Khutbah Jumat: Kunci Selamat Dunia Akhirat

Khutbah Jumat: Kunci Selamat Dunia Akhirat

Tulisan tentang “Menggapai Pintu-Pintu Rezeki” adalah transkrip dari khutbah jumat yang disampaikan Ustadz Ammi Nur Baits, S.T., BA. Hafizhahullahu Ta’ala.

Khutbah Jumat: Kunci Selamat Dunia Akhirat

Khutbah Jumat Pertama

Hadirin Jama’ah Jum’at yang Allah Subhanahu wa Ta’ala muliakan,

Kita semua sepakat bahwa hidup ini hanya sementara dan pastinya kita nanti akan kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena itulah Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk mengajarkan kepada manusia agar mereka bisa selamat di dunia dan di akhirat.

Salah satu kunci agar seseorang bisa selamat di dunia dan di akhirat adalah dia bisa bersikap dengan sikap terbaik kepada Tuhannya, diri dia sendiri, dan kepada sesama makhluk  yang ada di sekitarnya. Ketiga hal inilah yang menjadi dasar kita berinteraksi.

Kita selalu berinteraksi dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala, dengan diri sendiri dan dengan orang lain yang ada di sekitar kita. Dan agar bisa berbuat baik terhadap ketiga hal ini, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyampaikannya dalam sebuah hadits,

اتق الله حيثما كنت ، وأتبع السيئة الحسنة تمحها، وخالق الناس بخلق حسن

Bertakwalah kepada Allah di manapun engkau berada dan hendaknya setelah melakukan kejelekan engkau melakukan kebaikan yang dapat menghapusnya. Serta bergaulah dengan orang lain dengan akhlak yang baik‘” (HR. Ahmad 21354, Tirmidzi 1987)

Bertakwalah Kepada Allah

Pesan pertama yang beliau sampaikan,

اتق الله حيثما كنت

“Bertakwalah kepada Allah di manapun engkau berada”.

Karena seorang hamba, setiap kali dia berinteraksi dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala, dia dituntut untuk bertakwa kepada-Nya. Dan bentuk takwa adalah sebagaimana yang Thalq bin Habib nyatakan, “Engkau melakukan ketaatan kepada Allah dengan bimbingan dari-Nya dalam rangka untuk mengharapkan pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan engkau menjauhi kemaksiatan didasari dengan panduan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala karena takut dengan hukuman dari-Nya.”

Di manapun kita berada, dituntut untuk selalu menjaga takwa ini. Karena Rabb yang kita sembah ketika kita berada di tanah asal adalah Rabb yang sama yang kita sembah ketika kita sedang safar dan di manapun kita berada.

Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan kunci, “Kalau kamu ingin mendapatkan balasan terbaik dari Allah, jagalah ketakwaan kepada-Nya di manapun kamu berada.”

Hapus Kejelekan Dengan Kebaikan

Pesan kedua,

وأتبع السيئة الحسنة تمحها

“Hendaknya setelah melakukan kejelekan engkau melakukan kebaikan yang dapat menghapusnya.”

Ada dua tafsir yang para ulama sampaikan. Makna yang pertama, iringi perbuatan maksiat dengan kebaikan artinya adalah iringi setiap perbuatan maksiat kita dengan bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebut perbuatan taubat dengan al hasanah.

Sebagaimana yang Allah Subhanahu wa Ta’ala firmankan dalam Al-Qur’an,

إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ۚ ذَٰلِكَ ذِكْرَىٰ لِلذَّاكِرِينَ

“Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik (taubat) itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk.” (QS. Hud[11]: 114)

Dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

التَّائِبُ مِنَ الذَّنْبِ كَمَنْ لاَ ذَنْبَ لَهُ

“Orang yang bertaubat dari perbuatan dosa, hakikatnya adalah dia tidak memiliki dosa tersebut.” (HR. Ibnu Majah)

Dan makna yang kedua,

وأتبع السيئة الحسنة تمحها

“Hendaknya setelah melakukan kejelekan engkau melakukan kebaikan yang dapat menghapusnya.”

Artinya adalah ketika kita merasa sedang tenggelam dalam perbuatan maksiat, ketika kita sedang melakukan perbuatan dosa, maka salah satu di antara cara untuk menghapuskan dosa itu adalah dengan berbuat baik. Lakukanlah amal shalih setelah melakukan perbuatan dosa itu.

Bisa dalam bentuk kita melaksanakan shalat, berdzikir, membaca Al-Qur’an, atau melaksanakan ibadah yang lainnya, termasuk sedekah. Karena dengan ibadah yang kita lakukan, maka kita akan mendapat penghapusan atas dosa yang kita kerjakan.

Sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ، وَالْجُمُعَةُ إِلَى الْجُمُعَةِ، وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ، مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ، إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ

“Antara shalat lima waktu, (sholat) jum’at ke (sholat) jum’at (berikutnya), (puasa) Ramadhan ke (puasa) Ramadhan (berikutnya) melebur dosa-dosa yang terdapat di antaranya, selama pelakunya menjauhi dosa-dosa besar.” (HR. Muslim)

Janji yang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berikan, orang yang mengiringi perbuatan buruk dengan kebaikan, maka dosa perbuatan buruk tersebut akan Allah Subhanahu wa Ta’ala hapuskan.

Dan ini adalah bagian dari cara terbaik untuk bermuamalah kepada diri kita agar tidak terbebani dengan berbagai macam dosa yang kita lakukan.

Berakhlak Baik

Kemudian pesan yang ketiga,

وخالق الناس بخلق حسن

“Bergaullah dengan orang lain dengan akhlak yang baik” (HR. Ahmad 21354, Tirmidzi 1987)

Karena dengan memberikan akhlak yang mulia kepada sesama, maka kita menjadi orang yang berharga di mata masyarakat. Manusia dinilai karena akhlaknya, bukan karena yang lainnya. Status sosial akan menjadi hilang apabila orang itu memiliki akhlak yang tercela.

Demikian sebagai khutbah yang pertama, semoga bermanfaat.

Khutbah Jumat Kedua

Kaum muslimin jama’ah Jum’at yang Allah Subhanahu wa Ta’ala muliakan,

Berdasarkan tiga akhlak baik yang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berikan, maka kita bisa mendapatkan kesimpulan bahwa dalam melakukan akhlak yang mulia, yang kita pikirkan tidak hanya berkaitan dengan interaksi antar sesama manusia. Termasuk juga di dalamnya interaksi antara manusia dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Maka kita dituntut untuk berakhlak mulia kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita juga dituntut untuk berakhlak mulia kepada diri kita sendiri. Dan kita juga dituntut untuk berakhlak mulia dengan sesama manusia yang ada di sekitar kita. Baik keluarga, tetangga, teman, maupun lingkungan di sekitar.

Ada sebagian orang yang memiliki prinsip; akhlak yang mulia itu adalah berbuat baik kepada sesama manusia saja. Tentu prinsip ini adalah prinsip yang salah. Karena jika demikian, bisa jadi dia meninggalkan aturan Allah Subhanahu wa Ta’ala, mengesampingkan akhlak kepada-Nya, dengan alasan dia berakhlak kepada manusia.

Kalau ada orang lain yang mengajak kita untuk berbuat maksiat dan kita menolaknya, maka kita tidak disebut berakhlak jahat padanya. Berbuat baik kepada sesama manusia tidak boleh berlaku mutlak kelak sampai harus melanggar aturan syariat.

Karena itulah, mohon untuk diperhatikan. Ada akhlak kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, akhlak kepada diri sendiri, dan ada akhlak kepada sesama manusia. Yang masing-masing harus memiliki porsi sesuai dengan apa yang syariat tetapkan.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kita kekuatan hidayah untuk selalu menjadi manusia yang bersikap ideal dalam kegiatan apapun yang kita lakukan. Baik ketika berinteraksi dalam ibadah, maupun ketika bermuamalah.

Video Khutbah Jumat: Kunci Selamat Dunia Akhirat

Sumber Video: Anb Channel

Mari turut menyebarkan “Khutbah Jumat: Kunci Selamat Dunia Akhirat” ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum.

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: