Tulisan “Tauhid dan Istighfar Merupakan Tiang Agama” ini adalah catatan dari video khutbah jumat yang disampaikan oleh Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas Hafizhahullahu Ta’ala.
Navigasi Catatan:
Khutbah Jumat: Tauhid dan Istighfar Merupakan Tiang Agama
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Alhamdulillah kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala nikmat yang Allah karuniakan kepada kita. Dan nikmat yang Allah Subhanahu wa Ta’ala karuniakan kepada kita sangat banyak, tidak akan dapat kita hitung. Kita wajib bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dan perintah yang terbesar adalah mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sedangkan larangan yang terbesar adalah syirik yang kita wajib menjauhkan diri darinya. Syirkun akbar maupun ashghar.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Tauhid merupakan dasar dalam kita beragama. Merupakan dakwahnya para anbiya war rurul ‘alaihimus shalatu was salam. Dengan tauhid ini, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberikan keberkahan dalam hidup ini. Juga kenikmatan, ketenangan, kebahagiaan, serta balasannya adalah surga.
Kalau kita berjalan di atas wahyu, maka akhiri nantinya dengan tauhid. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan kepada Nabi-Nya Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk mengetahui tentang tauhid. Kemudian juga meminta ampun atas semua dosa. Karena kedua hal ini merupakan tiang dari agama; tauhid dan istighfar.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman;
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.” (QS. Muhammad[47]: 19)
Di dalam ayat ini, kalimat فَاعْلَمْ arti dari asal katanya adalah mengetahui. Di sini ada perintah bagi kita untuk belajar, belajar, dan belajar. Kita tidak akan mengetahui tentang agama kecuali dengan belajar. Dan pelajaran pertama yang harus kita ketahui adalah tentang tauhid.
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memulai dengan kalimat فَاعْلَمْ, artinya kita harus mengetahui tentang agama ini. Asasnya agama adalah tauhid. Maka Al Imam Bukhari menyebutkan di dalam kitabnya, babul ‘ilmu qabla qauli wal ‘amal (Bab ilmu itu sebelum berkata dan berbuat). Artinya kita harus belajar dan terus belajar. Dan kita harus mengetahui bahwa tiada Ilah yang berhak diibadahi melainkan hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kita bisa mengetahui bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala satu-satunya Ilah yang disembah. Tidak ada yang lain yang boleh disembah kecuali hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala saja. Kita bisa mengetahui dari rububiyyah, uluhiyyah, dan asma wa shifat–nya Allah Subhanahu wa Ta’ala, bahwasanya tidak ada yang menciptakan di langit dan di bumi kecuali hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hatta kaum musyrikin mengakui hal ini.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman;
وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ ٱللَّهُ ۚ
“Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?”, niscaya mereka menjawab: “Allah”.” (QS. Az-Zumar[39]: 38)
Kita harus mengetahui bahwa tidak ada yang menciptakan di langit, di bumi, dan seluruh makhluk ini kecuali hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kalau Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menciptakan kita, orang tua kita, dan orang-orang Sebelum kita, maka kita wajib beribadah hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman;
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa,” (QS. Al-Baqarah[2]: 21)
Jadi Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai Khaliq (yang menciptakan), kita wajib beribadah pada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Yang kedua, kita harus mengetahui juga bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala yang memberikan rezeki kepada kita. Tidak ada yang memberika rezeki di langit dan di bumi kecuali hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala. Entah itu kepada kita, kepada orang fasik, orang fajir, mau pun kafir. Semua itu Allah Subhanahu wa Ta’ala yang memberikan.
Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala juga mempunyai nama-nama yang indah dan sifat-sifat-Nya yang tinggi. Yang mengharuskan kita untuk beribadah hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala semata. Kita juga mengetahui bahwa hidup ini pasti ada kematian. Setelah itu ada hisab, kemudian ada adzab. Ada surga yang berisi kenikmatan dan ada adzab yaitu neraka. Kita wajib untuk mengetahui itu sehingga kita beribadah hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala semata.
Dan masih banyak lagi yang lainnya. Kita wajib mengetahui bahwa kita harus beribadah hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kalimat لا إله إلا الله untuk menunjukkan bahwa لآ مَعْبُوْدَ حَقٍ إِلاَّ اللهُ, tidak ada yang disembah dengan benar kecuali hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Semua yang disembah oleh manusia kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah sesembahan yang batil. Manusia menyembah Nabi Isa ‘alaihissalam, pohon, batu, kubur, atau pun menyembah yang lainnya selain Allah Subhanahu wa Ta’ala, semuanya batil. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman;
ذَٰلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ الْبَاطِلُ وَأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ
“Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang hak dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah itulah yang batil; dan sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. Luqman[31]: 30)
Kita wajib mengetahui itu dan kita wajib beribadah hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kalimat لا إله إلا الله merupakan awal diciptakannya segala makhluk ini. Dan juga akhir kehidupan kita dengan لا إله إلا الله. Kalau kita mati dalam keadaan kita mengetahui tentang لا إله إلا الله , maka kita akan masuk surga. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;
مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ
“Barangsiapa mati dalam keadaan mengetahui bahwa tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah, maka dia akan masuk surga.” (Hadits shahih riwayat Imam Muslim)
Dalam riwayat yang lain disebutkan orang yang mati dalam keadaan dia tidak menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka dia akan masuk surga. Ini yang harus kita pahami. Dan ini adalah dasar. Bukan sekedar orang mengucapkan لا إله إلا الله, tapi dia juga harus mengetahui tentang isinya.
Dzikir yang paling utama, kata Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam;
أَفْضَلُ الذِّكْرِ : لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ
“Seutama-utamanya dzikir adalah Laa ilaaha illallah.” (HR. At Tirmidzi)
Tapi orang harus tahu tentang makna dari لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ dan harus tahu tentang rukun لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ. Rukunnya لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ ada dua. Yang pertama adalah nafi yang kedua yang itsbat. Nafi artinya:
نَافِيًا جَمِيعَ مَا يُعْبَدُ مِنْ دُونِ الله
“Kita mengingkari/ meniadakan semua yang disembah manusia kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
Dan itsbat artinya:
مُثْبِتًا الْعِبَادَةَ للهِ وَحْدَهُ [1]
“Kita wajib menetapkan ibadah itu hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala saja.”
Semua sesembahan yang disembah manusia selain Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah batil dan merupakan syirik akbar. Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan mengampuni dosa orang berbuat syirik kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman;
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An-Nisa'[4]: 48)
Kita, istri, dan anak kita harus paham tentang لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ. Kita wajib mendidik anak-anak ini di atas kalimat لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ. Jadi kalimat yang paling penting yang wajib diketahui oleh setiap mukmin dan mukminah, setiap muslim dan muslimah adalah kalimat ini. Harus dia pahami dan dia yakini. Dan wajib bagi dia untuk mengamalkan seumur hidupnya. Dia wajib beribadah hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala saja dan tidak boleh menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun juga.
Kemudian setelah itu Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan kepada Nabi-Nya;
وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ
“dan mohonlah ampunan bagi dosamu..” (QS. Muhammad[47]: 19)
Artinya engkau istighfar (minta ampun) kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kalau Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pun disuruh untuk minta ampun, apalagi kita. Dan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;
ياأيها الناس توبوا إلى الله واستغفروه فإنى أتوب في اليوم مائه مرة
“Wahai manusia, bertaubatlah kalian kepada Allah, dan minta ampunlah kepada-Nya. Sesungguhnya aku minta ampun kepada Allah dalam sehari 100 kali.” (HR. Muslim)
Kita harus terus minta ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kemudian kita mohonkan ampun untuk kaum mukminin dan mukminat. Mohonkan ampunan untuk mereka agar mereka diampuni dosa-dosanya oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dan masalah istighfar adalah masalah penting dalam kehidupan. Makanya Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu menyebutkan para Nabi yang berdakwah itu, setelah memerintahkan untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, kemudian mereka diperintahkan untuk taubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan minta ampun kepada-Nya.
Setelah mereka diajak untuk mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala, kemudian mereka diperintahkan untuk bertaubat dan minta ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan mengadzab kalau seandainya kaum itu tetap istighfar kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman;
وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ ۚ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun.” (QS. Al-Anfal[8]: 33)
Maka Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam selalu setelah ibadah beliau beristighfar. Setelah selesai shalat lima waktu, beliau mengucapkan astaghfirullah, astagfirullah. Selalu demikian. Setiap akhir amal, kita akhiri dengan istighfar minta ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena kita lalai dalam masalah ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita lupa kepada-Nya dan lain-lainnya.
Begitu juga kita dari mulai pagi sampai sore hingga malam, kita ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala kemudian diakhir malam kita disuruh istighfar pada waktu sahur. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman;
وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
“Dan mereka selalu memohonkan ampunan di waktu pagi sebelum fajar.” (QS. Az-Zariyat[51]: 18)
Kemudian setelah itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan;
وَاللَّهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ
“Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.” (QS. Muhammad[47]: 19)
Artinya Allah Subhanahu wa Ta’ala mengetahui semua yang kita lakukan. Maka kita wajib berhati-hati untuk terus bertaubat dan meminta ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Khutbah Kedua
Ma’asyiral muslimin,
Di dalam ayat ini ada fawaid yang dapat kita ambil. Yang pertama adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kita untuk belajar, belajar, dan belajar. Menuntut ilmu itu wajib karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah No. 224)
Kita tidak akan tahu tentang agama Islam kecuali dengan belajar. Pun kita tidak akan tahu tentang bagaimana mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala kecuali dengan belajar. Kita tidak akan tahu mana yang tauhid dan mana yang syirik, mana sunnah dan mana bid’ah, mana yang taat dan mana yang maksiat, serta mana yang ma’ruf dan mana yang munkar kecuali dengan belajar.
Belajar, belajar, dan belajar. Banyak kaum muslimin yang tidak belajar padahal itu adalah kewajiban yang Allah Subhanahu wa Ta’ala wajibkan kepada dia untuk belajar agama. Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan kita untuk ibadah. Firman-Nya;
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ. مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ . إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.” (QS. Az-Zariyat[51]: 56-58)
Allah Subhanahu wa Ta’ala yang memberikan rezeki kepada kita. Tapi kita harus sisihkan waktu kita untuk ibadah dan untuk mempelajari agama ini sampai kita mati.
Faedah yang kedua yang bisa kita ambil dari ayat ini yaitu pelajaran pertama yang harus kita pelajari adalah tentang tauhid. Ini yang pokok. Dan semua da’i wajib mengetahui tentang ini. Tidak boleh menyimpang dia dari dakwahnya para anbiya wa Rusul. Semua Nabi dan Rasul, dakwahnya adalah mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman;
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ ۖ
“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”,” (QS. An-Nahl[16]: 36)
Faedah yang ketiga, bahwasanya tidak ada yang disembah dengan benar kecuali hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala. Satu-satunya yang wajib kita ibadahi hanya satu, Allah Subhanahu wa Ta’ala saja. Selain-Nya yang manusia sembah semuanya adalah batil, sesat, kufur, syirik, dan semuanya membawa ke neraka.
Allah Subhanahu wa Ta’ala yang memberikan rezeki, yang menciptakan, yang mengatur alam semesta, yang memiliki surga dan neraka. Kita wajib untuk beribadah hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tidak boleh kita palingkan ibadah ini kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Faedah yang keempat, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kita untuk beristighfar siang dan malam. Meminta ampun karena kita banyak dosa yang tidak terhitung jumlahnya.
Faedah yang kelima, kita juga hendaknya memohonkan ampun untuk orang-orang mukmin. Terutama orang tua kita. Kemudian saudara kita, sanak famili, lalu kaum mukminin dan mukminat.
Kemudian faedah selanjutnya yang keenam adalah bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala mengetahui semuanya ini. Allah Maha Mengetahui apa pun yang kita lakukan. Kita wajib berhati-hati agar kita berjalan di atas jalan yang haq untuk taat kepada-Nya. Dan menjauhkan diri dari perbuatan dosa dan maksiat.
Mudah-mudahan apa yang saya sampaikan bermanfaat untuk saya dan untuk Antum sekalian.
Video Khutbah Jumat Tentang Tauhid dan Istighfar Merupakan Tiang Agama
Sumber Video Khutbah Jumat: MIAH Bogor
Mari turut menyebarkan transkrip Khutbah Jumat Tentang Tauhid dan Istighfar Merupakan Tiang Agama di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum..
Referensi:
[1] https://www.alukah.net/sharia/0/140976/
Komentar