Makna Faqih Adalah Paham

Makna Faqih Adalah Paham

Tulisan tentang “Makna Faqih Adalah Paham” ini adalah apa yang bisa kami ketik dari kajian yang disampaikan oleh Syaikh Prof. Dr. ‘Abdur Razzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-Badr Hafizhahumullahu Ta’ala.

Sebelumnya: Makna Al-Fiqhu Fiddin

Makna Faqih Adalah Paham

Menit ke-24:48 Dan Al-Fiqhu (الفِقْهُ) dalam bahasa Arab artinya الفهم (pemahaman). Oleh karena itu maksudnya tafaqquh fiddin yaitu berusaha memahami agama ini diatas ilmu/bashirah.

‘Umar bin Abdul Aziz Rahimahullah pernah berkata:

مَنْ عَبَدَ اللهَ بِغَيْرِ عِلْمٍ كَانَ مَا يُفْسِدُ أَكْثَرَ مِمَّا يُصْلِحُ

“Barangsiapa yang beribadah kepada Allah tanpa ilmu, maka kerusakan yang ditimbulkan lebih banyak daripada kebaikan yang didapatkan.”

Oleh karena itu beramal harus di atas ilmu. Sebagaimana telah kita jelaskan bahwasanya amal tidak bisa diterima kecuali kalau amal tersebut ikhlas karena Allah Subhanahu wa Ta’ala. Demikian juga telah kita jelaskan bahwa amal itu tidak bisa diterima kecuali sesuai dengan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, sesuai dengan petunjuk, sesuai dengan amalan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dan tidak mungkin seorang mengetahui amalannya sesuai dengan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kecuali dengan ilmu. Maka dia harus menuntut ilmu agar dia tahu amalannya sesuai dengan sunnah atau tidak. Sehingga amalannya bisa diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Menit ke-27:16 Pemahaman tentang agama dengan pemahaman yang benar akan mengantarkan pemilik ilmu tersebut kepada kebaikan-kebaikan yang banyak. Dengan ilmu yang dia miliki akan mengantarkan dia pada kebaikan-kebaikan yang sangat agung, baik cepat atau lambat, baik di dunia maupun di akhirat.

Keutaman orang yang memahami ilmu

Dalam hadits Abu Darda, dalam Al-Musnad, dimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah menjelaskan tentang keutamaan orang yang berilmu. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memudahkan jalannya menuju surga.” (HR. Muslim)

Berjalan menuntut ilmu dimudahkan oleh Allah untuk berjalan menuju surga. Kemudian kata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

ﻭﺇﻥَّ ﺍﻟﻤَﻼﺋِﻜَﺔَ ﻟَﺘَﻀَﻊُ ﺃﺟْﻨِﺤَﺘَﻬَﺎ ﻟِﻄَﺎﻟِﺐِ ﺍﻟﻌِﻠْﻢِ ﺭِﺿَﺎً ﺑِﻤﺎ ﻳَﺼْﻨَﻊُ

Sungguhnya para malaikat meletakkan sayap-sayap mereka kepada penuntut ilmu karena ridha dengan apa yang telah mereka lakukan.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melanjutkan sabdanya:

وَإنَّ العَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّماوَاتِ وَمَنْ فِي الأرْضِ حَتَّى الحيتَانُ في المَاءِ

“Sesungguhnya seorang yang berilmu maka penghuni langit dan penghuni bumi semuanya akan memintakan ampunan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala (bagi orang yang berilmu tersebut) sampai ikan-ikan di air pun berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar mengampuni dosa-dosa penuntut ilmu.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melanjutkan sabdanya:

وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ، كَفَضْلِ الْقَمَرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ

“Dansesungguhnya keutamaan orang yang berilmu dibandingkan dengan orang yang ahli ibadah seperti keutamaan bulan dibandingkan dengan seluruh bintang-bintang.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

Kita tahu bintang jumlahnya banyak, bulan hanya satu, akan tetapi keutamaannya luar biasa. Bulan lebih utama daripada bintang-bintang semuanya.

Kemudian kata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melanjutkan haditsnya:

وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ

“Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para Nabi.”

Apa yang diwarisi? Apakah mereka mewariskan emas dan perak? Ternyata bukan,

وَإِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا، وَلَا دِرْهَمًا وَرَّثُوا الْعِلْمَ

“Karena para Nabi tidaklah mewariskan emas dan perak. Akan tetapi mereka mewariskan ilmu.”

فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ

“Barangsiapa yang telah mengambil ilmu yang merupakan warisan para Nabi, maka dia telah mengambil bagian yang sangat besar.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

Inilah keutamaan-keutamaan yang sangat tinggi dan sangat mulia yang diberikan kepada orang yang berilmu sebagaimana dijelaskan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tatkala menjelaskan akan keutamaan menuntut ilmu.

Pemahaman yang dipuji Allah

Menit ke-31:30 Adapun sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam مَنْ يُرِدْ اللَّه بِهِ خَيْرًا يُفَقِّههُ فِي الدِّين (Barangsiapa yang Allah kehendaki bagi dirinya kebaikan, maka Allah akan membuat dia faqih tentang agama.), para ulama telah menjelaskan bahwa pemahaman yang dipuji oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang diberikan pahala yang sangat banyak dan keutamaan-keutamaan yang sangat agung, yaitu pemahaman yang mendatangkan amal. Artinya pemahaman yang menjadikan orang yang paham tersebut beramal. Bukan sekedar pemahaman -misalnya- hanya sekedar menghafalkan dalil-dalil, menhafalkan ayat, menghafalkan hadits, atau sekedar hanya memiliki pengetahuan yang banyak tapi tidak diamalkan.

Orang yang seperti ini, yang hanya paham tentang masalah agama namun tidak diamalkan maka dia tidak akan mendapatkan ganjaran dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan dia tidak akan mendapatkan keutamaan-keutamaan yang agung yang telah dijanjikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Oleh karena itu barangsiapa yang sekedar menghafal saja namun tidak paham, tidak juga mendapatkan keutamaan tersebut. Demikian juga barangsiapa yang paham tapi tidak diamalkan, dia juga tidak akan mendapatkan keutamaan tersebut.

Siapa yang mendapatkan ganjaran yang besar dan keutamaan-keutamaan yang sangat agung? Yaitu orang yang paham dan mengamalkannya. Jadi maksud dari يُفَقِّههُ فِي الدِّين yaitu Allah menjadikan seorang paham dan mengamalkan apa yang dia pahami tersebut. Adapun seorang hanya membaca dalil Al-Qur’an dan sunnah kemudian tidak dia amalkan, maka ini perkaranya berbahaya. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ

“Al-Qur’an yang kau baca itu kalau tidak jadi pembela bagimu di akhirat kelak, maka akan menjadi bumerang bagi engkau.” (HR. Muslim)

Tidak ada pilihan ketiga. Ilmu yang kita pelajari itu kalau tidak menjadi pembela kita di akhirat kelak, mendatangkan pahala yang besar, keutamaan yang sangat agung, kalau tidak kita amalkan akan menjadi bumerang yang akan menghabisi kita di hari kiamat kelak.

Menit ke-34:23 Telah datang dalam hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, bahwasanya seorang hamba akan ditanya di hari kiamat oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala tentang ilmu yang dia telah miliki. Sebagaimana dalam hadits Abu Barzah Al-Aslami Radhiyallahu ‘Anhu, diriwayatkan Imam Muslim dalam shahihnya, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

لا تَزُولُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ قَدَمَا عَبْدٍ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ أَرْبَعٍ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ جَسَدِهِ فِيمَا أَبْلاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ مَاذَا عَمِلَ فِيهِ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ أَخَذَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ

“Seorang hamba akan ditanya pada hari kiamat dengan empat pertanyaan; tentang umurnya dimana dihabiskan, apa yang dilakukan dengan jasadnya, tentang apa yang dia amalkan dengan ilmunya, tentang hartanya bagaimana dia menghabiskannya.” (HR. Muslim)

Jadi kita harus yakin bahwasanya ilmu yang kita pelajari ini akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala pada hari kiamat kelak.

Menit ke-37:11 Jika seorang hamba telah mengetahui dan meyakini bahwasanya dia akan ditanya pada hari kiamat tentang ilmunya, apa yang dia telah amalkan dari ilmunya, maka bagaimana jalan keluarnya? Apakah jalan keluar agar tidak ditanya adalah kita tidak usah menuntut ilmu? Atau kita menuntut ilmu tapi tidak usah diamalkan?

Seseorang yang meninggalkan menuntut ilmu, tidak mau belajar, supaya tidak ditanya oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka orang ini sesungguhnya telah ridha bagi dirinya jalan-jalan orang-orang yang disesatkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Yaitu orang-orang yang tidak menuntut ilmu, beribadah tanpa ilmu.

Demikian juga orang yang menuntut ilmu namun tidak mau mengamalkannya, maka sesungguhnya dia telah ridha bagi dirinya jalannya orang-orang yang dimurkai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Yaitu orang-orang yang mereka berilmu namun tidak diamalkan. Dan kedua jalan ini adalah jalan yang sangat berbahaya. Orang yang tidak menuntut ilmu sama sekali akan dimurkai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Demikian juga orang yang berilmu dan tidak diamalkan juga dimurkai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dan jalan yang lurus/benar yang diridhai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala yaitu seorang hamba menuntut ilmu dan terus menuntut ilmu sambil mengamalkan ilmu yang telah dia pelajari. Hingga dia akhirnya termasuk orang-orang yang diselamatkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang diberi kenikmatan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dalam surah Al-Fatihah ada doa yang selalu kita baca:

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ ‎﴿٦﴾‏ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ ‎﴿٧﴾‏

“Ya Allah tunjukkanlah aku di jalan yang lurus, yaitu jalannya orang-orang yang telah Engkau berikan kenikmatan kepada mereka, bukan jalannya orang-orang yang Engkau murkai dan jalannya orang-orang yang sesat.” (QS. Al-Fatihah[1]: 6-7)

Siapa orang-orang yang diberikan kenikmatan Allah Subhanahu wa Ta’ala (jalan yang benar)? Yaitu jalannya orang-orang yang berilmu dan beramal. Kita berdoa juga: “Ya Allah jangan jadikan aku termasuk orang-orang yang dimurkai oleh Engkau Ya Allah.” Siapa mereka? Yaitu orang-orang yang mereka berilmu namun tidak diamalkan. Kita juga berdoa: “Ya Allah jadikan aku juga jangan termasuk dalam jalannya orang-orang yang disesatkan.”

Menit ke-40:17 Dan pembahasan masalah ini pembahasan yang sangat penting. Yaitu bahwasanya seorang harus mengumpulkan antara ilmu dan amal. Umat Islam adalah umat yang mengumpulkan antara ilmu dan amal. Bukan umat yang berilmu tanpa amalan, demikian juga bukan umat yang beramal tanpa ilmu. Tetapi umat Islam yaitu umat yang berilmu dan beramal.

Sufyan Rahimahullah pernah ditanya: “Mana yang lebih engkau sukai, ilmu atau amal?” Maka dia mengatakan:

إنما يطلب العلم لأجل العمل

“Bahwasanya ilmu itu dituntut/dipelajari untuk beramal.”

Kita tidak menuntut ilmu lantas meninggalkan amal dan juga kita tidak beramal lantas meninggalkan ilmu. Tapi kita kumpulkan kedua-duanya, kita menuntut ilmu dengan niat untuk diamalkan.

Semangat Salafush Shalih dalam Ilmu dan Amal

Selanjutnya: Semangat Salafush Shalih dalam Ilmu dan Amal

MP3 Kajian Makna Faqih Adalah Paham

Sumber mp3: radiorodja.com

Mari turut menyebarkan tulisan tentang “Makna Faqih Adalah Paham” ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum..

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: