Khutbah Jumat Tentang Hakikat Kemerdekaan

Khutbah Jumat Tentang Hakikat Kemerdekaan

Berikut khutbah jumat tentang “Hakikat Kemerdekaan yang disampaikan Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Hafizhahullahu Ta’ala. di Masjid Al-Barkah, Komplek Rodja, Kp. Tengah, Cileungsi, Bogor.

Khutbah Pertama Tentang Hakikat Kemerdekaan

Kemerdekaan adalah merupakan salah satu nikmat besar yang Allah berikan kepada hamba-hambaNya. Maka kewajiban para hamba ketika Allah berikan kepada mereka nikmat tersebut untuk mensyukurinya dan bukan mengkufurinya. Karena sesungguhnya syukur itulah yang akan menambah kenikmatan sedangkan kufur itu mencabut kenikmatan. Allah Ta’ala berfirman:

لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

Jika kalian bersyukur maka pasti Aku akan tambahkan untuk kalian, tapi jika kalian kufur sesungguhnya adzabKu sangat keras.” (QS. Ibrahim[14]: 7)

Berapa banyak kaum-kaum yang diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kenikmatan demi kenikmatan? Namun ketika mereka kufur kepada Allah, Allah timpakan kepada mereka adzabNya yang pedih. Kaum ‘Ad, kaum Tsamud, kaum Saba’, kaum Firaun.

Ini dia kaum Firaun, diberikan oleh Allah kenikmatan yang banyak. Allah Ta’ala berfirman tentang kaum Firaun:

كَمْ تَرَكُوا مِن جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ ﴿٢٥﴾

Berapa banyak kebun-kebun dan mata air-mata air yang mereka telah tinggalkan?

وَزُرُوعٍ وَمَقَامٍ كَرِيمٍ ﴿٢٦﴾

demikian pula tanaman-tanaman dan tempat-tempat dan pemandangan yang indah.

وَنَعْمَةٍ كَانُوا فِيهَا فَاكِهِينَ ﴿٢٧﴾

demikian pula kenikmatan-kenikmatan yang mereka bersenang-senang padanya.

Akan tetapi karena mereka kufur kepada Allah, mereka tidak mau mengikuti dakwah Nabi Musa ‘Alaihish Shalatu was Salam, mereka malah mempersekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala, apa yang terjadi? Allah tenggelamkan mereka di Laut Merah, Allah turunkan kepada mereka adzab yang pedih. Maka langit tidak lagi menangisi mereka.

فَمَا بَكَتْ عَلَيْهِمُ السَّمَاءُ وَالْأَرْضُ وَمَا كَانُوا مُنظَرِينَ ﴿٢٩﴾

Tidaklah langit, tidak pula bumi menangisi mereka. Karena mereka orang-orang yang tidak bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (QS. Ad-Dukhan[44]: 29)

Jadikan itu semua sebagai ibrah (pelajaran) untuk kita semuanya. Bahwasannya ketika nikmat itu kita hadapi dengan kufur kepada Allah, Allah pasti bisa mencabut kenikmatan tersebut. Tapi ketika nikmat itu kita syukuri dengan taat kepada Allah, dengan kita berusaha untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala, Allah pasti akan tambahkan kenikmatan itu dengan kenikmatan yang lainnya.

Jangan jadikan kemerdekaan sebagai tempat untuk memaksiati Allah Subhanahu wa Ta’ala. Berapa banyak para pemuda yang mengadakan hiburan-hiburan, musik-musik, berjoget-joget dengan penyanyinya seorang wanita. Padahal disebutkan dalam riwayat Ibnu Majah, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

سَيَكُونُ فِي آخِرِ الزَّمَانِ خَسْفٌ ، وَقَذْفٌ ، وَمَسْخٌ ” ، قِيلَ : وَمَتَى ذَلِكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ ؟ قَالَ : ” إِذَا ظَهَرَتِ الْمَعَازِفُ وَالْقَيْنَاتُ ، وَاسْتُحِلَّتِ الْخَمْرُ “

“Di akhir zaman nanti akan ada (peristiwa) di mana orang-orang ditenggelamkan (ke dalam bumi), dilempari batu dan diubah wajahnya menjadi buruk”.

Beliau ditanya, “Kapankah hal itu terjadi wahai Rasulullah?”

Beliau menjawab, “Ketika alat-alat musik dan para penyanyi wanita telah merajalela, serta khamr di anggap halal”. (HR. Ath-Thabrani)

Disaat telah muncul itu semuanya, maka pasti akan muncul yang telah Rasulullah kabarkan kepada kita seperti itu. Itu menunjukkan bahwa mensyukuri nikmat bukan dengan cara berjoget-joget, dengan bernyanyi dan penyanyinya seorang wanita, dengan musik-musik yang ternyata Allah haramkan. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

لَيَكُونَنَّ مِنْ أُمَّتِي أَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّونَ الْحِرَ وَالْحَرِيرَ وَالْخَمْرَ وَالْمَعَازِفَ

“Sungguh benar-benar akan ada beberapa kaum dari umatku, mereka akan menganggap halal zina, sutra, arak dan alat-alat musik.” (HR. Bukhari dalam shahihnya)

Kita bersyukur dengan nikmat kemerdekaan ini, maka kita syukuri dengan cara kita menaati perintah-perintah Allah, kita jaga shalat kita, kita makmurkan masjid-masjid Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dengan cara kita menaati Rasulullah, kita pelajari hadits-hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, kita amalkan dalam kehidupan kita.

Kita berusaha untuk mensyukuri nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan ucapan lisan kita, dengan perbuatan kita dan dengan hati kita. Hati kita mengakui bahwa kemerdekaan itu semuanya dari Allah. Allah yang memberikannya! Lisan kita pun menyatakan syukur kepada Allah, kita puji Allah atas nikmat yang Allah berikan kepada kita. Dan perbuatan badan kita pun kita gunakan untuk menggunakan kemerdekaan ini untuk betul-betul menjalankan perintah Allah dan menjauhi laranganNya.

Ketika kita tidak lakukan itu, ketika kita malah berpaling dari perintah Allah, ketika kita malah lebih senang memaksiati Allah, jangan salahkan apabila Allah kembali mencabut kemerdekaan itu. Pasti Allah akan mampu dan sangat mampu untuk menimpakan kepada hamba-hambaNya adzabNya yang pedih. Itu yang kita khawatirkan, sudaraku.

Oleh karena itulah saudara-saudaraku sekalian, sesungguhnya khatib mengingatkan dirinya dan ikhwah semuanya di sini, demikian pula masyarakat di Indonesia seluruhnya, janganlah menghadapi nikmat yang besar ini dengan cara kufur kepada Allah, dengan cara memaksiati Allah. Kita gembira dengan pemberian nikmat, tapi gembira itu adalah dengan bersyukur kepada Allah, dengan menaati Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Khutbah kedua – Hakikat Kemerdekaan

Hakikat kemerdekaan bukan hanya sebatas merdeka dari penjajahan. Akan tetapi hakikat yang paling hakiki dari pada kemerdekaan yaitu hati kita betul-betul merdeka dari jajahan hawa nafsu.

Ketika seseorang hatinya dikungkung oleh ikatan hawa nafsu, dia lebih menaati hawa nafsunya daripada menaati Rabbnya, sungguh hakekatnya ia masih dijajah oleh setan.

Ketika seorang hamba merdeka dari jajahan setan dan iblis serta balatentaranya, berarti ia telah diberikan oleh Allah kemerdekaan, bahkan kebahagiaan, bahkan diberikan oleh Allah apabila ia wafat di atas itu, surga yang luasnya seluas langit dan bumi.

Maka jadilah kita hamba-hamba yang memerdekakan diri kita dari kungkungan hawa nafsu. Jangan sampai kita mempertuhankan hawa nafsu kita. Akibatnya Allah sesatkan kita diatas keilmuan. Allah berfirman:

أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَـٰهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّـهُ عَلَىٰ عِلْمٍ

Bagaimana pendapatmu tentang orang yang mengambil hawa nafsunya sebagai ilahnya? maka Allah sesatkan diatas keilmuan.” (QS. Al-Jatsiyah[45]: 23)

Subhanallah, disesatkan setelah ia tahu, setelah sampai kepadanya ilmu. Ini adalah kesesatan yang paling nyata. Ada orang yang tersesat karena tidak tahu, tapi yang paling berat adalah orang yang tersesat setelah dia tahu kebenaran. Ini adalah merupakan hakikatnya musibah yang paling besar yang menimpa seorang hamba. Karena hatinya telah dibutakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Download mp3 Khutbah Jumat Tentang Hakikat Kemerdekaan

Demikian khutbah Jumat tentang “Hakikat Kemerdekaan“. Mari turut menyebarkan catatan kajian ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum..

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: