Khutbah Jumat: Perampok-Perampok Amal Kebaikan

Khutbah Jumat: Perampok-Perampok Amal Kebaikan

Khutbah Idul Fitri: Perkara yang Dapat Membatalkan Amal Shalih
Kultum Singkat Tentang Sedekah Orang Kafir Sia-Sia
Materi 46 – Tawakal akan Mendapat Pahala Besar, Tawakal sebagai Benteng dari Godaan Setan, dan Tawakal Sebab Dicintai Allah

Khutbah Jum’at tentang “Perampok-Perampok Amal Kebaikan” yang disampaikan Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah Hafizhahullahu Ta’ala.

Download PDF via telegram: t.me/ngajiid/114

Khutbah Pertama : Perampok-Perampok Amal Kebaikan

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه، وحبيبه وخليله، صلوات ربي وسلامه وبركاته عليه، وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين

اما بعد

فيا عباد الله أوصيكم ونفسي بتقوى الله

Aku wasiatkan kepada diriku sendiri dan kepada semua yang hadir di sini untuk senantiasa bertakwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla, untuk senantiasa melaksanakan perintahNya dan menjauhi laranganNya, untuk senantiasa bersyukur kepada Allah Jalla Jalaluhu dan tidak kufur kepadaNya, untuk senantiasa mengingat Allah dan tidak lupa kepadaNya.

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman…”

Sering kita dipanggil, tapi kadang kala kita tidak mendengar, entah apa karena telinga kita yang rusak atau karena hati kita yang sedang sibuk memikirkan perkara lain? Allah memanggil kita berulangkali:

Wahai orang-orang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa, kalian jangan mati kecuali dalam kondisi Islam.” (QS. Ali ‘Imran[3]: 102)

Kita berpacu dengan waktu, malaikat pencabut nyawa terus mengambil saudara-saudara kita, dan kita sedang dalam antrian itu jama’ah.

Ahibbati fillah..

Ramadhan telah berlalu, Syawal pun seakan-akan sudah pergi. Di bulan Ramadhan kita melihat berapa banyak amal shalih kita, berapa banyak ketaatan kita, sebulan penuh kita taat dan patuh kepada Allah ‘Azza wa Jalla untuk tidak makan, untuk tidak minum, untuk menjaga syahwat kita. Malam hari kita hidupkan dengan ketaatan, shalat malam.

Selesai ied kita lanjutkan dengan puasa enam hari di bulan Syawal, kita terus beribadah. Dan kita sekarang sedang berada di dalam bulan-bulan haji. Yang kita tahu bulan-bulan ini sangat spesial, yang seharusnya kita melihat ratusan ribu jama’ah Indonesia meninggalkan negeri ini untuk berangkat haji. Tapi mungkin itu tidak terjadi, namun tetap kebaikan Allah sangat banyak sekali. Ada Idul Adha, ada hari pengorbanan, dan Ana rasa semuanya sudah berpikir untuk berqurban, atau bahkan sebagian sudah menyiapkan hewan qurbannya.

Mungkin kalau kita berpikir, banyak amal shalih kita, banyak kebaikan kita. Sepanjang kita hidup ada banyak sedekah yang yang sudah kita keluarkan, kita sudah membangun masjid, kita sudah memberikan manfaat kepada fakir miskin, kita berangkat umroh, berangkat haji, ada banyak ketaatan yang kita lakukan. Dan kita semua tahu bahwa syarat diterimanya amalan ada dua:

  1. Yang pertama adalah ikhlas lillahi ta’ala, insyaAllah kita ikhlas, mungkin kita berpikir seperti itu.
  2. Yang kedua sesuai dengan ajaran Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, Alhamdulillah Ana sudah menjalankan sesuai dengan yang diajarkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Tapi jama’ah, pernahkah kita berpikir bahwa ternyata dalam perjalanan menuju Allah ada perampok-perampok kebaikan kita? Ada orang-orang yang membawa kebaikan banyak, kebaikan yang penuh dengan keikhlasan, ketaatan yang penuh dengan tuntunan, tapi ternyata semuanya habis.

Ahibbati fillah..

Betul kita berdoa  رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا ۖ إِنَّكَ أَنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ, tapi hati-hati, amalan yang sudah diterima masih bisa hilang dari tangan kita. Dalam hadits yang diriwayatkan Imam Muslim, dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, Nabi ‘Alaihish Shalatu was Salam sedang duduk bersama para sahabatnya, lalu beliau berkata kepada mereka:

أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ

“Kalian tahu nggak siapa orang yang pailit itu? Siapa orang yang bangkrut itu?”

Mungkin pandemi ini mempertontonkan kepada kita banyak orang-orang yang bangkrut dan gulung tikar. Para sahabat ketika ditanya, maka mereka menjawab sesuai dengan pengetahuan mereka, mereka mengatakan:

الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ

“Orang yang pailit di tengah-tengah kita adalah orang yang tidak punya cash dan tidak punya aset.”

Lalu beliau mengarahkan pemahaman para sahabat ini kepada sesuatu yang lebih baik dan benar, agar kita tidak terus berpikir tentang dunia, agar kita tidak terus sibuk membangun dan membangun yang ternyata semua akan kita tinggalkan. Yakin kita akan meninggalkan semuanya. Maka beliau ‘Alaihish Shalatu was Salam mengatakan:

إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ…

Orang yang pailit dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat, dia dibangkitkan dalam kuburnya dalam kondisi telanjang, tidak ada pakaian yang dia kenakan, tidak ada alas kaki yang dia pakai, dia digiring ke padang mahsyar, tapi dia datang membawa pahala yang banyak.

Dia adalah orang baik, dia membawa pahala shalat yang ikhlas dan sesuai dengan tuntunan. Dia datang dengan pahala sedekahnya (berarti sedekahnya ikhlas, oleh karena itu mendapatkan pahala). Dan dia datang dengan pahala puasa, bukan puasa asal-asalan, dia benar-benar berpuasa selama Ramadhan. Puluhan tahun dia puasa, puluhan tahun dia sedekah, sampai mati dia tidak pernah meninggalkan shalat. Bahkan mungkin dia ada shalat malam dan shalat sunnah lain yang dia kerjakan, dia membawa pahala itu. Dalam bayangan dia, surga di depan dia. Dia punya hitung-hitungan, tapi ternyata dia lupa bahwa ada perampok-perampok kebaikan yang dia bawa itu.

وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا

Dia datang dengan membawa pahala yang besar tapi dia punya kesalahan dengan orang lain.

Jangan berfikir hanya baik antara engkau sama Allah ‘Azza wa Jalla saja. Ternyata dia pernah membully Fulan, dia pernah mencaci-maki Fulan, dia pernah menghina Fulan,

وَقَذَفَ هَذَا

Dia juga punya dosa menuduh saudaranya berzina, menuduh dengan tuduhan yang tidak benar.

وَأَكَلَ مَالَ هَذَا

Dia pernah mengambil hartanya si Fulan. Dia berfikir itu adalah hartanya dan dia menggunakannya untuk kebaikan.

وَضَرَبَ هَذَا

Dia juga pernah memukul Fulan. Bahkan ada yang sampai membunuh saudaranya atau memerintahkan saudaranya untuk dibunuh.

Maka pengadilan hari kiamat akan ditegakkan, orang-orang yang pernah didzalimi (ingat kalau kita mempunyai kedzaliman dahulu tatkala kita SMA, setelah kita baligh, ketika kita kuliah, atau tatkala kita muda), jangan berfikir dengan banyaknya shalat, puasa dan sedekahmu maka kesalahan itu tertutupi, mereka akan datang. Kalau orang-orang yang kita dzalimi banyak, mereka akan berbondong-bondong menuntut kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Dia datang mengatakan: “Ya Rabb, Fulan ini yang katanya shalih, yang banyak puasanya, yang banyak shalatnya, yang banyak sedekahnya, dia pernah menghina aku.”

Hari itu tidak ada uang, maka kebaikan dia diberikan sebagian sesuai dengan kedzaliman yang dia lakukan. Terus dibagikan. Bagaimana kalau yang didzalimi adalah 1.000 orang karena dia seorang pemimpin? Bagaimana kalau yang didzalimi adalah 1 juta orang karena dia menjadi penguasa pada waktu itu, bos di perusahaan, kepala di satu tempat. Hati-hati, anak buahmu datang menuntutmu pada hari kiamat karena kedzaliman yang dilakukan. Atau engkau sebagai kepala security atau apapun. Sehingga kebaikan orang ini habis.

Dia shalat capek, dia sedekah banyak, habis sampai nol. Dan ternyata masih ada yang menuntut, mengatakan: “Ya Rabbi, dia juga pernah mendzalimi aku.” Dilihat pahalanya sudah habis, jama’ah. Kita punya pahala shalat Jumat insyaAllah, jangan sampai diambil sama orang lain. Kita punya pahala Ramadhan kemarin puasa, jangan sampai habis pahala itu. Tatkala pahala itu habis, dosa orang yang kita dzalimi itu diambil dan ditimpakan kepada orang yang mendzalimi ini.

Ahibbati fillah..

Kemudian kemana orang shalih ini, kemana perginya orang yang taat kepada Allah ini, orang yang menjaga hubungannya dengan Allah, yang taat dengan aturan agama tapi dia lupa bagaimana menjaga hubungan dengan manusia?

ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ

“Kemudian dia dilemparkan ke neraka.”

نعوذب الله من النار…

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, bahwasanya Allah ‘Azza wa Jalla kelak pada hari kiamat, Dia akan benar-benar menegakkan keadilan. Maka diperintahkan kepada seorang yang menyeru mengatakan:

يُنادِيهِمْ بِصَوْتٍ يَسْمَعُهُ مَن بَعُدَ كَما يَسْمَعُهُ مَن قَرُبَ

Allah menyeru kepada seluruh manusia yang ada di padang mahsyar dan suara Allah akan didengar sama yang jauh dan dekat, sama.

Apa kata Allah ‘Azza wa Jalla:

أَنَا الْمَلِكُ، أَنَا الدَّيَّانُ،

“Akulah raja, Akulah pemberi balasan.”

لا يَنْبَغِي لأَحَدٍ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ

“Tidak boleh penghuni surga masuk surga sedangkan satu penghuni neraka masih punya hak atas dirinya.”

Tidak bakal Antum masuk surga kalau ada penghuni neraka yang punya hak atas diri Antum. Mungkin dia memang orang yang salah, dia pantas masuk neraka, tapi engkau tidak akan masuk surga sampai diambil hak darimu untuk dia.

Begitu pula penghuni neraka tidak akan masuk neraka sampai diambilkan hak kalau ada penghuni surga yang akan masuk surga masih punya hak atas penghuni neraka.

Maka Ahibbati fillah.. Allah mengatakan:

وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا

Kami akan letakkan timbangan keadilan, tidak ada satupun yang didzalimi.” (QS. Al-Anbiya[21]: 47)

اقول قولي هذا واستغفر الله لي ولكم، ولسائر للمؤمنين والمؤمنات، فاستغفروه، انه هو الغفور الرحيم

Khutbah kedua Tentang Perampok-Perampok Amal Kebaikan

الحمد لله وكفى والصلاة والسلام على النبى المصطفى سيدنا ومولانا وشفيعنا محمد وعلى آله وأصحابه أجمعين

اما بعد

Ahibbati fillah..

Sedih rasanya, sampai hari ini kita masih belum bisa merapatkan shaf bersama saudara kita. Sedih rasanya sampai hari ini kita masih sibuk menutup mulut kita dengan masker. Berkepanjangan ini pandemi. Kita takut terdampak dan terpapar covid-19, tapi kita tidak takut dengan api neraka?

Sebagaimana kita menjaga diri kita dari virus ini, maka selamatkan diri kita masing-masing dari api neraka. Kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ

“Selamatkan diri kalian dari api neraka walaupun dengan setengah butir kurma.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Berapa harga masker yang engkau pakai? Mungkin dengan harga itu engkau sedekahkan, engkau bagikan.

Ahibbati fillah..

الصدقة تقي مصارع السوء

“Sedekah itu menyelamatkan kita dari bencana-bencana buruk.”

Maka saatnya.. Masih banyak orang-orang yang susah hidupnya, masih banyak orang-orang yang perlu bantuan kita. Dan seorang muslim diperintahkan untuk sedekah selama hayat masih dikandung badan. Allah mengatakan:

وَأَنفِقُوا مِن مَّا رَزَقْنَاكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَىٰ أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُن مِّنَ الصَّالِحِينَ

Kalian infakkan apa yang Kami rezekikan…

Ingat yang ada di rumah kita, yang kita simpan di rekening kita, yang ada di dompet kita, itu dari Allah dan itu milik Allah ‘Azza wa Jalla. Maka tatkala Allah perintahkan sedekah, kata Allah: “Dari apa yang Aku berikan kepada kalian.” Yang kau dapatkan itu pemberian-Ku. Sebelum datang kepada salah seorang di antara kalian, lalu dia mengatakan:

رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَىٰ أَجَلٍ قَرِيبٍ

Kalau Engkau undur umurku sedikit saja…

Mau ngapain orang tersebut?

فَأَصَّدَّقَ

“Dia mau sedekah (tidak mau yang lainnya)”

وَأَكُن مِّنَ الصَّالِحِينَ

“Dia ingin menjadi orang shalih dengan sedekah.”

Tapi Allah tidak akan pernah menunda ajal dia, jama’ah.

Maka ahibbati fillah, perbanyak amal shalih, terus bersedekah, tapi ingat, jangan engkau datang pada hari kiamat (dalam kondisi) pahalamu habis diambil orang-orang yang engkau dzalimi. Nasihat Ana, sebelum ajal datang menjemput kita, Antum perlu duduk menghitung, mengevaluasi diri.

Syarat taubat jelas. Menyesali, meninggalkan dan bertekad untuk tidak mengulangi. Tapi tatkala engkau mendzalimi orang lain, maka kata Nabi ‘Alaihish Shalatu was Salam:

فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ الْيَوْمَ

Hari ini engkau minta dimaafkan, minta kehalalan dia, sebelum datang hari sudah selesai urusan engkau.

Hari ini hari jum’at, jadikan hari jum’at ini hari yang spesial, hari bershalawat kepada Nabi ‘Alaihish Shalatu was Salam, hari mendekatkan diri keapda Allah dengan membaca surat Al-Kahfi, hari dengan memperbanyak doa, khususnya di akhir jum’at.

إِنَّ اللَّـهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

اللهم صل وسلم وزد وبارك وانعم على سيدنا ومولانا محمد

اللهم اغفر للمؤمنين والمؤمنات، والمسلمين والمسلمات، الاحياء منهم والاموات، انك سميع قريب مجيب الدعوات

اللهم منزل الكتاب مجري السحاب هازم الاحزاب اهزم اعداءك اعداء الدين يا رب العالمين

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا اِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَتُبْ عَلَيْنَا اِنَّكَ اَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ.

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

و سبحان ربك رب العزه عما يصفون وسلام على المرسلين والحمد لله رب العالمين

Video Khutbah Jum’at : Perampok-Perampok Amal Kebaikan

Sumber video: SRB Official – Perampok-Perampok Amal Kebaikan

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: