Enam Syarat Masuk Surga (Bag.2)

Enam Syarat Masuk Surga (Bag.2)

Tulisan tentang “Enam Syarat Masuk Surga” ini adalah apa yang bisa kami ketik dari kajian yang disampaikan oleh Syaikh Prof. Dr. ‘Abdur Razzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-Badr Hafizhahumullahu Ta’ala.

Sebelumnya: Enam Syarat Masuk Surga (Bag.1)

Enam Syarat Masuk Surga (Bag.2)

Keempat: Menjaga Kemaluan

Menit ke-38:31 Perkara yang ke-4 ini adalah perkara yang sangat penting, yaitu hendaknya kita menjaga kemaluan. Jangan sampai kita terjerumus dalam perbuatan keji dan kemaksiatan yang berkaitan dengan kemaluan.  Oleh karena itu Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an:

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا ۖ إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا

Janganlah kalian mendekati -bukan jangan mengerjakan- zina, sesungguhnya zina itu merupakan pekerjaan yang sangat keji dan jalan yang sangat buruk.” (Al-Isra'[17]: 32)

Allah Subhanahu wa Ta’ala memuji orang-orang yang bisa menjaga kemaluan mereka, kata Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ ‎﴿٥﴾‏ إِلَّا عَلَىٰ أَزْوَاجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ ‎﴿٦﴾‏ فَمَنِ ابْتَغَىٰ وَرَاءَ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْعَادُونَ ‎﴿٧﴾‏

Yaitu orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali kepada isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Adapun orang-orang yang menghendaki di balik itu (ingin memuaskan nafsunya kepada istri-istri mereka), maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al-Mu’minun[23]: 5-7)

Bahaya Zina

Menit ke-41:01 Kemudian di antara perkara yang menunjukkan bahayanya zina, yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan zina digandengkan dengan kesyirikan. Padahal kita tahu bahwa kesyirikan itu merupakan dosa yang sangat besar. Tatkala digandengkan zina dengan kesyirikan, ini menunjukkan zina itu juga merupakan dosa yang besar. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَٰهًا آخَرَ وَلَا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَلَا يَزْنُونَ

Dan orang-orang yang tidak berdoa kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan tidak berbuat zina...” (QS. Al-Furqan[25]: 68)

Di sini Allah Subhanahu wa Ta’ala menggandengkan zina dengan kesyirikan. Syirik merupakan dosa terbesar, digandengkan dengan dosa zina. Ini menunjukkan zina merupakan dosa besar.

Dalam Firman-Nya yang lain, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

الزَّانِي لَا يَنكِحُ إِلَّا زَانِيَةً أَوْ مُشْرِكَةً وَالزَّانِيَةُ لَا يَنكِحُهَا إِلَّا زَانٍ أَوْ مُشْرِكٌ ۚ وَحُرِّمَ ذَٰلِكَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ

“Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas orang-orang yang mukmin.” (QS. An-Nur[24]: 3)

Ini menunjukkan bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala menggandengkan antara zina dengan kesyirikan. Seseorang pernah bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam : “Dosa apa yang paling besar, Ya Rasulullah?”

Kata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

أَنْ تَجْعَلَ لِلَّهِ نِدًّا وَهُوَ خَلَقَكَ

“Engkau menjadikan tandingan bagi Allah padahal Allah yang telah menciptakan engkau (ini kesyirikan).”

Kemudian dia bertanya lagi: “Apa lagi selanjutnya, Ya Rasulullah?” 

وَأَنْ تَقْتُلَ وَلَدَكَ تَخَافُ أَنْ يَطْعَمَ مَعَكَ

“Engkau membunuh anakmu karena engkau takut anakmu makan bersama engkau.”

Lalu dia bertanya lagi: “Apalagi Ya Rasulullah?” Kata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

أَنْ تُزَانِيَ حَلِيلَةَ جَارِكَ

“Engkau berzina dengan istri tetanggamu.” (HR. An Nasa’i)

Di sini digandengkan antara zina dengan kesyirikan.

Buruknya Zina

Menit ke-46:23 Cukup bagi kita untuk menunjukkan jelek/ buruk/ kejinya zina, yaitu bahwasanya setiap kita tidak ridha ibunya berzina, kalau adik perempuannya berzina, bibinya berzina, atau tantenya berzina, tidak ada yang ridha. Ini menunjukkan zina itu keji dan sangat buruk.

Dalam satu hadits, dari Abu Umamah Radhiyallahu Ta’ala ‘Anhu, dia berkata bahwa ada seorang pemuda mendatangi Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Masih muda, masih semangat, syahwatnya masih besar, dia berkata: “Ya Rasulullah, tolong izinkan saya untuk berzina.” Dia datang menemui Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, padahal di hadapan para sahabat yang lain, dia mengatakan demikian.

Maka orang-orang berteriak: “Diam engkau, jangan ngomong seperti itu,” Karena kalimat ini adalah kalimat yang sangat keji. Bagaimana dia minta izin kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang ternyata minta izin untuk berzina.

Kata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: “Biarkan, dekatilah aku.” Ini menunjukkan bagaimana tarbiyah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, bagaimana menghadapi pemuda seperti ini dengan sikap yang sangat lembut.

Maka pemuda tadi mendekat dan duduk di hadapan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bertanya kepada dia (mengajak untuk dia berfikir): “Apakah kau mau kalau ibumu berzina?” Dia menjawab: “Saya tidak mau.” Kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: “Demikian juga masyarakat, mereka tidak mau kalau ibu-ibu mereka berzina.”

Pertanyaan kedua, kata Rasulullah: “Apakah kau ridha kalau putrimu berzina?” Kata dia: “Tidak, Ya Rasulullah.” Kata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: “Demikian juga masyarakat, semua tidak ada yang mau kalau putri-putri mereka berzina.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya lagi: “Apakah kau ridha kalau saudara perempuanmu (adik perempuan, kakak perempuan) berzina?” Maka dia berkata: “Tidak, Ya Rasulullah.” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Demikian juga masyarakat, manusia tidak senang kalau saudara-saudara perempuan mereka berzina.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya lagi: “Apakah kau ridha kalau seandainya bibimu berzina?” Dia berkata: “Tidak.” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata: “Demikianlah manusia juga tidak mau kalau tante dan bibi-bibi mereka berzina.” Lalu kata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: “Kalau mereka benci maka hendaknya kau juga benci. Dan mereka sukai maka sukailah perkara itu bagi dirimu.”

Kemudian pemuda tadi berkata: “Ya Rasulullah, doakanlah kepada Allah untuk mensucikan hatiku.”

Pemuda ini sudah sadar, bahwasanya hatinya penuh dengan syahwat yang berkobar-kobar dan dia ingin berzina. Makanya dia datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk izin berzina. Dia tahu tidak ada jalan keluar kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala membersihkan hatinya. Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pun meletakkan tangannya di atas dada pemuda tadi. Kemudian beliau berdoa:

اللَّهُمَّ اغْفِرْ ذَنْبَهُ وَطَهِّرْ قَلْبَهُ وَحَصِّنْ فَرْجَهُ

“Ya Allah, ampunilah dosa pemuda ini, sucikanlah hati pemuda ini. Ya Allah, jagalah kemaluan pemuda ini.” Setelah itu, pemuda tersebut tidak pernah ada keinginan sama sekali dengan perkara-perkara zina dan sebagainya.

Oleh karena itu, kita berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar Allah Subhanahu wa Ta’ala mengampuni dosa-dosa kita dan mencucikan hati-hati kita dan menjaga kemaluan kita.

Allah Melihat Perbuatan Kita

Menit ke-52:44 Dan beliau menjelaskan bahwasanya cukup untuk membuat kita sangat takut dan berpikir merenungkan akan buruknya zina, ketahuilah bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala melihat perbuatan kita. Oleh karena itu hendaknya kita malu kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Bukankah Allah Subhanahu wa Ta’ala Pencipta kita, yang telah memberikan kita kenikmatan berupa mulut, penglihatan, kemudian juga yang telah memberikan kita kenikmatan yang banyak, di antaranya kemaluan? Bukankah Allah Subhanahu wa Ta’ala melihat kita? Maka hendaknya kita malu, jangan sampai kita gunakan kenikmatan-kenikmatan tersebut untuk bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Disebutkan ada seorang lelaki datang kepada salah seorang ulama, lalu dia mengatakan: “Wahai Syaikh, hati saya ingin berzina.” Maka orang alim ini berkata: “Silahkan engkau berzina di tempat yang Allah tidak melihat engkau.” Kata lelaki ini: “Tidak mungkin, saya mau berzina di mana? Di tempat manapun pasti Allah melihat saya.”

Lalu kata orang alim ini: “Kalau begitu silahkan kau berzina tapi jangan menggunakan nikmat yang Allah berikan kepada engkau.” Dia bilang: “Bagaimana mungkin saya berzina tidak menggunakan kenikmatan yang Allah berikan kepada saya? Bibir, tubuh, dan kemaluan saya ini semua adalah nikmat dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tidak mungkin saya berzina kalau begitu.”

Maka orang alim ini berkata: “Kenapa kau tidak malu kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala? Kau menggunakan nikmat yang Allah berikan kepadamu bukan untuk bersyukur kepada Allah, tapi malah untuk berzina dan bermaksiat kepada Allah.”

Oleh karena itu kita malu, yakin bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala melihat kita. Allah Subhanahu wa Ta’ala melihat perbuatan kita, mencatat amalan kita, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala akan meminta pertanggungjawaban kita. Di manapun kita berada, pasti Allah Subhanahu wa Ta’ala melihat kita.

Disebutkan ada seorang laki-laki yang mendatangi seorang wanita yang dia adalah penggembala kambing. Saat itu tidak ada orang lain, maka dia pun mendatangi wanita tadi dan mengajaknya untuk berzina. Dia merayu wanita tadi dengan mengatakan: “Wahai sang wanita, mari kita berzina. Tidak ada yang melihat kita kecuali hanya bintang-bintang.” Maka wanita ini pun berkata:

وأين مكوكبها ؟

“Di mana Pencipta bintang-bintang tersebut? Bukankah Allah melihat kita?”

Maka laki-laki ini pun kaget tersentak dengan pertanyaan wanita ini.

Oleh karena itu, Syaikh Muhammad Al-Amin Asy-Syinqithi Rahimahullah dalam kitabnya Adhwaul Bayan menyebutkan bahwasanya para ulama sepakat bahwa nasihat terbesar yang paling bisa melarang masyarakat untuk terjatuh dalam kemaksiatan yaitu keyakinan bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala mengetahui/ melihat apa yang kita lakukan.

Kalau seseorang dalam hatinya sudah tumbuh perasaan ini, tertancap dalam dadanya bahwasanya Allah Maha Melihat segala sesuatu, melihat segala tindak-tanduk dia, maka dia akan berhenti dari kemaksiatan. Dan akan timbul rasa takut dalam dirinya, meskipun dia bersendirian dan tidak ada orang yang melihat dia.

Selamat dari zina

Menit ke-58:02 Kita ketahui bersama bahwasanya syahwat dari kemaluan merupakan bala’ paling besar yang menimpa seorang manusia. Kalau seorang manusia telah ditimpa bala‘ syahwat, ketahuilah bahwasanya dia sedang berada di dalam bencana yang sangat besar. Dan kita ketahui bahwasanya bencana ini akan mengantarkannya ke dalam kebinasaan. Oleh karena itu, mari berlindung kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari fitnah yang sangat berbahaya ini.

Dalam satu hadits Syakal bin Humaid Radhiyallahu Ta’ala ‘Anhu, dia berkata: “Aku mendatangi Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, kemudian aku berkata: ‘Ya Rasulullah, ajarkanlah kepadaku suatu doa untuk meminta perlindungan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala’.”

Dalam riwayat yang lain dia mengatakan: “Ajarkanlah kepadaku sebuah doa yang aku bisa mengambil manfaat dari doa tadi.” Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pun mengambil kedua tangannya kemudian berkata:

اللَّهُمَّ عَافِنِي مِنْ شَرِّ سَمْعِي وَبَصَرِي وَلِسَانِي وَقَلْبِي وَمِنْ شَرِّ مَنِيِّي

“Ya Allah, selamatkanlah aku dari jeleknya pendengaranku, dari kejelekan pandanganku, dari buruknya lisanku, dari buruknya hatiku, dan dari buruknya maniku.” (HR. An-Nasa’i)

Menit ke-1:00:06 Dalam hadits ini Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengajarkan dia untuk berlindung kepada Allah dari kejelekan pendengaran, kejelekan penglihatan dan kejelekan lisan. Tiga perkara ini merupakan celah-celah yang menjerumuskan orang dalam perzinahan. Bukankah dengan mendengarkan yang haram, mendengarkan kata-kata yang bisa mengajak hati untuk berzina, atau melihat hal-hal yang bisa mengobarkan syahwat untuk berzina, atau pembicaraan yang diharamkan seperti berbicara dengan wanita yang bukan mahram sehingga menjerumuskan seseorang ke dalam perzinahan yang kata Allah Subhanahu wa Ta’ala:

 فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا

…zina itu merupakan perbuatan yang sangat keji dan jalan yang sangat buruk.” (Al-Isra'[17]: 32)

Menit ke-1:01:20 Oleh karena itu, barang siapa yang ingin selamat dari perzinahan, maka hendaknya dia menutup celah-celah yang bisa menghantarkan dia dalam perzinahan. Menjaga pandangannya, pendengarannya, dan lisannya. Apalagi zaman sekarang ini, zaman yang penuh dengan fitnah. Kita tahu zaman sekarang ini tersebar parabola-parabola, kemudian channel-channel televisi yang semuanya mempertontonkan dan memamerkan aurat-aurat wanita, mengobarkan syahwat-syahwat penontonnya. Juga di internet, komputer, dan yang lainnya.

Oleh karena itu, seseorang yang ingin bisa menyelamatkan dirinya dari perzinaan, maka dia harus menjaga pandangannya. Sebagaimana akan datang dalam perkara yang berikutnya, kata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

وَغُضُّوا أَبْصَارَكُمْ

“Hendaknya kalian menjaga/ menundukkan pandangan kalian.”

Bahwasanya dengan adanya penjagaan masyarakat dari perzinahan, menjaga kemaluan mereka, maka ini memberikan faedah-faedah yang banyak, di antaranya menjaga keturunan, mempertahankan nasab yang baik, menjaga kebersihan masyarakat dan keselamatan dari penyakit-penyakit yang berbahaya.

Selanjutnya: Enam Syarat Masuk Surga (Bag.3)

MP3 Kajian Enam Syarat Masuk Surga (Bag.2)

Mari turut menyebarkan tulisan tentang “Enam Syarat Masuk Surga” ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum..

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: