Tulisan tentang “Materi 40 – Keutamaan dan Urgensi Tawakal kepada Allah” ini adalah catatan yang kami tulis dari Audio kajian khusus peserta WAG UFA OFFICIAL yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A. Hafizhahullah.
Sebelumnya: Materi 39 – Tawakal kepada Allah
Navigasi Catatan:
Transkrip Materi 40 – Keutamaan dan Urgensi Tawakal kepada Allah ﷻ
Pada kesempatan ini kita akan bahas tentang keutamaan atau urgensinya tawakal dalam kehidupan kita sehari-hari.
1. Masuk surga tanpa adzab dan tanpa hisab
Jika seseorang tawakal dengan tawakal yang sempurna, maka hal itu merupakan sebab dia masuk surga tanpa adzab dan tanpa hisab.
Adapun dalilnya, sebagaimana dalam hadits ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengabarkan tentang umatnya pada hari kiamat, kata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
وَمَعَهُمْ سَبْعُونَ أَلْفًا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ عَذَابٍ وَلَا حِسَابٍ
“Di antara umatku ada 70.000 orang yang masuk surga tanpa adzab dan tanpa hisab.” HR. Bukhari no.6541, Muslim no. 220
Dalam riwayat yang lain Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam meminta tambah, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:
فَاسْتَزَدْتُ رَبِّي فَزَادَنِي مَعَ كُلِّ أَلْفٍ سَبْعِينَ أَلْفًا
“Maka aku pun minta tambah kepada Rabbku, maka Rabbku memberikan tambahan kepadaku diantara 70.000 orang tersebut setiap seribu membawa 70.000 orang.” HR. At Tirmidzi mo. 2437
Oleh karenanya berdasarkan hadits ini, total orang-orang yang akan masuk surga tanpa adzab dan tanpa hisab adalah (70.000 x 70) + 70.000 yang awal. Jadi kira-kira 4.970.000 orang. Dan ini jumlah yang lumayan daripada sebelumnya hanya 70.000 orang.
Namun apakah sifat-sifat mereka yang 4.970.000 orang yang masuk surga tanpa adzab dan tanpa hisab tersebut?
Ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyampaikan kepada para sahabat, bahwasanya akan ada dari umatnya 70.000 orang masuk surga tanpa adzab dan tanpa hisab,
ثُمَّ دَخَلَ مَنْزِلَهُ
“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kemudian masuk ke rumahnya.”
فَخَاض النَّاسُ في أُولَئِكَ
“Maka para sahabat diskusi; siapa sih mereka-mereka yang masuk surga tanpa adzab dan tanpa hisab?”
Maka berkata sebagian sahabat:
فَلَعَلَّهُمْ الَّذينَ صَحِبُوا رسولَ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم
“Mungkin mereka adalah orang-orang spesial yang bersahabat dengan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.”
Kemudian:
فَلعَلَّهُمْ الَّذينَ وُلِدُوا في الإسْلامِ، فَلَمْ يُشْرِكُوا باللَّه شَيئاً
“Mungkin mereka ini orang-orang yang lahir sebelum kondisi Islam dan tidak pernah berbuat syirik sama sekali.”
Kemudian mereka sebutkan pendapat-pendapat lain di antara mereka. Jadi mereka berdiskusi karena ingin sekali masuk surga tanpa adzab dan tanpa hisab.
Kemudian setelah itu mereka bertemu dengan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka mereka pun kabarkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: “Kami berdiskusi begini dan begini, kami punya pendapat begini dan begini,” Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjelaskan siapa orang-orang yang masuk surga tanpa adzab dan tanpa hisab tersebut. Kata beliau:
هُمُ الَّذِينَ لاَ يَسْتَرْقُونَ وَلاَ يَكْتَوُونَ وَلاَ يَتَطَيَّرُونَ وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
“Mereka inilah orang-orang yang tidak pernah minta diruqyah, tidak pernah minta untuk sembuhkan dengan besi yang dipanaskan (dengan kay), tidak pernah tathayyur (meyakini pamali) dan mereka bertawakal kepada Rabb mereka.” HR. Bukhari no. 5705 dan Muslim no. 219
Jadi ciri utama mereka ini ternyata adalah bertawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ketika seseorang tidak minta diruqyah padahal ruqyah itu boleh, ini karena tawakalnya yang tinggi kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ketika dia tidak pernah meminta untuk diobati dengan besi yang dipanaskan, padahal itu adalah metode pengobatan tradisional di zaman dahulu. Tetapi dia tidak mau karena pengobatan dengan besi dipanaskan hukumnya makruh. Hal ini karena tawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dan dia tidak pernah meyakini pamali-pamali, karena pamali-pamali mengurangi tawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang tentunya ini butuh pembahasan tersendiri.
Dan kemudian terakhir, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyimpulkan: “Mereka bertawakal kepada Rabb mereka.”
Jadi kalau seseorang tawakalnya sempurna, ini di antara sebab dia masuk surga tanpa adzab dan tanpa hisab.
Ikhwan, siapa di antara kita yang ingin masuk surga tanpa hisab? Kita dihisab yang bikin kita pusing sekarang, kita mungkin jadi galau, jadi risau. Kita khawatir tentang hisab kita. Harta kita mau dihisab dari mana kita dapatkan, kemana kita habiskan? Waktu kita mau dihisab, waktu banyak yang kita buang-buang. Belum pandangan kita mau dihisab, terlalu banyak hal yang haram yang mungkin kita lihat. Pendengaran mau dihisab, terlalu banyak pendengaran yang tidak benar yang kita dengar.
Belum lisan kita, kita tidak tahu apa yang kita ucapkan. Belum hati kita kalau dihisab entah berapa banyak penyakit hati. Belum kalau kita punya masalah dengan orang lain, belum bagaimana hak orang tua kita sudah kita tunaikan atau tidak, kalau dihisab masalah.
Belum lagi hak pasangan kita sudahkah kita sayang kepada istri dan anak-anak kita? Kalau kita wanita, sudahkah kita berbakti kepada suami kita? Ini akan dihisab. Belum bagaimana tanggung jawab kita terhadap anak-anak, hubungan kita dengan kakak dan adik kita.
Terlalu banyak masalah kalau mau dihisab. Kalau kita bisa masuk surga tanpa hisab, maka itu suatu nikmat yang sangat-sangat luar biasa.
Oleh karenanya di antara urgensinya bertawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah bahwa ini merupakan salah satu amalan yang memudahkan seorang untuk bisa masuk surga tanpa hisab.
Perhatian Materi 40 – Keutamaan dan Urgensi Tawakal kepada Allah
Note: Kalau team UFA merevisi audionya, insyaAllah catatan ini juga akan direvisi sesuai dengan audio yang baru.
Komentar