Khutbah Jumat tentang “Hari Kebangkitan” ini adalah tulisan yang kami transkrip dari video khutbah yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah Hafizhahullahu Ta’ala.
Navigasi Catatan:
Khutbah Jumat Tentang Hari Kebangkitan
Khutbah Jumat Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ لمُلْكُ، وَلَهُ الحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ صَلَوَاتُ رَبِّ وَسَلاَمُهُ وَبَرَكَاتُهُ، عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ، وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللّهِ، اُوْصِيْكُمْ وَإِيَّٰىَ بِتَقْوَي اللّٰهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ ﴿آل عمران : ۱۰۲﴾
Wahai orang-orang yang beriman,
Wahai insan-insan yang yakin bahwa tiada yang berhak disembah kecuali Allah Jalla Jalaluhu, yang yakin adanya hari kebangkitan, bertakwalah kalian kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan sebenar-benarnya takwa. Laksanakan perintah-Nya, jauhi larangan-Nya, syukuri nikmat-Nya, dan ingatlah selalu kepada-Nya.
وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
“Jangan kalian mati kecuali dalam kondisi Islam.” (QS. Ali ‘Imran[3]: 102)
Neraka Adalah Ancaman
Ahibbati Fillah,
Ada sebuah ancaman yang seharusnya kita semua mempersiapkan diri untuk menghadapi ancaman tersebut. Tapi banyak di antara kita tidak menjadikannya sebagai ancaman. Abu Dawud rahimahullahu ta’ala meriwayatkan dalam sebuah hadits, bahwa pada suatu hari Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu ta’ala ‘anha menangis. Lalu suaminya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bertanya kepadanya,
مَا يُبْكِيكِ
“Apa yang membuatmu menangis?”
فَقَالَتْ ذَكَرْتُ النَّارَ فَبَكَيْتُ
“Aku ingat dengan neraka lalu aku menangis.“ (Sunan Abi Dawud 4755)
Pernahkah kita menangis tatkala mengingat neraka? Atau kita memang tidak pernah mengingat neraka dan tidak menjadikannya sebagai ancaman untuk kita?
Ahibbati Fillah,
يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ ﴿۸۸﴾ اِلَّا مَنْ اَتَى اللّٰهَ بِقَلْبٍ سَلِيْمٍ ۗ ﴿الشعراء : ۸۹﴾
“(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih,” (QS. Asy-Syu’ara[26]: 88-89)
Adzab Paling Ringan
Adzab yang paling ringan di neraka, kata Nabi ‘alaihishshalatu wassalam;
إنَّ أهْوَنَ أهل النارِ عذاباً مَنْ لَهُ نَعْلانِ وشِرَاكانِ من نارٍ
“Penduduk neraka yang paling ringan siksaannya di neraka adalah seseorang yang memakai dua sandal neraka yang memiliki dua tali.” (HR. Muslim no. 213)
Kita kemarin mendengar berita salah satu lapas yang terbakar dan puluhan orang di dalamnya mati. Bagaimana orang-orang yang disekitarnya mendengarkan teriakan orang-orang yang dibakar atau yang terbakar di dalam lapas tersebut? Seperti apa, sih, kalau ada orang yang dibakar di dunia? Iya, mungkin tidak sampai setengah jam dia sudah mati. Tapi ini orang di neraka, di dua telapak kakinya diletakkan bara api,
يَغلي منهما دماغُه كما يغلي المِرْجَل
“Kemudian otaknya mendidih karena panasnya sebagaimana mendidihnya air di kuali.” (HR. Muslim no. 213)
Itu orang yang paling ringan adzabnya dan ini yang menyebabkan Aisyah radhiyallahu ‘anha menangis.
Tiga Keadaan Manusia
Lalu Aisyah bertanya kepada suaminya,
فَهَلْ تَذْكُرُونَ أَهْلِيكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Apakah engkau akan mengingat keluargamu pada hari kiamat.?” (HR. Abu Dawud 4755)
Karena Aisyah tahu bahwa pada hari kiamat itu semuanya masing-masing. Lalu kata Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam,
أَمَّا فِي ثَلاَثَةِ مَوَاطِنَ فَلاَ يَذْكُرُ أَحَدٌ أَحَدًا : عِنْدَ الْمِيزَانِ حَتَّى يَعْلَمَ أَيَخِفُّ مِيزَانُهُ أَوْ يَثْقُلُ، وَعِنْدَ الْكِتَابِ حِينَ يُقَالُ { هَاؤُمُ اقْرَءُوا كِتَابِيَهْ } حَتَّى يَعْلَمَ أَيْنَ يَقَعُ كِتَابُهُ أَفِي يَمِينِهِ أَمْ فِي شِمَالِهِ أَمْ مِنْ وَرَاءِ ظَهْرِهِ، وَعِنْدَ الصِّرَاطِ إِذَا وُضِعَ بَيْنَ ظَهْرَىْ جَهَنَّمَ
“Ada tiga keadaan seseorang tidak akan mengingat siapa pun (pada hari kiamat):
(1) Ketika di sisi mizan (timbangan), sampai seseorang mengetahui timbangannya ringan ataukah berat;
(2) Ketika berada pada sisi kitab (catatan amal) ketika dikatakan ‘Ambillah, bacalah kitabku (ini)’ sampai ia mengetahui apakah catatannya diambil dari sisi kanan, ataukah sisi kiri, atau dari belakang punggungnya;
(3) Ketika berada di shirath (jembatan) yang dibentangkan di atas Jahannam.” (HR. Abu Daud, no. 4755; Tirmidzi, no. 2235. Hadits ini disahihkan oleh Syaikh Al-Albani). [1]
Ketika rapor-rapor (catatan amal) itu dibagikan, semua orang menunggu. Mereka melihat rapor itu berterbangan. Mereka menanti apakah rapor itu akan mereka terima dengan tangan kanannya, tangan kirinya, atau dari balik punggungnya. Ketika itu mereka tidak memikirkan siapa-siapa.
Kita Pasti Melewati Neraka
Jama’ah, kita tidak akan masuk ke dalam surga, kecuali kita melewati neraka Jahannam. Siapapun itu, sudah Allah Subhanahu wa Ta’ala tetapkan.
وَإِنْ مِنْكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا ۚ كَانَ عَلَىٰ رَبِّكَ حَتْمًا مَقْضِيًّا
“Dan tidak ada seorangpun dari padamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan.” (QS. Maryam[19]: 71)
Ada seseorang yang menangis tatkala mendengar ayat ini. Dia mengatakan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala menyampaikan/ menginformasikan kalau kita semua pasti akan melewati neraka, tapi kita tidak diberi informasi kalau kita akan selamat dari neraka. Ketika di shirath itu semua memikirkan diri mereka masing-masing.
Kita Lebih Takut Virus
Ahibbati Fillah,
Berkaitan dengan neraka ini, yang terkadang kita lebih takut kepada Covid-19 dari pada neraka. Semua pakai masker dan menjaga jarak. Tapi banyak yang tidak shalat, banyak yang tidak takut kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Dia datang ke masjid hanya pada hari Jum’at.
Setiap hari berangkat ke tempat kerjanya. Sejak pagi hingga sore dia meninggalkan rumahnya. Tapi ketika adzan berkumandang, kadang kala tidak tergerak hatinya untuk datang ke rumah Allah ‘Azza wa Jalla. Apakah engkau tidak menganggap neraka ini adalah sebuah ancaman?
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam cerita Nu’man bin Basyir, dari atas mimbar, Nu’man menceritakan, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berpidato di mimbar kota Madinah, di mimbar Masjid Nabawi, beliau mengatakan dengan suara yang lantang;
فَأَنْذَرْتُكُمْ نَارًا تَلَظَّىٰ
“Maka, kami memperingatkan kamu dengan neraka yang menyala-nyala.” (QS. Al-Lail[92]: 14)
أنذرتكم النار، أنذرتكم النار
“Aku peringatkan kepada kalian, selamatkan diri kalian dari api neraka. Selamatkan diri kalian dari api neraka.”
Ingat Neraka Selalu
Abul Jauza’, seorang alim ulama, beliau mengatakan, “Andai aku punya kekuasaan, aku akan meletakkan di menara kota Bashrah, seseorang yang pekerjaannya hanya teriak di menara itu. Memperingatkan kepada orang yang berlalu lalang dengan ucapan ‘An naar, an naar, ada neraka di sana!’.”
Karena kita lupa dengan neraka itu. Kita sibuk mengumpulkan harta yang seakan-akan dapat menambah umur kita. Apakah orang-orang kaya itu bertambah umurnya? Apakah dengan hartanya itu mereka dapat kekal dan abadi hidup di dunia? Sebutkan orang-orang terkaya di dunia ini! Satu persatu dari mereka mati dan ada neraka yang menanti di sana.
Adapun kata Malik bin Dinar, beliau mengatakan, “Kalau aku punya kekuasaan, aku akan meletakkan di semua menara kota-kota di dunia ini seseorang yang teriak mengatakan, ‘An naar, an naar’.”
Tugas Penting Orang Tua
Wallahi jama’ah, kadang kala kita sibuk dengan dunia kita, lupa bahwa neraka menanti kita. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kepadanya untuk berdakwah dengan terang-terangan,
وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ
“Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat,” (QS. Asy-Syu’ara[26]: 214)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam naik ke Shafa lalu memanggil orang-orang Quraisy untuk berkumpul di sana. di panggil satu persatu:
يَا بَنِي كَعْبِ بْنِ لُؤَيٍّ أَنْقِذُوا أَنْفُسَكُمْ مِنْ النَّارِ يَا بَنِي مُرَّةَ بنِ كَعْبٍ أَنْقِذُوا أَنْفُسَكُمْ مِنْ النَّارِ يَا بَنِي عَبْدِ شَمْسٍ أَنْقِذُوا أَنْفُسَكُمْ مِنْ النَّارِ يَا بَنِي عَبْدِ مَنَافٍ أَنْقِذُوا أَنْفُسَكُمْ مِنْ النَّارِ يَا بَنِي هَاشِمٍ أَنْقِذُوا أَنْفُسَكُمْ مِنْ النَّارِ يَا بَنِي عَبْدِ الْمُطَّلِبِ أَنْقِذُوا أَنْفُسَكُمْ مِنْ النَّارِ يَا فَاطِمَةُ أَنْقِذِي نَفْسَكِ مِنْ النَّارِ فَإِنِّي لَا أَمْلِكُ لَكُمْ مِنْ اللَّهِ شَيْئًا غَيْرَ أَنَّ لَكُمْ رَحِمًا سَأَبُلُّهَا بِبَلَالِهَا
”Wahai Bani Ka’ab bin Lu-ay, Bani Murrah bin Ka’ab, Bani Abdus Syams, Bani Abdi Manaf, Bani Hasyim, Bani Abdul Muthalib, selamatkanlah diri kalian dari neraka! Wahai Fathimah, selamatkanlah dirimu dari neraka! Karena sesungguhnya, aku tidak memiliki kekuasaan apapun dari Allah untuk (memberikan manfaat dan menolak madharat) dari kalian. Hanya saja kalian memiliki ikat rahim. Aku akan tetap membasahinya (artinya, aku tetap menjaganya).” (HR. Muslim)
Para orang tua mempunyai tugas. Tidak hanya mengumpulkan harta, bekerja, dan bekerja. Dia berfikir bahwa kewajiban dia adalah menyenangkan hati anak-anaknya di dunia. Berapa lama kita dapat menyenangkan hati anak-anak kita, 100-200 tahun? Tidak! Hanya sebentar.
Kebahagiaan Hakiki
Ada kebahagiaan yang perlu kita berikan kepada anak-anak kita dengan menyelamatkan mereka dari api neraka. Allah Jalla Jalaluhu mengatakan,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ قُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS. At-Tahrim[66]: 6)
Ini tugas orang tua yang terbesar, bukan hanya mencari makan, mengumpulkan uang, dan harta. Bagaimana ia menyelamatkan dirinya, keluarganya, dan anak-anaknya dari api neraka. Jangan sampai anak kita menuntut kita pada hari kiamat. Jangan sampai istri-istri kita menggugat kita di hadapan Allah ‘Azza wa Jalla.
Kita merasa sudah baik, maksimal, dan optimal memberikan hak-hak istri kita. Ada satu hak yakni menyelamatkan mereka dari api neraka, apakah sudah kita kerjakan?
‘Amr bin Qais mengatakan, “Kelak boleh jadi ada seorang wanita yang menggugat suaminya di hadapan Allah Azza wa Jalla. Dia mengatakan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, ‘Ya Rabbi, ini suamiku, dia tidak pernah mengajarkanku/ mendidikku untuk beribadah kepada-Mu. Tidak pernah mengenalkanku kepada hak-hak-Mu. Pekerjaannya hanya membawa roti dari pasar. Dia hanya menjadi mesin pencari uang’.”
Kalian (para lelaki) semua adalah pemimpin dan kelak akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang kalian pimpin.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِلْمُؤْمِنِينَ وَٱلْمُؤْمِنَٰتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Jumat Kedua
اَلْحَمْدُ لِلّهِ وَكَفَى وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيُّ الْمُصْطَفَى وَعَلَى آلِهِ وَمَنِ اقْتَفَى، أَمَّا بَعْدُ
1. Mentauhidkan Allah
Ahibbati Fillah,
Untuk menyelamatkan diri kita dari api neraka, yang pertama adalah dengan mentauhidkan Allah Azza wa Jalla dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Ini kunci masuk surga. Bagaimana pun baiknya manusia, kalau dia tidak bersaksi La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah, neraka tempatnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengharamkan surga untuk orang-orang kafir.
Bagaimana baiknya paman Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, Abu Thalib, yang membela Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam dakwahnya. 10 tahun dia memasang badan dan dia pula yang merawat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika kecil. Tapi tatkala pamannya tidak mau mengatakan laa ilaaha illallaah, padahal Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wassalam datang mengatakan kepada pamannya,
أَيْ عمِّ، قل: لا إله إلا الله، كلمةً أحاجُّ لك بها عند الله
“Paman, katakanlah Laa ilaaha illallah; satu kalimat yang aku dapat berhujjah membelamu kelak di hadapan Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Tapi pamannya mati di atas kekufuran dan kesyirikan. Satu-satunya dosa yang tidak diampuni adalah syirik. Kalau begitu, saya sudah Islam, berangkat haji, umrah, puasa Ramadhan, membangun masjid, dan sedekah. Alhamdulillah. Tapi bukan berarti engkau aman dari kesyirikan. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Az-Zumar[39]: 65)
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan bahwa seshalih dan sebaik apapun, kalau engkau melakukan kesyirikan, gugur semua amalanmu. Maka jagalah tauhid kita. Selamatkan dari semua dosa syirik yang ini menuntut kita untuk belajar, mana yang dosa dan mana yang bukan dosa.
2. Kerjakan Kewajiban
Yang kedua, yang wajib-wajib maka kerjakanlah. Laksanakan rukun Islam. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengharamkan atas neraka tempat-tempat sujud kita. Tidak akan bisa neraka menyentuhnya. Tapi bagaimana orang yang tidak pernah shalat, tapi mati minta disholati sama warga? Dia hidup tidak pernah ke masjid, tapi ketika mati minta dibawa ke masjid dan meminta orang-orang kampung menyalatkan dia.
3. Perbanyak Berdoa
Yang ketiga adalah berdoa. Sebagai bentuk keyakinan kita akan ancaman neraka ini adalah berdoa. Kita takut dengan Covid, kita berdoa,
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ البَرَصِ ، وَالجُنُونِ ، والجُذَامِ ، وَسَيِّيءِ الأسْقَامِ
“Ya Allah aku berlindung kepadamu dari penyakit kulit yang putih semuanya dari kusta dan dari semua penyakit-penyakit yang buruk.” (HR. Abu Daud, Ahmad, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)
Apa doamu agar diselamatkan dari api neraka? Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan,
وَمَنْ اسْتَجَارَ مِنَ النَّارِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، قَالَتِ النَّارُ: اللَّهُمَّ أَجِرْهُ مِنَ النَّارِ
“Dan barang siapa yang memohon perlindungan dari neraka tiga kali, maka neraka akan berkata: ’Ya Allah, lindungilah dia dari neraka.” (HR. Ahmad no. 12585)
Di Antara Doa Nabi
Maka teruslah berdoa, memohon:
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ النَّارِ
“Ya Allah! Sesungguhnya aku mohon kepadaMu, agar dimasukkan ke surga dan aku berlindung kepada-Mu dari neraka.” (HR. Abu Dawud)
Sebelum tidur, baca doa. Kebanyakan doa yang kita hafal;
بِاسْمِكَ اللَّهُمَّ أَمُوتُ وَأَحْيَا
“Dengan nama-Mu Ya Allah, aku mati dan aku hidup.”
Doa Sebelum Tidur
Ada banyak doa. Di antara doa yang dibaca Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam setiap malam sebelum beliau tidur, beliau mengatakan,
اللَّهُمَّ قِنِى عَذَابَكَ يَوْمَ تَبْعَثُ عِبَادَكَ
“Ya Allah selamatkan aku dari adzabmu pada hari engkau membangkitkan hamba-hamba-Mu.” (HR. Tirmidzi, hadits ini hasan)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca itu sebanyak tiga kali. Setiap shalat sebelum salam, beliau berdoa mengatakan,
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ ، وَمِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ
“Ya Allah, Sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari siksaan kubur, siksa neraka Jahanam, fitnah kehidupan dan setelah mati, serta dari kejahatan fitnah Almasih Dajjal.” (HR. Bukhari-Muslim)
Ajarkan Doa Kepada Keluarga
Perbanyak doa, memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ajarkan doa ini kepada anak-anak dan istri kita. Dudukkan dia dan sampaikan, “Istriku, anak-anakku, ingat ada neraka yang kita harus melewati bersama. Kita harus bersama-sama menyelamatkan diri dari api neraka. Harus saling mendukung dan saling menasihati sehingga siapapun yang dahulu masuk surga, semoga dia kelak dapat memberikan syafa’at kepada yang lainnya.”
Ahibbati Fillah,
Hari ini hari Jum’at, harinya bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Perbanyak shalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau yang telah mengajarkan segala kebaikan kepada kita. Beliau tidak butuh dengan shalawat kita, tapi kita yang butuh dengan bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan harapan kelak beliau memberikan syafa’at kepada kita.
اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَزِدْ وَبَارِكْ وَاَنْعِمْ عَلَى سَيِّدِنَاوَمَوْلَانَامُحَمَّدٍ، اَللَّهُمَّ اغْفِرْلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبٌ الدَّعَوَاتِ، يَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ ،اَللَّهُمَّ إِنَّ ظَلَمْنَآ أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلْخَٰسِرِينَ، رَبَّنَا ظَلَمْنَآ أَنفُسَنَا وَإِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلْخَٰسِرِينَ، رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلْوَهَّابُ، اللَّهُمَّ قِنَاعَذَابَكَ يَوْمَ تَبْعَثُ عِبَادَكَ، اللَّهُمَّ قِنَاعَذَابَكَ يَوْمَ تَبْعَثُ عِبَادَكَ، اللَّهُمَّ قِنَاعَذَابَكَ يَوْمَ تَبْعَثُ عِبَادَكَ، رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِى ٱلدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى ٱلْءَاخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ، وَسُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Video Khutbah Jumat Tentang Hari Kebangkitan
Sumber video khutbah Jumat: Channel Ustadz Syafiq Riza Basalamah Official
Demikian khutbah Jumat tentang “Hari Kebangkitan“. Mari turut menyebarkan catatan kajian ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum.
Referensi:
[1] https://rumaysho.com/22218-khutbah-jumat-bagaimana-catatan-amal-kita-kelak.html
Komentar