Khutbah Jumat: Ketika Iman Masuk ke Hati

Khutbah Jumat: Ketika Iman Masuk ke Hati

Berikut ini khutbah Jumat “Ketika Iman Masuk ke Hati” yang disampaikan oleh Ustadz Maududi Abdullah, Lc Hafizhahullahu Ta’ala.

Download versi PDF via telegram: t.me/ngajiid/123

Khutbah Jumat: Ketika Iman Masuk ke Hati

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ،
أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه
قال الله تعالى فى كتابه الكريم، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
وقال تعالى، يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً ۚ وَاتَّقُوا اللَّـهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ ۚ إِنَّ اللَّـهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
وقال تعالى، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ، فإِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ

Khutbah Pertama

Ma’asyiral muslimin sidang Jum’at rahimani wa rahimakumullah,

Mari kita bersyukur kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala atas segala limpahan rahmat dan nikmat yang tidak akan pernah bisa kita dihitung jumlahnya karena saking banyaknya yang Dia limpahkan kepada kita. Hal yang mustahil bagi seorang manusia untuk mampu menghitung nikmat yang Allah Subhanahu wa Ta’ala curahkan kepadanya. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengatakan bahwa itu tidak akan bisa dilakukan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman;

وَإِن تَعُدُّوا۟ نِعْمَةَ ٱللَّهِ لَا تُحْصُوهَآ

“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya.” (QS. An-Nahl[16]: 18) dan (QS. Ibrahim[14]: 34) 

Allah Subhanahu wa Ta’ala memastikan bahwa kita tidak akan sanggup untuk menghitungnya. Semoga kita hidup hari demi hari selalu melihat banyaknya nikmat yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada kita. Karena di sana-sini banyak orang yang hidup bertolak belakang dengan apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala katakan. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan sangat banyak sehingga tak terhitung. Namun dia mengatakan nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala sangat sedikit. Na’udzubillahimindzalik.

Kita berlindung kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari sudut pandang yang terbalik dan berbeda dengan apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala katakan. Termasuk salah satunya cara memandang nikmat-nikmat yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada kita.

Shalawat dan salam kepada Nabi kita tercinta. Rasul kita yang mulia Nabi Muhammad bin Abdillah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah memberikan kepada kita suri tauladan yang tidak akan mungkin manusia bisa menemukan lagi suri tauladan yang lebih baik dari pada apa yang telah beliau berikan. Beliau adalah uswatun hasanah, suri tauladan terbaik di permukaan bumi. Tidak hanya untuk umat akhir zaman, tapi untuk seluruh manusia yang pernah hidup. Semoga Allah Tabaraka wa Ta’ala menjadikan kita umat beliau yang setia kepada beliau, mengikuti perintah-perintah yang beliau perintahkan, dan meninggalkan larangan-larangan yang beliau perintahkan untuk dijauhi. Karena di dalam itulah keselamatan kita di dunia dan di akhirat.

Siapakah Orang Beriman

Ma’asyiral muslimin sidang Jum’at rahimani wa rahimakumullah,

Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu memanggil di dalam Al-Qur’an panggilan-panggilan untuk orang yang beriman. Telinga kita familiar dengan ayat-ayat Allah;

يا ايها الذين آمنوا

Hai orang-orang yang beriman.”

Di dalam hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam juga seperti itu. Beliau memanggil orang-orang yang beriman;

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ

“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir.”

Menunjukkan bahwasanya posisi iman adalah sesuatu yang sangat agung di dalam agama Allah Tabaraka wa Ta’ala.  Bahkan orang yang sudah beriman pun disuruh untuk meningkatkan kualitas keimanannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman;

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ ءَامِنُوا۟ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِ

“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya,” (QS. An-Nisa'[4]: 136)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.” (QS. Ali ‘Imran[3]: 200)

Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan untuk terus melakukan peningkatan kualitas keimanan. Di antara keimanan yang akan membawa manusia kepada kebaikan adalah keimanan yang benar-benar telah masuk ke dalam dada manusia. Yang mempengaruhi dada itu masuk ke dalam hati manusia dan mempengaruhi hati itu. Itulah dia keimanan yang bermanfaat yang akan memberikan manfaat kepada seorang hamba. Dan merekalah orang-orang yang sebenarnya dipanggil oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Karena sesungguhnya, keimanan manakala telah masuk ke dalam dada dan menjadi sifat dari hati, maka seluruh anggota tubuh akan menjadi anggota tubuh yang patuh dan taat kepada apa yang datang dari perintah hati kepadanya. Karena sesungguhnya hati yang beriman, yang telah dimasuki Iman, iman yang telah menyelimuti hati, maka hati itu akan memerintahkan seluruh anggota tubuh untuk mengerjakan apa yang diperintahkan oleh hati yang beriman. Maka jadilah mata-mata yang beriman. Jadilah telinga-telinga yang beriman, jadilah lisan-lisan yang beriman. Dan jadilah kaki-kaki dan tangan-tangan yang beriman. Karena seluruh anggota tubuh, perintah dan larangan kepadanya datang dari hati.

Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;

أَلآ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً، إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلآ وَهِيَ الْقَلْبُ

“Ketahuilah, sungguh di dalam tubuh itu ada segumpal daging. Jika daging tersebut baik, baiklah seluruh tubuh. Jika rusak, rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah qalbu (hati).” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Kata para ulama, apapun yang dilakukan oleh anggota tubuh, itu adalah perintah dan larangan yang datang dari hati. Hati bagi anggota tubuh adalah bagaikan raja untuk tentara-tentaranya. Anggota tubuh untuk hati adalah bagaikan pasukan untuk sang raja.

Berkata Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu;

فإذا طاب الملك طابت الجنود وإذا خبث الملك خبثت الجنود

” Apabila baik rajanya, maka akan baik pula apa yang dilakukan oleh tentaranya. Dan apabila rajanya buruk maka buruk dan jahat juga yang akan dilakukan oleh tentaranya.” 

Tanda Keimanan

Ma’asyiral muslimin,

Maka masukkanlah iman itu ke dalam hati. Karena banyak sekali di zaman kita sekarang orang-orang yang mengatakan dirinya beriman akan tetapi anggota tubuhnya tidak menunjukkan keimanan itu. Dia mengatakan, “Saya beriman kepada Allah.” Tetapi anggota tubuhnya melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan apa yang ia katakan. Ia mengatakan bahwa dia beriman kepada hari akhirat, namun anggota tubuhnya mempertontonkan sesuatu yang berbeda dengan itu. Dia mengatakan bahwa dia sangat ingin sampai ke surga Allah Subhanahu wa Ta’ala, tapi anggota tubuhnya berbeda dengan apa yang dia katakan.

Dia mengatakan bahwa dia takut untuk masuk neraka Allah Subhanahu wa Ta’ala, namun anggota tubuhnya berbeda dengan apa yang ia ungkapkan. Pahamlah kita bahwa sesungguhnya apa yang dia ungkapkan itu bukan apa yang ada di hatinya. Karena apa yang ada di hatinya terlihat dan terpancar dari amalan anggota badannya.

Ketika dia mengatakan beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan anggota tubuhnya tidak mau patuh dan taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka di dalam hatinya tidak terdapat keimanan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ketika dia mengatakan ingin sampai ke surga Allah Subhanahu wa Ta’ala, namun anggota tubuhnya terlihat tidak rajin taat dan ibadah. Maka sebenarnya isi hatinya tidaklah sangat ingin sampai ke surga Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Kalaupun ada, itu hanya sekedarnya saja. Kalau dia mengatakan dia takut kepada neraka Allah Subhanahu wa Ta’ala namun terlihat anggota tubuhnya rajin berbuat maksiat, maka tahulah kita bahwa hatinya masih hati yang belum takut kepada neraka Allah Tabaraka wa Ta’ala.

Karena hati itu ketika dia tidak terlalu takut kepada neraka, masih sering memerintahkan anggota tubuhnya untuk berjalan di atas jalan-jalan yang akan mengantarkan ke neraka, maka banyak sekali orang yang memproklamirkan iman. Menyatakan iman tapi anggota tubuhnya menyatakan hal yang berbeda. Karena di permukaan bumi ini lisan bisa kita permainkan sesuai dengan apa yang kita ingin ucapkan dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Di dunia ini, lisan itu bisa kita sampaikan sesuatu yang tidak ada di dalam hati kita. Lisan ini bisa kita buat berdusta tidak sesuai dengan apa yang ada di dalam dada. Atau sebagian manusia merasa bahwa dia telah berjalan di atas iman, padahal sebenarnya dia belum berjalan di atas keimanan.

Keadaan Hati yang Beriman

Maka keimanan yang sebenarnya adalah keimanan yang sampai ke dalam hati yang ketika keimanan itu menyelimuti hati, terlihat di dalamnya ketika ia selalu merasa Allah Subhanahu wa Ta’ala mengawasinya. Dia selalu merasa Allah Subhanahu wa Ta’ala melihatnya sehingga takut mempertontonkan maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Ketika hati itu beriman dengan hari akhir, dia selalu membuat perhitungan untuk hari akhir. Dia selalu menghisab dirinya untuk keselamatannya di hari akhir. Dan dia menerima apapun di dunia ini yang tidak menghancurkan hari akhirnya. Serta dia akan menolak apapun yang akan menghancurkan hari akhirnya. Ini orang-orang yang benar-benar beriman di dalam hatinya kepada hari akhir.

Orang yang benar-benar beriman dengan surga, terlihat pada dirinya yang bersemangat mengejar surga dengan semangat berjalan di atas jalan jalan yang akan mengantarkannya kepada surga. Dan orang-orang yang benar-benar beriman kepada neraka, terlihat di dalam dirinya dia selalu membuat pagar pembatas antara dirinya dan neraka. Dia selalu membuat benteng-benteng yang akan menyelamatkan dirinya dari neraka. Kemudian dia akan selalu menjauh dari orang-orang yang akan mengajaknya ke neraka dan dari amalan-amalan yang akan menjerumuskannya ke neraka.

Inilah orang-orang yang benar-benar beriman. Apa yang ia katakan terlihat dari amalannya. Ya, kita tidak tahu isi hatinya. Akan tetapi apa yang dia lakukan dengan anggota tubuhnya maka itu adalah indikasi apa yang ada di dalam hati. Karena sesungguhnya perintah dan larangan kepada anggota tubuh merupakan perintah dan larangan yang berasal dari hati. Maka masukkanlah iman itu ke dalam hati.

أقول قولي هذا واستغفر الله لي ولكم

Khutbah Kedua

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله، نبينا محمد و آله وصحبه ومن والاه، أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أنَّ محمّداً عبده ورسولهُ

Ma’asyiral muslimin sidang Jum’at rahimani wa rahimakumullah,

Makna iman adalah percaya. Maka iman yang telah masuk kedalam hati adalah hati yang benar-benar percaya kepada apa yang dikatakan oleh Allah Tabaraka wa Ta’ala dari hal-hal yang harus diimani dan diyakini. Lihatlah manusia di zaman kita sekarang. Mereka-mereka yang percaya dengan adanya Covid-19, mereka-mereka yang percaya dengan adanya wabah yang sedang menyebar dan bisa mendatangkan sebuah penyakit yang akan menebar kematian.

Manusia percaya. Dan kepercayaan yang ada di dalam hati itu terlihat dalam anggota badan mereka. Lihatlah mereka memakai masker kemana-mana. Lihatlah mereka menjaga jarak di mana-mana, yang takut untuk bersalaman di mana-mana. Lalu lihatlah mereka yang takut datang ke rumah sakit karena khawatir menyebar virus di sana. Lihat juga mereka yang memakai pelindung wajah dan badan, dan mereka-mereka yang mengantarkan jenazah ke pemakaman.

Bagaimana keadaan mereka? Dan untuk apa amalan itu mereka lakukan? Mengapa pekerjaan itu mereka lakukan? Karena mereka benar-benar yakin, percaya, dan beriman bahwa virus itu benar-benar ada. Yang ingin kita lihat adalah keyakinan di dalam hati melahirkan amalan. Keyakinan dan iman di dalam hati melahirkan perbuatan. Bagaimana mungkin ia mengatakan takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sementara amalnya tidak menunjukkan dia takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala? Bagaimana mungkin dia mengatakan beriman kepada neraka Allah Subhanahu wa Ta’ala sementara dia berjalan di atas amalan yang akan mengantarkannya ke neraka?

Derajat Iman

Oleh karena itu Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan iman berada pada derajat yang sangat tinggi di dalam agama-Nya. Karena dia bukan sembarang iman. Ia adalah iman yang melahirkan anggota tubuh untuk beramal, berbuat, dan melaksanakan sesuatu yang sesuai dengan keimanan itu.

Maka ketika manusia beriman dengan adanya virus, lihatlah dunia berubah. PSBB dilakukan, jaga jarak dilaksanakan, dan toko-toko ditutup. Semua itu karena amalan yang lahir dari keyakinan yang ada di dalam hati. Namun bagaimanakah bila keimanan itu ditanyakan tentang surga dan neraka? Ini sisi yang pertama.

Sisi yang kedua, mereka takut akan bahaya virus. Mereka yakin bahwa virus itu berbahaya, mudah berjangkit dan menyebar dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala, bisa berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain dan dari satu tangan ke tangan yang lain. Sehingga mereka membuat benteng-benteng pertahanan dari virus itu.

Wahai orang-orang yang beriman, sungguh di sana banyak hal-hal yang lebih berbahaya dari virus corona. Mana benteng pertahanan yang kita lakukan untuk menjaga diri kita untuk tidak masuk ke dalam hal-hal yang berbahaya itu? Di dalam agama kita penuh dengan hal-hal yang diterapkan di dalamnya lebih berbahaya daripada efek corona.

Lihat mana amalan manusia yang menyatakan dirinya Islam dan beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mana amalan mereka untuk membentengi diri mereka dari marabahaya besar itu. Dan mana langkah-langkah kita untuk membentengi diri kita dari su’ul khatimah. Mana benteng pertahanan kita dari hal-hal yang kita takutkan itu? Karena kalau Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak mengampuninya di akhirat, maka marabahaya besar menanti.

Mana benteng pertahanan kita dari neraka Allah Tabaraka wa Ta’ala. Dan mana langkah, gerakan, dan aktivitas manusia yang menunjukkan bahwa mereka membentengi diri mereka dari hal-hal yang sangat berbahaya tersebut. Kalau virus, hanya para dokterlah yang mengingatkan. Namun kalau neraka, Allah Subhanahu wa Ta’ala yang mengatakan;

فَأَنْذَرْتُكُمْ نَارًا تَلَظَّىٰ

“Maka, kami memperingatkan kamu dengan neraka yang menyala-nyala.” (QS. Al-Lail[92]: 14)

Benteng Pertahanan

Ini lebih berbahaya daripada virus yang sekarang menyebar di permukaan bumi. Kalau keyakinan manusia akan virus membuat mereka membuat benteng pertahanan, lalu mana benteng pertahananmu wahai orang-orang yang menyatakan dirinya beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala? Mana benteng pertahanan Anda dari neraka itu kalau Anda adalah orang yang beriman?

Kalau iman itu benar-benar ada di dalam hati, maka harusnya benteng pertahanan itu terlihat. Amalan untuk membentengi diri dari para bahaya besar itu terlihat. Ketakutannya akan su’ul khatimah, akan tidak terampuninya di akhirat, dan ketakutannya akan tergolong bersama orang-orang pelaku maksiat di akhirat. Ketakutannya terjerumus ke dalam golongan orang-orang yang munafik di akhirat dan menjadi orang-orang yang kekal di neraka Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Ketakutan-ketakutan tersebut harus melahirkan amalan-amalan yang terlihat membentengi diri kita dari marabahaya besar tersebut. Semoga Allah Tabaraka wa Ta’ala menjadikan kita orang yang sebenar-benarnya beriman. Sehingga kita benar-benar membentengi diri kita dari hal yang membahayakan kita. Bukan hanya sekedar membentengi diri dari mudharat di dunia. Akan tetapi mudharat di akhirat jauh lebih berbahaya.

إِنَّ اللَّـهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ
اللهم اغفر لنا ذنوبنا يا رب العالمين, اللهم أعز الإسلام والمسلمين، وأذل الشرك والمشركين يا رب العالمين, اللهم انصر المسلمين في كل مكان يا رب العالمين, اللهم اصلح ولاه امور المسلمين في هذا البلد وفي سائر بلاد المسلمين, اللهم وفق شباب المسلمين لما تحب وترضى
آمين يارب العالمين
وصَلَّى اللهُ على نبيِّنا محمّد، وآخر دعوانا أنِ الحمد لله ربِّ العالمين

Video Khutbah Jumat: Ketika Iman Masuk ke Hati

Sumber Video Khutbah Jumat: Ustadz Maududi Abdullah, Lc

Jangan lupa untuk ikut membagikan link download khutbah Jumat “Ketika Iman Masuk ke Hati” ini, kepada saudara Muslimin kita baik itu melalui Facebook, Twitter, atau yang lainnya. Semoga Allah membalas kebaikan Anda.

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: