, (yang kita kenal dengan nama Thoghut). [An-Nahl: 36]

Ajaklah manusia untuk beribadah kepada Allah dan tinggalkan segala sesembahan selain dari Allah. Maka awal pertama kali dakwah setiap Nabi dan Rasul adalah ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَٱجْتَنِبُوا۟ ٱلطَّٰغُوتَ , yakni kalimat لاَ إِلٰهَ إِلاَّ الله, tidak ada satupun إِلٰهَ, إِلٰهَ artinya adalah segala yang disembah, sesuatu yang disembah, لَا مَعْبُوْدَ بِحَقٍّ إِلَّا اللهُ , tidak ada satupun إِلٰهَ, tidak ada satupun tuhan yang berhak diibadati melainkan Allah, لَا مَعْبُوْدَ بِحَقٍّ إِلَّا اللهُ , tidak ada satupun yang diibadati dengan benar melainkan Allah.

Karena disana manusia telah menjadikan sebagian atau yang mereka buat dengan tangan-tangan mereka sebagai إِلٰهَ , tuhan-tuhan selain Allah dan sebagian manusia lagi telah mengangkat manusia yang lain sebagai tuhan-tuhan selain Allah, maka لَا مَعْبُوْدَ بِحَقٍّ إِلَّا اللهُ, untuk beribadahlah, untuk tauhidlah Allah menciptakan manusia,

وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku.” [Adz Dzariyat: 56]

وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ , إِلَّا لِيَعْبُدُونِ agar mereka beribadah kepada-Ku, ibadah yang dimaksud adalah agar mereka mentauhidkan-Ku, Meng Esakan-Ku dalam beribadah kepada-Ku.

Sidang jum’at yang saya muliakan.

Tauhid dalam Islam ada 3 (tiga) macam;

Yang pertama, Tauhidur Rububiyyah, mengesakan Allah didalam penciptaan, didalam kekuasaan dan didalam pengaturan di alam semesta ini, bahwa yang menciptakan alam semesta adalah Allah, tauhid ini ada pada setiap manusia, dan seseorang tidak dianggap mukmin, belum masuk islam kalau dia hanya meyakini tauhid rububiyyah, karena tauhid ini pun ada pada kaum musyrikin, pada orang-orang kafirin pada zaman Nabi yang mulia shallallahu ‘alaihi wa sallam, ketika beliau berdakwah, ketika turunnya ayat-ayat al-Qur’anul kariim, berulang-ulang Allah mengatakan mereka adalah orang-orang kafirin, mereka adalah orang-orang musyrikin, cukup bagi kita surat yang sangat singkat: قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ [Al-Kafirun: 1].

Padahal mereka mengakui, meyakini bahwa yang menciptakan langit, yang menciptakan bumi “Allah”, yang menciptakan mereka “Allah”, yang memberikan rizki kepada mereka dari langit dan bumi “Allah”, yang menghidupkan dan mematikan “Allah”, yang mengatur alam semesta Allah.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam kitabnya menceritakan keyakinan mereka kaum musyrikin dan kafirin yang ada pada zaman Nabi dan seterusnya sampai hari ini dan seterusnya sampai hari kiamat, Allah perintahkan kepada Nabi-Nya yang mulia shallallahu ‘alaihi wa sallam, “tanya kepada mereka”:

وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ ٱللَّهُ ۚ قُلِ ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ ۚ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ

“Sungguh jika engkau bertanya kepada mereka siapakah yang menciptakan langit dan bumi? Pasti mereka akan menjawab “Allah”. Katakan, segala puji bagi Allah, bahkan kebanyakan mereka tidak mengetahuinya.” [Luqman: 25]

Dalam ayat yang lain Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ ۖ فَأَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ

“Jika engkau bertanya kepada mereka, siapa yang menciptakan mereka? Mereka pasti akan menjawab “Allah”, maka bagaimana mereka dapat dipalingkan (dari beribadah kepada Allah, dari mentauhidkan Allah, mengesakan Allah, dalam beribadah kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala)?.” [Az Zukhruf: 87]

Dalam ayat yang lain Allah tegaskan

قُلْ, katakan kepada mereka hai Muhammad:

قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَمَّنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ ۚ فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ ۚ فَقُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ

“Katakan, siapakah yang memberikan rizki kepada kamu dari langit dan bumi atau siapakah yang telah memberikan kepada kamu, yang kuasa menciptakan pendengaran dan penglihatan kepada kamu dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati, mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur sekalian urusan ini, segala urusan ini? Mereka akan menjawab “Allah”, maka, kenapa mereka tidak mau bertaqwa kepada Allah?” [Yunus: 31]

Katakan, فَقُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ ? Katakan kepada mereka kalau mereka meyakini, mengakui tauhid rububiyyah, mereka mengakui bahwa yang menciptakan mereka adalah Allah, yang menciptakan langit dan bumi Allah, yang mengatur segala urusan Allah, bahkan yang memberikan rizki kepada mereka Allah, kenapa mereka melakukan kesyirikan kepada Allah? Kenapa mereka tidak sujud dan rukuk hanya kepada Allah?

Sebagaimana yang Allah perintahkan:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱعْبُدُوا۟ رَبَّكُمُ ٱلَّذِى خَلَقَكُمْ وَٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Wahai manusia beribadahlah kepada Rabbmu, yang telah menciptakan kamu dan menciptakan orang-orang yang sebelum kamu, agar supaya kamu bertaqwa.” [Al Baqarah: 21]

Bertauhid kepada rabbul alamin.

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ

Khutbah Kedua – Kembali Kepada Tauhid

الْحَمْدُ للَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى

والصلات والسلام على نبي رحمة

وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم إلى يوم دين 

و بعد

Sidang jum’at yang saya muliakan.

Dari khotbah yang pertama kita mengetahui bahwa orang-orang musyrikin pada zaman Nabi, mereka membuat berhala, patung dengan tangan-tangan kotor mereka, patung-patung yang tidak bisa berbicara dan mendengar, yang tidak bisa memberikan manfaat dan mudhorot, mereka tidak meyakini bahwa patung-patung itulah tuhan yang menciptakan langit dan bumi, tidak, sama sekali tidak. Karena ketika ditanya mereka mengakui bahwa yang menciptakan langit dan bumi “Allah”, yang menciptakan mereka adalah Allah, tetapi kenapa Allah tetap mengatakan mereka kufur, mereka syirik, mereka kafir, tempat mereka di neraka jahannam, karena mereka tidak bertauhid dengan tauhid yang ke dua dan ke tiga.

Tauhid yang ke dua, tauhidul ‘ubudiyyah, meng-Esakan Allah didalam beribadah kepada Allah, hanya kepada Allah kita beribadah, sesuai dengan apa yang Allah syari’atkan melalui perantara para Nabi dan Rasul-Nya yang diakhiri dengan kenabian Muhammad ‘alaihimush sholatu wa sallam.

Tauhid ‘ubudiyyah inilah yang memisahkan mana mukmin mana kafir, bahkan mana mukmin yang bertauhid dan mana mukmin yang telah di masuki, yang telah mengerjakan sebagian kesyirikan.

Ketahuilah bahwa syirik ada 2 (dua) dalam Islam, syirkul akbar (syirik besar) yang dapat mengeluarkan seseorang dari Islam, yang ke-2, syirik kecil yag tidak mengeluarkan seorang dari Islam, tetapi dia telah melakukan dosa yang sangat besar.

Syirik besar misalnya, sesorang mendatangi kuburan tertentu, sebagaimana di Negeri kita begitu banyak kuburan yang di datangi pada waktu-waktu tertentu, kaum muslimin sebagiannya meminta kepada mereka, penghuni kubur itu mereka jadikan sebagai perantara untuk memohon kepada Allah, bahkan adakalanya mereka langsung meminta kepada orang-orang yang telah mati itu. Kepada Syaikh Abdul Qadir Jaelani, bahkan mereka menyeru “yaa syaikh abdul qadir jaelani tolonglah saya, yaa syaikh fulan tolonglah saya”, ini semua adalah syirkul akbar (syirik besar) yang dapat mengeluarkan kita dari Islam, kalau sekiranya kita telah tahu hukumnya dan paham.

Syirik kecil, saya ambil contoh, walaupun dosanya besar, karena seseorang melakukan dosa yang paling besar adalah ketika seseorang menyekutukan Allah Tabaraka wa Ta’ala, saya ambil contoh yang sering dilakukan oleh kaum muslimin, mereka memakai jimat, jimat ini diyakini untuk mendatangkan manfaat dan menolak mudhorot, kalau mereka meyakini jimat ini umumnya dipakai untuk mendatangkan manfaat dan menolak mudhorot, kalau mereka meyakini bahwa jimat inilah yang memberikan, mendatangkan manfaat, atau menolak mudhorot, maka mereka telah kufur kepada Rabbul ‘alamin, karena dengan sendirinya mereka telah menandingi Allah subhanahu wa ta’ala dengan jimatnya itu, kalau dia meyakini bahwa jimat itulah sebagai pelaku yang memberikan manfaat dan menolak mudhorot atau bahaya dari mereka. Orang pakai jimat macam-macam, ada cincin, ada kalung dan lain sebagainya, ada keris yang digantung setiap malam jum’at dicuci dan seterusnya, ini dapat mengakibatkan seseorang syirik besar, kalau dia meyakini bahwa jimat itulah yang sebagai pelakunya yang mendatangkan manfaat menolak mudhorot, kalau dia tidak meyakini demikian, tapi dia tetap meyakini bahwa yang memberikan, mendatangkan manfaat “Allah”, menolak mudhorot “Allah Tabaraka wa Ta’ala”, yang menolak bahaya dari mereka “Allah” tapi mereka jadikan jimat ini sebagai perantara sebab saja, maka mereka telah jatuh kepada syirik kecil. Perbedaannya tipis sekali dan bagi umumnya kaum muslimin, orang-orang awam tidak bisa membedakannya, oleh karena itu banyak sekali diatara kita yang terjerumus kedalam syirik besar.

Contoh syirik besar, mereka menyediakan sesaji, sesajen untuk para jin dan syayathin, ini syirkul akbar, syirik besar, meminta-minta kepada jin dan lain sebagainya yang tersebar luas di negeri kita ini, oleh karena itu sidang jum’at yang saya cintai dan saya muliakan, mari kembali kepada tauhid, pelajari kembali tauhid kita, karena tauhid inilah yang akan menyelamatkan seseorang dari kekelan di dalam api neraka jahannam, kalau dia ditakdirkan masuk neraka kalau dia bertauhid maka dia tidak kekal di dalam neraka, orang-orang yang tidak bertauhid, orang-orang yang melakukan kesyirikan, syirik-syirik besar yang mengeluarkan dia dari Islam maka mereka kekal di dalam api jahannam.

Mudah-mudahan khotbah yang singkat ini menjadi ibroh bagi khotib dan bagi jama’ah, sebagaimana Allah perintahkan kita فا عتبروا يا أولي ألابصار , ambillah pelajaran wahai orang-orang yang mempunyai pandangan.

اللهم اغفر للمؤمنين ولمؤمنات والمسلمين والمسلمات الاحياء منهم والاموات

ربنآ ءاتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا أذاب النار

 والحمد للّه رب العالمين

 

Video Khutbah Pertama – Kembali Kepada Tauhid

Kembali Kepada Tauhid [ Khutbah Jum’at ] – Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat – Khidmatussunnah TV

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: 0