Kajian Untuk Penghafal Al-Qur’an: Menjadi Keluarga Allah

Kajian Untuk Penghafal Al-Qur’an: Menjadi Keluarga Allah

Kajian Untuk Penghafal Al-Qur’an: Menjadi Keluarga Allah oleh Ustadz Abdullah Zaen, M.A. Disampaikan pada Sabtu, 18 Muharram 1445 H / 5 Agustus 2023 M

Pendahuluan Kajian Menjadi Keluarga Allah

Banyak orang bangga ketika menjadi keluarga pejabat, miliarder, atau ningrat berdarah biru. Namun, perlu dipertanyakan apa yang istimewa dari menjadi bagian dari keluarga semacam itu. Terkadang, orang mengagumi hubungan kerabat dengan tokoh terkenal, bahkan jika hubungan tersebut tidak begitu dekat. Sebagai contoh, ada orang yang merasa bangga menjadi keluarga pejabat, miliarder, atau ningrat, padahal manfaat yang mereka peroleh mungkin hanya dalam bentuk sepele seperti mendapatkan pujian atau kemudahan akses.

Namun, pertanyaannya sebenarnya adalah apakah menjadi keluarga ningrat atau pejabat menjamin masuk surga? Fakta sejarah menunjukkan bahwa status sosial atau keturunan tertentu tidak menentukan seseorang masuk surga. Contohnya, Abu Lahab, paman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dia dicela dalam al-Qur’an, menunjukkan bahwa bahkan hubungan keluarga dengan Rasulullah sendiri tidak menjamin masuk surga.

Menjadi keluarga orang kaya belum tentu masuk surga menjadi keluarga ningrat belum tentu masuk surga menjadi keluarga pejabat belum tentu masuk surga bahkan menjadi keluarga Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam belum tentu masuk surga. Terus Kita seharusnya menjadi keluarganya siapa? Jawabannya adalah menjadi keluarganya Allah.

Hadits Tentang Menjadi Keluarga Allah

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِنَّ لِلَّهِ أَهْلِينَ مِنْ النَّاسِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ هُمْ قَالَ هُمْ أَهْلُ الْقُرْآنِ أَهْلُ اللَّهِ وَخَاصَّتُهُ

“Sesungguhnya Allah memiliki banyak keluarga dari manusia.” Para sahabat bertanya; “Wahai Rasulullah, siapakah mereka itu?” beliau menjawab: “Mereka adalah Ahlul Qur’an, mereka adalah keluarganya Allah dan orang-orang pilihan Allah.” (HR. Ibnu Majah)

Apa maksud keluarga Allah?

Keluarga Allah maksudnya adalah orang-orang yang punya hubungan dekat (spesial) dengan Allah. Namun ketika kita berbicara tentang Allah ‘Azza wa Jalla, kedekatan hubungan itu bukan diukur dari nasab, karena Allah tidak beranak dan tidak diperanakkan. Tapi hubungan dekat itu adalah seberapa kita dekat dengan Kalamullah (Al Qur’an). Maka semakin kita dekat dengan Al-Qur’an, semakin dekat hubungan kita dengan Allah. Semakin kita jauh dari Al-Qur’an, maka akan semakin jauh pula kita dari Allah. Maka bersyukurlah yang dekat dengan Al-Qur’an, karena berarti Antum akan menjadi keluarganya Allah.

Ini adalah keterangan yang disampaikan oleh Imam Al-Munawi dalam kitab beliau Faidhul Qadir.

Menjadi Ahlul Qur’an bukan diukur seberapa banyak hafalan kita, bukan pula diukur seberapa kita pernah menjadi juara MTQ. Akan tetapi menjadi Ahlul Qur’an adalah seberapa kita mengamalkan isi Al-Qur’an.

Jadi kalau hafal 30 juz tapi tidak shalat, dia bukan Ahlul Qur’an. Juara MTQ tingkat internasional tapi setiap hari kalau di rumah liburan main HP terus, dia bukan Ahlul Qur’an. Namun jika ada santri yang hafalannya tidak banyak tapi MasyaAllah ibadahnya baik, aqidahnya lurus, akhlaknya mulia, di rumah kerjaannya bantu orang tua, maka dia Ahlul Qur’an. Sehingga ahlul quran bukan tidak diukur dari berapa banyak hafalan kita, tapi diukur dari seberapa kita mengamalkan isi Al-Qur’an.

Lihat juga: Keutamaan Menghafal Al-Quran Akan Menjadi Keluarga Allah

Atsar tentang menhafal Al-Qur’an

Imam Malik Rahimahullahu Ta’ala berkata: “Sesungguhnya Abdullah Ibnu Umar Radhiyallahu ‘Anhu menghafalkan/mempelajari surah Al-Baqarah selama 8 tahun.”

Ibnu Umar di sini bukan hanya menghafal, tapi juga memahami kandungannya dan mengamalkan isinya. Karena yang wajib adalah mengamalkan Al-Qur’an, bukan hanya menghafalnya.

Seorang Tabi’in bernama Abu Abdurrahman As-Sulami Rahimahullah berkata: “Kami belajar Al-Qur’an dari para sahabat, dan para sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberi tahu kami bahwa mereka kalau sudah mempelajari 10 ayat, mereka tidak akan pindah ke 10 ayat berikutnya sampai mereka paham isi dari 10 ayat yang pertama. Sehingga dalam proses itu kami mempelajari Al-Qur’an dan cara mengamalkannya.”

Maka PR kita semuanya adalah bukan hanya menghafalkan, tapi memahami. Hal ini supaya perilaku kita tidak bertolak belakang dengan Al-Qur’an. Misalnya hafalannya banyak tapi susah untuk bangun shalat subuh, suka membuli temannya, tidak menjaga pandangan mata, ini tidak cocok dengan hafalan Al-Qur’an-nya. Karena dalam Al-Qur’an, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

… لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّن قَوْمٍ عَسَىٰ أَن يَكُونُوا خَيْرًا مِّنْهُمْ…

“Janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka.” (QS. Al-Hujurat[49]: 11)

Berusaha Memahami Al-Qur’an

Sebelum menghafal, usahakan untuk memahami. Fungsinya adalah akan memudahkan untuk menghafal. Dan yang lebih penting adalah akan membuat kita mengeri apa perintah Allah di dalam ayat itu, sehingga bisa kita kerjakan. Kita juga mengetahui apa larangan Allah di dalam ayat itu sehingga bisa kita tinggalkan.

Imam Al-Ajuri berkata: “Ketika seorang mempelajari/membaca Al-Qur’an hendaklah dia hadirkan hati dan akalnya sehingga fokus dengan apa yang dia baca. Target utamanya ketika dia menghafal Al-Qur’an adalah memahami apa yang diperintahkan oleh Allah, mengikuti perintahNya dan meninggalkan apa yang dilarang. Target utamanya bukan kapan saya menyelesaikan surah ini, tapi kapan saya paham perintah Allah dalam surah ini sehingga bisa dikerjakan dan kapan saya tahu larangan Allah dalam surah ini sehingga bisa ditinggalkan.”

Ceramah Singkat: Cara Agar Fokus Menghafal Al-Quran

Kesimpulan Tentang Ahlul Qur’an

Ahlul Qur’an adalah orang-orang yang menghafal, memahami dan mengamalkan Al-Qur’an. Mereka adalah keluarganya Allah. Karena mereka mempunyai hubungan dekat dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Video kajian Untuk Penghafal Al-Qur’an: Menjadi Keluarga Allah

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: