Artikel tentang memuliakan firman Allah dan mengamalkan isi kandungannya ini merupakan sifat ‘Ibadurrahman yang ketujuh. Disarikan dari ceramah agama Sifat-Sifat ‘Ibadurrahman Kitab karya Syaikh Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Badr Hafidzahullahu Ta’ala.
Artikel sebelumnya: Menjauhi Majelis Yang Isinya Kebatilan dan Kemungkaran
Navigasi Catatan:
Pembahasan Artikel Tentang Memuliakan Firman Allah dan Mengamalkan Isi Kandungannya
Allah Ta’ala berfirman:
وَالَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُوا بِآيَاتِ رَبِّهِمْ لَمْ يَخِرُّوا عَلَيْهَا صُمًّا وَعُمْيَانًا ﴿٧٣﴾
“Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Allah, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta.” (QS. Al-Furqon[25]: 73)
Maka firman Allah kedudukannya adalah agung dalam jiwa ‘Ibadurrahman. Maka mereka tidak akan merespon ayat-ayat Allah atau firman Allah dengan menghalangi dan berpaling. Namun mereka akan mengagungkan dan memuliakan. Dengan baik mereka akan mendengarkan firman Allah dan mengambil manfaat darinya.
Yang dimaksud لَمْ يَخِرُّوا عَلَيْهَا صُمًّا وَعُمْيَانًا artinya jika mereka mendengarkan firman Allah, maka mereka tidak seperti orang yang tuli yang tidak mendengar. Sehingga kalau mendengar, maka mendapatkan manfaat dari nasehat. Tidak pula sebagaimana orang yang buta yang tidak melihat. Namun mereka mendengarkan dengan baik, mengambil manfaat dari nasehat, mempraktekkan hukum-hukum yang ada dalam firman Allah dan petunjuk-petunjuknya.
Dari Qatadah bin Da’amah, beliau mengatakan ketika menjelaskan ayat ini, “Mereka bukanlah hal yang tuli untuk mendengarkan kebenaran dan bukanlah orang yang buta dalam melihat kebenaran. Namun mereka adalah sekelompok orang yang paham apa yang Allah maksudkan, mereka mendapatkan manfaat dari kitabullah yang mereka dengar.”
Dan Allah ‘Azza wa Jalla mencela orang yang sombong terhadap ayat-ayat Allah dan petunjuk Allah kemudian mereka sombong dengan dosa sehingga terus-menerus dalam kebatilan.
Maka orang semacam ini Allah ancam dengan siksa neraka. Allah katakan:
وَإِذَا قِيلَ لَهُ اتَّقِ اللَّـهَ أَخَذَتْهُ الْعِزَّةُ بِالْإِثْمِ ۚ فَحَسْبُهُ جَهَنَّمُ ۚ وَلَبِئْسَ الْمِهَادُ ﴿٢٠٦﴾
“Dan apabila dikatakan kepadanya: “Bertakwalah kepada Allah”, maka yang muncul adalah kesombongan dalam dosa. Maka cukuplah (balasannya) neraka Jahannam. Dan sungguh neraka Jahannam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya.” (QS. Al-Baqarah[2]: 206)
Lihatlah, orang yang jika dikatakan kepada mereka “Ittaqillah” Maka yang muncul adalah kesombongan dalam dosa. Mereka tidak mau dinasihati, ngotot, ngeyel. Maka untuk orang yang ngeyel terhadap nasehat, maka Allah katakan, “Cukup untuk dia neraka. Dan itu adalah sejelak-jelek tempat.”
Dan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:
وَإِنَّ أَبْغَضَ الْكَلامِ إِلَى اللَّهِ أَنْ يَقُولَ الرَّجُلُ لِلرَّجُلِ : اتَّقِ اللَّهَ فَيَقُولُ : عَلَيْكَ نَفْسَكَ
“Perkataan yang paling Allah benci adalah ketika ada seorang menasehati kawannya, ‘takutlah kepada Allah’ maka kawan yang dinasehati merespon dengan mengatakan, ‘urusi dirimu, jangan campuri urusanku, ini urusanku dengan Tuhanku.'” (HR. An-Nasa’i)
Dia tidak mau didakwahi, dia menganggap bahwa dakwah dan nasehat itu adalah campur tangan dengan urusan orang lain.
Catatan Artikel Memuliakan Firman Allah dan Mengamalkan Isi Kandungannya
- Disampaikan: Ustadz Aris Munandar Hafidzahullah
- Link video kajian: https://youtu.be/BpwrB5FVPMQ (menit 6:34-10:25)
Komentar
[…] Artikel sebelumnya: Memuliakan Firman Allah dan Mengamalkan Isi Kandungannya […]