Khutbah Jumat: Penyesalan Orang Shalih

Khutbah Jumat: Penyesalan Orang Shalih

Berikut Khutbah Jum’at “Penyesalan Orang Shalih” yang disampaikan Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA. Hafizhahullahu Ta’ala.

Khutbah Pertama : Penyesalan Orang Shalih

Sesungguhnya di antara hal yang diketahui oleh seluruh kaum muslimin bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Maha Adil. Oleh karenanya di akhirat kelak, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mensikapi setiap orang sesuai dengan apa yang dia lakukan. Allah tidak akan menyamakan semua orang, Allah membedakan antara satu dengan yang lainnya. Bahkan demikian juga para penghuni surga, Allah membedakan antara satu dengan yang lainnya berdasarkan amalan mereka ketika di dunia. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

هُمْ دَرَجَاتٌ عِنْدَ اللَّهِ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِمَا يَعْمَلُونَ

Sesungguhnya mereka berderajat-derajat di sisi Allah, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (QS. Ali ‘Imran[3]: a63)

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:

وَلِكُلٍّ دَرَجَاتٌ مِّمَّا عَمِلُوا

Masing-masing memiliki derajat berdasarkan amal perbuatan mereka.” (QS. Al-Ahqaf[46]: 19)

Ayat-ayat dan hadits-hadits banyak menunjukkan bahwasanya penghuni surga bertingkat-tingkat, tidak sama rata. Di antaranya firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

ا يَسْتَوِي مِنكُم مَّنْ أَنفَقَ مِن قَبْلِ الْفَتْحِ وَقَاتَلَ ۚ أُولَٰئِكَ أَعْظَمُ دَرَجَةً مِّنَ الَّذِينَ أَنفَقُوا مِن بَعْدُ وَقَاتَلُوا ۚ وَكُلًّا وَعَدَ اللَّهُ الْحُسْنَىٰ

Tidak sama antara orang yang berinfak dan berjihad sebelum Fathu Makah dengan orang-orang yang berinfak dan berjihad setelah Fathu Makah, yang berinfak dan berjihad sebelum Fathu Makah derajat mereka lebih tinggi di sisi Allah, meskipun masing-masing dijanjikan Surga oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala (tetapi ternyata surga keduanya berbeda).” (QS. Al-Hadid[57]: 10)

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman, ketika berbicara tentang kelompok-kelompok manusia pada hari kiamat, kata Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَكُنتُمْ أَزْوَاجًا ثَلَاثَةً ‎﴿٧﴾‏

Kalian menjadi tiga golongan.

فَأَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ مَا أَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ ‎﴿٨﴾‏ وَأَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِ مَا أَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِ ‎﴿٩﴾‏ وَالسَّابِقُونَ السَّابِقُونَ ‎﴿١٠﴾‏ أُولَٰئِكَ الْمُقَرَّبُونَ ‎﴿١١﴾

Allah sebutkan tiga golongan; dua golongan di surga dan satu golongan di neraka. Adapun golongan neraka adalah golongan kiri, nasib mereka mengerikan. Adapun penghuni surga ada dua: “Golongan kanan” dan ada yang lebih tinggi dari mereka, yaitu mereka orang-orang yang cepat dan bersegera, mereka adalah orang-orang yang didekatkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dalam ayat ini Allah sebutkan penghuni surga ada dua derajat, yaitu derajat golongan kanan dan yang lebih tinggi Al-Muqorrobun.

Kemudian juga seperti dalam surat Fathir, kata Allah Subhanahu wa Ta’ala:

ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا ۖ فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِّنَفْسِهِ وَمِنْهُم مُّقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ

“Kemudian Allah mewariskan Al-Kitab kepada orang-orang yang kami pilih di antara hamba-hamba Kami (yang semuanya penghuni surga). Di antara mereka:

  1. ada yang mendzalimi diri mereka (penghuni surga tetapi dia melakukan dosa-dosa di dunia, menghubungkan antara amal shalih dan maksiat, tetapi mereka dimaafkan dan dimasukkan dalam surga), ini golongan yang paling rendah di surga.
  2. Muqtashid (yang tengah-tengah), yaitu yang melakukan kewajiban-kewajiban namun tidak melakukan yang sunnah-sunnah, namun mereka meninggalkan seluruh yang haram.
  3. Dan yang paling tinggi adalah سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ (yang berlomba-lomba dalam kebajikan) mereka surganya lebih tinggi. Dikatakan oleh sebagian ulama bahwa merekalah orang-orang yang masuk surga tanpa hisab.

Makanya di akhir ayat Allah berfirman:

جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا…

Surga yang mereka masuki seluruhnya (baik yang mendzalimi dirinya, maupun yang muqtashid/tengah-tengah, maupun yang berlomba-lomba dalam kebajikan).” (QS. Fatir[35]: 33)

Kemudian juga dalam ayat yang lain, Allah berfirman dalam surat Ar-Rahman:

وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ

Bagi orang-orang yang takut dengan keuangan Allah akan mendapatkan dua surga.” (QS. Ar-Rahman[55]: 46)

Setelah itu Allah sebutkan nikmat-nikmat yang mereka dapatkan. Dan setelah beberapa ayat Allah sebutkan, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَمِنْ دُونِهِمَا جَنَّتَانِ

Selain dua surga itu ada lagi di bawahnya dua surga yang lain. Lalu Allah sebutkan juga jenis-jenis kenikmatan yang didapatkan.

Kata para ulama -di antaranya Syaikh Sa’di Rahimahullahu Ta’ala- bahwa surga yang dibawa ini surga umum, tetapi yang surga di atas adalah surga spesial bagi orang-orang spesial.

Oleh karenanya penghuni surga bertingkat-tingkat. Ketika penghuni surga bertingkat-tingkat, maka nikmat yang mereka dapatkan juga bertingkat-tingkat, tidak sama antara satu dengan yang lainnya. Karenanya ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan tentang nikmat surga, Allah bandingkan antara Al-Abror dengan Al-Muqorrobun. Dalam surat Al-Muthaffifin, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِنَّ الْأَبْرَارَ لَفِي نَعِيمٍ ‎﴿٢٢﴾‏ عَلَى الْأَرَائِكِ يَنظُرُونَ ‎﴿٢٣﴾‏ تَعْرِفُ فِي وُجُوهِهِمْ نَضْرَةَ النَّعِيمِ ‎﴿٢٤﴾‏ يُسْقَوْنَ مِن رَّحِيقٍ مَّخْتُومٍ ‎﴿٢٥﴾‏ خِتَامُهُ مِسْكٌ ۚ وَفِي ذَٰلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنَافِسُونَ ‎﴿٢٦﴾‏ وَمِزَاجُهُ مِن تَسْنِيمٍ ‎﴿٢٧﴾‏ عَيْنًا يَشْرَبُ بِهَا الْمُقَرَّبُونَ ‎﴿٢٨﴾‏

Kata Allah tentang Al-Abror, orang-orang yang baik, di surga mereka dalam kenikmatan. Mereka berada di atas dipan-dipan yang dihias, memandang berbagai macam nikmat di dalam surga. Kau lihat bagaimana wajah mereka berseri-seri karena yang mereka pandang dalam surga seluruhnya kenikmatan.

Allah sebutkan tentang minuman yang mereka dapatkan:

يُسْقَوْنَ مِن رَّحِيقٍ مَّخْتُومٍ ‎﴿٢٥﴾

Mereka diberi minuman dengan sejenis khamr yang terlezat di surga yang khamr dicampur dengan tasnim.

Apakah tasnim tersebut? Kata Allah:

عَيْنًا يَشْرَبُ بِهَا الْمُقَرَّبُونَ ‎﴿٢٨﴾

Tasnim adalah minumannya Al-Muqarrabun. Kalau Al-Muqarrabun (penghuni surga yang lebih tinggi) minumannya murni seluruhnya tasnim. Adapun Al-Abror hanya mendapatkan campuran Tasnim. Karenanya di surga bertingkat-tingkat.

Makanya para ulama khilaf berapa jumlah tingkatan di surga. Yang jelas antara satu dengan yang lainnya sangat jauh berbeda. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِنَّ فِي الْجَنَّةِ مِائَةَ دَرَجَةٍ أَعَدَّهَا اللَّهُ لِلْمُجَاهِدِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ مَا بَيْنَ الدَّرَجَتَيْنِ كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ

“Sesungguhnya di surga ada 100 tingkatan yang Allah siapkan bagi orang-orang yang berjihad dijalan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Antara tingkatan satu dengan yang lainnya seperti antara langit dan bumi.” (HR. Bukhari)

Pada hadits ini, untuk Mujahidin saja, untuk satu jenis ibadah jihad di jalan Allah, Allah siapkan 100 derajat. Berarti Allah detail dalam membedakan antara satu Mujahid dengan Mujahid yang lain. Allah mengklasifikasikan para Mujahidin bukan dua kelompok, atau tiga kelompok, empat kelompok, tapi 100 kelompok. Tentu mereka berbeda-beda antara niatnya, antara perjuangan, antara pengorbanannya, antara waktu yang dikeluarkan untuk dihabiskan untuk berjihad, sehingga klasifikasi di akhirat sampai seratus tingkatan.

Kata Al-Hafizh Ibnu Hajar Rahimahullah, bahwa ini juga berlaku pada amalan-amalan yang lain. Sebagaimana dalam jihad surganya bertingkat-tingkat, demikian juga dalam shalat, dalam berbakti kepada orang tua, dalam bersedekah juga bertingkat-tingkat di sis iAllah Subhanahu wa Ta’ala. Antara tingkat yang satu dengan yang lainnya seperti antara langit dan bumi.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga bersabda:

إِنَّ أَهْلَ الْجَنَّةِ لَيَتَرَاءَوْنَ أَهْلَ الْغُرَفِ مِنْ فَوْقِهِمْ، كَمَا تَتَرَاءَوْنَ الْكَوْكَبَ الدُّرِّيَّ الْغَابِرَ مِنَ الْأُفُقِ مِنَ الْمَشْرِقِ أَوِ الْمَغْرِبِ، لِتَفَاضُلِ مَا بَيْنَهُمْ

“Sesungguhnya penghuni surga melihat anugerah Ahlul Ghuraf (Ahlul Ghuraf lebih tinggi kedudukannya daripada penghuni surga secara umum). Mereka melihat tempat tinggal penghuni surga Ahlul Ghuruf seperti mereka melihat bintang yang bersinar terang di ufuk Timur atau Barat di ujung, jauh sekali.” (HR. Muslim)

Berarti jarak antara satu tingkatan dengan tingkatan yang lain sangat jauh berbeda di akhirat kelak.

Khutbah Kedua : Penyesalan Orang Shalih

Ma’asyiral Muslimin,

Kita di dunia ini melihat tingkatan manusia dalam perekonomian. Kita bisa klasifikasi menjadi kaya, sangat kaya, setengah kaya, miskin, sangat miskin, terbelakang, bisa kita tingkat-tingkatkan. Maka di akhirat lebih lagi tingkatannya.

Kata Allah Subhanahu wa Ta’ala:

كُلًّا نُّمِدُّ هَٰؤُلَاءِ وَهَٰؤُلَاءِ مِنْ عَطَاءِ رَبِّكَ ۚ وَمَا كَانَ عَطَاءُ رَبِّكَ مَحْظُورًا ‎﴿٢٠﴾‏ انظُرْ كَيْفَ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ ۚ وَلَلْآخِرَةُ أَكْبَرُ دَرَجَاتٍ وَأَكْبَرُ تَفْضِيلًا ‎﴿٢١﴾

Setiap masing-masing Kami berikan rezeki kepada mereka. Yang ini Kami berikan, yang itu Kami berikan, yang mukmin Kami berikan, yang kafir Kami berikan. Lihatlah bagaimana Kami tingkat-tingkatkan perbedaan antara satu dengan yang lainnya.

Kita lihat di dunia orang-orang masalah ekonomi bertingkat-tingkat. Kemudian Allah katakan:

…وَلَلْآخِرَةُ أَكْبَرُ دَرَجَاتٍ وَأَكْبَرُ تَفْضِيلًا

Di akhirat lebih bertingkat-tingkat lagi (tingkatannya lebih banyak) dan antara satu dengan yang lainnya jaraknya lebih besar.” (QS. Al-Isra'[17]: 21)

Oleh karenanya kita di dunia kesempatan bagi kita untuk banyak beramal beramal shalih. Karena yang menjadi barometer di sisi Allah dalam menentukan tingkatan-tingkatan tersebut adalah amal shalih.

وَلِكُلٍّ دَرَجَاتٌ مِّمَّا عَمِلُوا

Masing-masing mendapatkan derajat sesuai amalan mereka.” (QS. Al-Ahqaf[46]: 19)

هُمْ دَرَجَاتٌ عِنْدَ اللَّهِ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِمَا يَعْمَلُونَ

Mereka berderajat-derajat di sisi Allah, dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.” (QS. Ali ‘Imran[3]: a63)

Amal shalih yg membedakan satu dengan yang lainnya.

Oleh karenanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyuruh kita untuk memiliki himmah ‘aliyah (cita-cita yang tinggi). Kata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

إِذَا سَأَلْتُمُ اللَّهَ الْجَنَّةَ فَاسْأَلُوهُ الْفِرْدَوْسَ ، فَإِنَّهُ أَعْلَى الْجَنَّةِ

“Kalau kalian minta kepada Allah, mintalah surga firdaus, sesungguhnya itu surga yang tertinggi.”

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak menyuruh kita untuk minta pinggiran surga atau surga bagian belakang, atau surga rendahan, Rasulullah menyuruh kita untuk meminta surga yang tertinggi. Kalau seorang minta kepada Allah dengan tulus, dengan tekad yang kuat, Allah akan mudahkan dia menuju apa yang dia minta.

إِذَا سَأَلْتُمُ اللَّهَ الْجَنَّةَ فَاسْأَلُوهُ الْفِرْدَوْسَ ، فَإِنَّهُ أَعْلَى الْجَنَّةِ

“Kalau kalian minta kepada Allah, mintalah surga firdaus, sesungguhnya itu surga yang tertinggi.”

SEtiap hari kita berdoa kepada Allah minta dapat hidayah, ditunjuki oleh Allah jalan orang-orang terbaik. Kita berdoa setiap hari:

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ ‎﴿٦﴾‏ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ…

Ya Allah tunjukkanlah kami jalan yang lurus, jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat kepada mereka.” (QS. Al-Fatihah[1]: 6-7)

Siapa orang-orang ini? Yang kita selalu minta agar menempuh jalan mereka? Setiap hari 17 kali minimal kita minta kepada Allah “Ya Allah tunjukkanlah kami untuk bisa menempuh jalan orang-orang tersebut.” Ternyata orang-orang hebat.

فَأُولَٰئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِم مِّنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ

Mereka adalah orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah, yaitu jalannya para Nabi, para Shiddiqin, para Syuhada, para Shalihin.” (QS. An-Nisa'[4]: 69)

Kita minta jalan mereka. Dan ini menunjukkan bahwasanya seseorang semangat di dunia ini untuk beramal shalih. Kalau di dunia kita tidak bisa menyaingi kekayaan orang lain, tapi kita bisa bersaing dalam masalah amal shalih. Amal shalih terbuka untuk siapa saja, bukan hanya orang kaya yang bisa beramal shalih, orang miskin juga Allah berikan jalan untuk beramal shalih. Amal shalih banyak bentuknya, yang penting jangan buang-buang waktu pada perkara yang sia-sia. Amal shalih terbuka.

إنَّ أبوابَ الخيرِ لكثيرةٌ

“Pintu-pintu kebaikan banyak…”

Berzikir, baca Qur’an, bersedekah, pergi shalat berjamaah di shaf pertama, berbakti kepada orang tua, menebarkan senyuman, berhusnudzan kepada orang lain, tidak hasad kepada orang lain, banyak sekali amal shalih, jangan buang-buang waktu pada perkara yang tidak bermanfaat.

Sungguh di antara penyesalan orang-orang yang bertakwa pada hari kiamat kelak, mereka menyesal ketika di dunia kurang beramal shalih. Mereka sudah beramal shalih, mereka sudah masuk surga, tapi di antara penyesalan mereka kenapa dahulu bakti saya kurang kepada orang tua, kenapa dahulu saya kurang bersilaturahmi, kenapa dahulu saya masih sedekah perhitungan? kenapa saya malas bangun shalat malam? Mereka menyesal.

وَجِيءَ يَوْمَئِذٍ بِجَهَنَّمَ ۚ يَوْمَئِذٍ يَتَذَكَّرُ الْإِنسَانُ وَأَنَّىٰ لَهُ الذِّكْرَىٰ ‎﴿٢٣﴾‏يَقُولُ يَا لَيْتَنِي قَدَّمْتُ لِحَيَاتِي ‎﴿٢٤﴾

Ketika dihadirkan neraka jahanam pada hari kiamat kelak, maka pada hari itu semua manusia ingat apa yang pernah mereka lakukan. Maka manusia akan berkata: ‘Seandainya dahulu di dunia saya beramal shalih untuk kehidupanku yang abadi sekarang.’” (QS. Al-Fajr[89]: 23-24)

Al-Imam Ibnu Katsir Rahimahullah menyebutkan penyesalan ini mencakup semua orang. Orang kafir menyesal, pelaku maksiat menyesal, dan orang-orang shalih juga menyesal karena mereka dahulu kurang beramal shalih.

Video Khutbah Jum’at : Penyesalan Orang Shalih

Sumber Video: Firanda Andirja Official

Mari turut menyebarkan Khutbah Jumat tentang Penyesalan Orang Shalih di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum..

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: 0