Tulisan tentang “Rahasia di Balik Ibadah Qurban” ini adalah catatan yang kami tulis dari ceramah singkat Ustadz AbdullahTaslim, M.A. (semoga Allah menjaga beliau).
Navigasi Catatan:
Rahasia di Balik Ibadah Qurban
Ma’asyiral Muslimin, Rahimakumullah
Masih dalam suasana Idul Adha, Idul Qurban. Allah Subhanahu wa Ta’ala mensyariatkan di hari-hari ini kita bertakbir memujinya membesarkan namaNya, atas limpahan nikmatNya mensyariatkan kepada kita ibadah yang agung yang semua bertujuan untuk kebaikan dan menyempurnakan ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰٮكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
“Dan agar kalian membesarkan nama Allah mengagungkannya atas hidayah yang diberikan-Nya kepadamu supaya kalian menjadi orang-orang yang selalu bersyukur.” (QS. Al-Baqarah[2]: 185)
Khususnya dalam masalah ibadah qurban, Allah Subhanahu wa Ta’ala mensyari’atkan ibadah yang agung ini sebagai ibadah yang di beberapa ayat Al-Quran digandengkan dengan shalat (ibadah terbesar dalam Islam), ibadah yang berhubungan dengan anggota badan dalam Islam. Sebagaimana kita ketahui bersama shalat itu adalah ibadah yang pertama kali dihisab pada hari kiamat seperti yang telah disebutkan dalam hadits yang shahih, kalau shalatnya diterima maka ibadah yang lain pun diterima, makanya digandengkannya ibadah qurban dengan shalat dalam beberapa ayat Al-Quran,
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَا نْحَرْ
“Dirikanlah shalat karena Allah dan berkurbanlah, sembelihlah sembilahanmu karena Allah.” (QS. Al-Kausar[108]: 2)
قُلْ اِنَّ صَلَا تِيْ وَنُسُكِيْ وَ مَحْيَايَ وَمَمَا تِيْ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
“Katakanlah sesungguhnya shalatku, sembelihan qurbanku di jalan Allah, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala semata-mata tidak ada sekutu bagiNya.” (QS. Al-An’am[6]: 162)
Dengan digandengkannya dua ibadah besar ini menunjukkan berqurban (menyembelih sembelihan di jalan Allah untuk Allah) adalah ibadah yang mengandung pengorbanan besar, yang mengandung upaya manusia untuk mewujudkan kecintaan yang sejati karena Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bahkan di dalam Al-Quran ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan hakikat/hikmah disyariatkannya ibadah qurban untuk mewujudkan keikhlasan kecintaan sejati karena Allah, ketaatan yang sungguh-sungguh Karena Allah, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
لَنْ يَّنَا لَ اللّٰهَ لُحُـوْمُهَا وَلَا دِمَآ ؤُهَا وَلٰـكِنْ يَّنَا لُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْ
“Tidak akan sampai kepada Allah, darah maupun daging-daging sembelihan yang kamu sembelih, tidak akan sampai kepada Allah karena Allah tidak butuh makanan, tidak butuh pemberian dari manusia, tapi yang akan sampai kepada Allah adalah ketakwaan dari hatimu.” (QS. Al-Hajj[22]: 37)
Di sini juga yang dimaksud dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala di ayat yang lain dalam surat al-hajj,
ذٰلِكَ وَمَنْ يُّعَظِّمْ شَعَآئِرَ اللّٰهِ فَاِ نَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوْبِ
“Yang demikian itu maka barangsiapa yang mengagungkan syiar-syiar Allah, mengagungkan perintah Allah untuk menyembelih sembelihan di jalan Allah maka itu timbulnya dari ketaqwaan yang terdapat dalam hati.” (QS. Al-Hajj [22]: 32)
Oleh karena itu, Allah memerintahkan kita berqurban bukan untuk menghabiskan harta kita, bukan untuk menghamburkan harta kita, bukan untuk menjadikan uang kita habis dengan menyembelih sembelihan kemudian kita bagi-bagikan kepada orang miskin, termasuk kita makan untuk diri kita sendiri. Tapi makna berqurban adalah mengorbankan apa yang paling berharga menurut kita dari urusan dunia dalam rangka mendahulukan kecintaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Makna berqurban adalah berjuang menundukkan hawa nafsu di jalan Allah untuk membuktikan keikhlasan kita, kesungguhan kita untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Inilah hikmah terbesar disyariatkannya qurban, menundukkan hawa nafsu di jalan Allah, mengorbankan segala sesuatu yang diinginkan oleh jiwa kita untuk mendahulukan kecintaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, ini merupakan sifat utama hamba-hamba yang akan mendapatkan surga-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَىٰ ﴿٤٠﴾ فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَىٰ﴿٤١﴾
“Adapun orang-orang yang takut dengan kebesaran Allah dan menundukkan hawa nafsunya dari memperturutkan keinginannya, maka sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala jadikan surga sebagai tempat kembalinya.” (QS. An-Nazi’at[79]: 40-41)
Maka mudah-mudahan dengan suasana berqurban yang masih kita rasakan saat ini, dengan shalat Idul Adha yang kita laksanakan kemarin, dan juga berqurban yang masih kita rasakan kemeriahannya saat ini, membangkitkan semangat kita untuk selalu membuktikan kecintaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala lebih daripada apapun yang ada di dunia ini.
Inilah nikmat terbesar yang kita ambil, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menganugerahkan ketakwaan yang hakiki dalam hati kita, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa memudahkan taufikNya bagi kita untuk kita selalu menundukkan hawa nafsu kita di jalan Allah untuk meraih ketakwaan dan kesempurnaan iman di sisi-Nya.
Video Ceramah Singkat Rahasia di Balik Ibadah Qurban
Sumber video: Yufid.TV
Mari turut menyebarkan catatan kajian “Rahasia di Balik Ibadah Qurban” ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum..
Komentar