Navigasi Catatan:
Kesabaran yang Tercela
Seorang syaikh pernah bercerita, tatkala beliau berdakwah di belantara hutan Afrika. Beliau menempuh perjalanan yang jauh dengan berjalan kaki melewati rawa-rawa, menginjak lumpur-lumpur, dan beliau merasa bahwasanya beliau sudah berjuang untuk bisa berdakwah. Ternyata di tengah hutan belantara tersebut beliau mendapati seorang wanita bule yang sudah lama tinggal di situ sebagai misionaris, mendakwahkan kesyirikan dan kekufuran di tengah hutan belantara. Maka saat itu syaikh sadar bahwasanya apa yang beliau lakukan belum apa-apa dibandingkan pejuang kesyirikan tersebut. Terlebih lagi, seorang wanita.
Ikhwani fillah,
Para pelaku maksiat, para pelaku kesyirikan, mereka juga berjuang menyebarkan kesyirikan dan kemaksiatan yang mereka lakukan. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyebutkan dalam Al-Qur’an tentang kesabarannya orang-orang musyrikin. Tatkala mereka berkata;
إِنْ كَادَ لَيُضِلُّنَا عَنْ آلِهَتِنَا لَوْلَا أَنْ صَبَرْنَا عَلَيْهَا ۚ وَسَوْفَ يَعْلَمُونَ حِينَ يَرَوْنَ الْعَذَابَ مَنْ أَضَلُّ سَبِيلًا
‘Sungguh, hampir saja dia (Muhammad) menyesatkan kita dari sesembahan kita, seandainya kita tidak tetap bertahan (bersabar menyembah)nya.’ Dan kelak mereka akan mengetahui pada saat mereka melihat azab, siapa yang paling sesat jalannya.” QS. Al Furqaan (25) : 42
Sebagian ahli tafsir mengatakan, mereka kaum musyrikin sombong dan bangga dengan kesabaran mereka di atas kesyirikan. Sehingga Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak berhasil mendakwahi mereka. Mereka bangga, “Kalau bukan karena kesabaran kami, kalau bukan karena ketegaran kami (di atas kesyirikan), maka kami akan terbawa oleh dakwahnya Nabi Muhammad.” Demikianlah kebanggaan mereka.
Dalam ayat yang lain juga Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan mereka para pelaku kesyirikan saling berwasiat untuk saling sabar di antara mereka.
وَانْطَلَقَ الْمَلَأُ مِنْهُمْ أَنِ امْشُوا وَاصْبِرُوا عَلَىٰ آلِهَتِكُمْ ۖ إِنَّ هَٰذَا لَشَيْءٌ يُرَادُ
“Lalu pergilah pemimpin-pemimpin mereka (seraya berkata), ‘Pergilah kalian dan tetaplah (menyembah) tuhan-tuhan kalian, sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang dikehendaki.’” QS. Shad (38) : 6
Lihat, bagaimana mereka saling berwasiat untuk bersabar. Karenanya, kita dapati orang-orang yang berdakwah kepada kekufuran dan kesyirikan, mereka juga berjuang, mereka juga mengorbankan jiwa dan raga, mereka juga berinfaq mengeluarkan harta mereka.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman;
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ لِيَصُدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ ۚ فَسَيُنْفِقُونَهَا ثُمَّ تَكُونُ عَلَيْهِمْ حَسْرَةً ثُمَّ يُغْلَبُونَ ۗ وَالَّذِينَ كَفَرُوا إِلَىٰ جَهَنَّمَ يُحْشَرُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu, menginfakkan harta mereka untuk menghalang-halangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan (terus) menginfakkan harta itu, kemudian mereka akan menyesal sendiri, dan akhirnya mereka akan dikalahkan. Ke dalam neraka Jahannamlah orang-orang kafir itu akan dikumpulkan.” QS. Al Anfal (8) : 36
Lihat, padahal mereka berinfaq dan uang tersebut akan mengantarkan mereka kepada neraka Jahannam, namun mereka bersabar.
Contoh kesabaran orang musyrik atau orang kafir, Allah Subhanahu wa Ta’ala sebutkan juga dalam Al-Qur’an; kisah Nabi Nuh ‘alaihissalam tatkala mendakwahi anaknya. Tatkala Nabi Nuh ‘alaihissalam sudah naik di atas perahu, sementara banjir (air bah) telah melebar di atas muka bumi ini. Maka Nabi Nuh ‘alaihissalam melihat anaknya dan dia ingin mendakwahi anaknya yang masih dalam keadaan kafir.
وَهِيَ تَجْرِي بِهِمْ فِي مَوْجٍ كَالْجِبَالِ وَنَادَىٰ نُوحٌ ابْنَهُ وَكَانَ فِي مَعْزِلٍ يَا بُنَيَّ ارْكَبْ مَعَنَا وَلَا تَكُنْ مَعَ الْكَافِرِينَ
“Dan kapal itu berlayar membawa mereka (Nabi Nuh dan pengikutnya) ke dalam gelombang laksana gunung-gunung. Dan Nuh memanggil anaknya, ketika dia (anaknya) berada di tempat yang jauh terpencil, ‘Wahai anakku! Naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah engkau bersama orang-orang kafir.’” QS. Hud (11) : 42
Namun apa jawaban anaknya Nabi Nuh ‘alaihissalam? Dengan begitu tegarnya di atas kekufurannya, dia mengatakan,
قَالَ سَآوِي إِلَىٰ جَبَلٍ يَعْصِمُنِي مِنَ الْمَاءِ ۚ قَالَ لَا عَاصِمَ الْيَوْمَ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِلَّا مَنْ رَحِمَ ۚ وَحَالَ بَيْنَهُمَا الْمَوْجُ فَكَانَ مِنَ الْمُغْرَقِينَ
“Dia (anaknya) menjawab, ‘Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat menghindarkan aku dari air bah!’ (Nuh) berkata, ‘Tidak ada yang melindungi dari siksaan Allah pada hari ini selain Allah Yang Maha Penyayang.’ Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya, maka dia (anaknya) termasuk orang yang ditenggelamkan.” Hud (11) : 43
Ternyata dia bersabar di atas kesyirikannya. Padahal ayahnya ingin menolongnya, namun dia memilih bersabar di atas kesyirikannya. Akhirnya, kata Allah Subhanahu wa Ta’ala, dia pun tenggelam.
Para pemirsa yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala,
Ternyata pelaku kemaksiatan, kesyirikan, dan kekufuran juga bersabar. Padahal kesabaran mereka itu semakin menjerumuskan mereka ke dalam neraka Jahannam, semakin membuat mereka terperosok di dasar neraka Jahannam. Lantas mengapa kita tidak bersabar sementara Antum adalah para pejuang dakwah, sementara Antum berpegang teguh di atas jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala? Mengapa Antum tidak bersabar dalam berjuang? Mengapa Antum tidak bersabar dalam berdakwah? Mengapa Antum tidak bersabar dalam berinfaq di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala? Mengapa Antum tidak bersabar tatkala dicaci maki oleh orang-orang yang menyeru kepada kesesatan? Jika para pelaku maksiat bersabar, mengapa Anda tidak bersabar? Mengapa kita tidak bersabar?
Lihatlah, dahulu kalau ada seorang wanita yang membuka jilbabnya kemudian nampaklah sebagian auratnya, nampaklah sebagian pahanya, maka akan menjadi bahan hinaan di kampungnya. Akan menjadi buah bibir di kampungnya. Maka para ibu akan membicarakan tentang wanita ini, akan menghinakan dia, “Lihat itu orang yang tidak mempunyai malu.”
Ini kita bicara tentang puluhan tahun yang lalu. Ada wanita yang membuka aurat maka akan menjadi cibiran. Namun wanita yang membuka aurat ini dia bersabar meskipun dicaci maki. Dia bersabar tetap bertahan dengan membuka auratnya. Sehingga akhirnya dia diikuti oleh banyak orang. Bersabar dalam maksiat, diikuti oleh banyak orang.
Sekarang kondisinya terbalik. Dalam satu kondisi tertentu, justru seorang wanita yang memakai jilbab sekarang dicibiri, dihinakan, direndahkan. Oleh karenanya, kalau para pelaku maksiat saja mereka bersabar sementara kesabaran itu yang akan mengantarkan mereka kepada neraka Jahannam, bagaimana dengan kalian wahai para pejuang dakwah? Bagaimana dengan kalian wahai para wanita yang berpegang teguh dengan syari’at Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam? Bukankah kesabaran kalian akan mengantarkan kepada surga Allah Subhanahu wa Ta’ala?
Komentar