Khutbah Jumat: Hilang Tanpa Ganti

Khutbah Jumat: Hilang Tanpa Ganti

Berikut khutbah jumat “Hilang Tanpa Ganti” yang disampaikan Ustadz Ammi Nur Baits Hafizhahullahu Ta’ala.

Download PDF via telegram: t.me/ngajiid/117

Khutbah Jumat: Hilang Tanpa Ganti

Khutbah Pertama

Hadirin jama’ah jum’at rahimakumullah,

Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan banyak sekali nikmat kepada kita dengan aneka rupa dan wajah. Dan dari sekian nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala Allah berkehendak untuk mengambilnya sesuai dengan apa yang Dia kehendaki. Ada di antara kita yang mendapatkan musibah dengan wafatnya salah satu anggota keluarga kita. Ada pula yang dicabut sebagian penghasilannya, atau pun nikmat yang lain yang dicabut oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dari semua nikmat yang Allah Subhanahu wa Ta’ala cabut dari seorang mukmin, lalu mukmin itu bersabar maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan gantikan dengan yang lebih baik darinya. Kecuali satu nikmat yang apabila nikmat ini dicabut, maka tidak ada gantinya. Nikmat yang satu itu adalah nikmat agama.

Karena itulah, kalau pun dalam hidup di dunia ini manusia tidak bisa terhindar dari yang namanya musibah. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar jangan sampai musibah yang menimpa beliau dan umat beliau adalah musibah yang merugikan agama beliau dan umatnya. Sebagaimana dalam hadits riwayat Tirmidzi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berdoa;

وَلَا تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا فِي دِينِنَا

“Janganlah Engkau jadikan musibah yang menimpa Kami adalah musibah yang merugikan agama kami.” (HR. At Tirmidzi)

Karena ketika musibah ini merugikan agama kita, Allah Subhanahu wa Ta’ala mencabut nikmat agama, maka tidak ada gantinya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berpesan di dalam Al-Qur’an agar nikmat Islam itu dijaga sampai mati. Sebagaimana dalam ayat yang sering para khatib kutip;

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali ‘Imran[3]: 102)

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga pernah berpesan dalam hadits riwayat Bukhari di Adabul Mufrad dari sahabat Abu Darda’ radhiallahu ‘anhu. Beliau mengatakan;

أَوْصَانِي رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم بِتِسْعٍ‏:‏ لاَ تُشْرِكْ بِاللَّهِ شَيْئًا ؛ وَإِنْ قُطِّعْتَ أَوْ حُرِّقْتَ

“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah berpesan kepadaku dengan 9 kalimat (10 dalam riwayat yang lain), yang pertama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan; ‘Janganlah engkau menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun meskipun kamu akan dimutilasi atau dibakar’.” (HR. Bukhari)

Artinya, nikmat agama ini jagalah baik-baik. Jangan sampai hilang meskipun harus mengorbankan yang paling berharga bagi diri kita yaitu nyawa. Itu pesan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena sekali lagi, ketika nikmat agama itu hilang maka tidak ada gantinya.

Selanjutnya upaya yang bisa kita lakukan untuk menjaga nikmat agama ini, salah satu yang Allah Subhanahu wa Ta’ala pesankan di dalam Al-Qur’an adalah jangan mencampuradukkan antara kebenaran dengan kebatilan. Dan jangan ikut terlibat dalam kegiatan kebatilan yang orang-orang non-muslim lakukan.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bertetangga dengan beberapa non-muslim; Yahudi ada, munafiqun banyak, demikian pula orang-orang Nasrani dan orang musyrikin yang berada di sekitar beliau. Dan tentu saja dalam interaksi itu akan ada potensi pelanggaran. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan kepada kaum muslimin agar jangan sampai melakukan pelanggaran itu. Salah satu di antara pelanggaran itu adalah ikut hadir dalam kegiatan perayaan maupun ibadah yang dilakukan oleh non-muslim di tempat ibadah mereka.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَقَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِي الْكِتَابِ أَنْ إِذَا سَمِعْتُمْ آيَاتِ اللَّهِ يُكْفَرُ بِهَا وَيُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلَا تَقْعُدُوا مَعَهُمْ حَتَّىٰ يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ ۚ إِنَّكُمْ إِذًا مِثْلُهُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ جَامِعُ الْمُنَافِقِينَ وَالْكَافِرِينَ فِي جَهَنَّمَ جَمِيعًا

“Dan sungguh Allah telah menurunkan kekuatan kepada kamu di dalam Al Quran bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sampai mereka memasuki pembicaraan yang lain (permasalahan dunia yang sifatnya mubah). Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam,” (QS. An-Nisa'[4]: 140)

Sehingga sungguh sangat aneh kalau ada kaum muslimin di manapun dia berada. Di ormas mana pun dia berada, kemudian ikut hadir di gereja memuji aliran yang menyimpang seperti Baha’iyyah dan yang lainnya. Yang itu sebenarnya adalah program orang-orang liberal.

Kita berlindung kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar jangan sampai Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebut kita sebagai bagian dari orang kafir oleh karena kita ikut nimbrung bersama orang-orang kafir.

Demikian sebagai khutbah yang pertama semoga bermanfaat.

اقول قولي هذا واستغفر الله لي ولكم، ولسائر للمؤمنين والمؤمنات، فاستغفروه، انه هو الغفور الرحيم

Khutbah Kedua

Hadirin jama’ah Jum’at rahimakumullah,

Allah Subhanahu wa Ta’ala menggambarkan di dalam Al-Qur’an bahwasanya surga itu sangat luas. Luasnya seperti langit dan bumi. Sebagaimana yang Allah Subhanahu wa Ta’ala nyatakan di beberapa ayat, di antaranya;

وَسَارِعُوٓا۟ إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,” (QS. Ali ‘Imran[3]: 133)

Jama’ah rahimakumullah,

Kita ukur fisik/ badan kita ini kalau dibandingkan dengan langit dan bumi itu ibarat setitik debu yang mungkin tidak terlihat. Misalnya kita naik ke atas gunung lalu kita melihat ke arah bentangan yang sangat luas, betapa kecilnya kita. Yang menjadi pertanyaan; manusia seperti kita yang ukurannya setitik debu ini apa sulitnya kalau bisa mendapatkan tempat yang luasnya seluas langit dan bumi? Sehingga untuk bisa mendapatkan yang demikian luasnya, sementara kita ini sangat kecil, itu sangat mudah bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Maka yang menjadi pertanyaan adalah; Apakah kita bisa berusaha untuk mendapatkan tempat yang demikian luas itu, sementara kita adalah makhluk yang sangat kecil? Sehingga kecelakaan besar bagi orang yang terusir dari rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dia kecil, mudah bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk disisipkan kedalam surga. Tapi dia tidak sempat untuk bisa mendapatkannya karena Allah Subhanahu wa Ta’ala memurkainya.

Karena itu sekali lagi, mari kita jaga satu syarat utama untuk bisa dapat surga yaitu iman. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ إِلاَّ الْمُؤْمِنُونَ

“Tidak akan masuk surga kecuali orang-orang yang beriman.” (HR. Muslim No. 114)

Kita memohon kepada-Nya, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala mempertahankan hidayah iman ini. Jangan sampai hilang. Kalau pun ada sebagian nikmat kita yang hilang, semoga nikmat yang satu ini tidak hilang sampai kita mati.

Video Khutbah Jumat: Hilang Tanpa Ganti

Sumber audio: ANB Channel

Mari turut menyebarkan “Khutbah Jumat: Hilang Tanpa Ganti” ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum..

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: