Khutbah Jumat: Bentengi Diri Kita dari Neraka

Khutbah Jumat: Bentengi Diri Kita dari Neraka

Materi 57 – Tawadhu’ Sifat ‘Ibadurrahman
Materi 60 – Tawadhu’ Kepada Orang Tua
Mempelajari Amalan Hati – Part 4

Berikut ini khutbah Jumat tentang “Bentengi Diri Kita dari Neraka” yang disampaikan oleh Ustadz Maududi Abdullah, Lc Hafizhahullahu Ta’ala.

Khutbah Jumat: Bentengi Diri Kita dari Neraka

Khutbah Pertama

Sidang Jum’at rahimani wa rahimakumullah,

Mari kita senantiasa bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang senantiasa mencurahkan rahmat, nikmat, anugerah, dan kasih sayang melebihi apa yang orang tua berikan untuk kita. Suatu ketika Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam berada di hadapan para sahabat dan ada seorang wanita yang sedang menggendong bayinya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;

لَلَّهُ أَرْحَمُ بِعِبَادِهِ مِنْ هَذِهِ بِوَلَدِهَا

“Sungguh Allah lebih mencintai hamba-hamba-Nya dari pada cinta wanita ini terhadap anaknya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Shalawat dan salam kepada Nabi kita tercinta Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah memberikan kepada kita semua panduan yang kita butuhkan dari apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala halalkan dan haramkan, dan apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala ridhai dan tidak Dia ridhai. Agar kita berjalan di atas hal yang Dia ridhai dan agar kita menjauhkan diri kita dari apa yang Dia murkai. Dan untuk itulah Allah Subhanahu wa Ta’ala menghidupkan kita.

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga menciptakan kita hanya untuk beribadah. Dan ibadah adalah;

فعل المأمور وترك المحظور

“Mengerjakan yang diperintah dan meninggalkan yang dilarang.”

Agar Allah Mengampuni Dosa Kita

Karenanya, Allah Subhanahu wa Ta’ala memuji orang-orang yang meninggalkan maksiat dan semua yang Dia haramkan. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala berjanji kepada mereka untuk memasukkan mereka ke surga-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman;

إِنْ تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُدْخَلًا كَرِيمًا

“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).” (QS. An-Nisa'[4]: 31)

Lihat, di dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan, memberitakan, sekaligus memerintahkan bahwa orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mengampuni dosa-dosanya yang lain. Di sini para ulama mengatakan bahwa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala ampuni adalah dosa-dosa kecil yang kita kerjakan. Karena manusia tidak akan bisa lepas dari dosa-dosa kecil kecuali para Nabi dan Rasul.

Dan ada khilaf di kalangan para ulama. Apakah para Nabi dan Rasul juga terpelihara dari dosa kecil atau tidak. Pendapat yang paling kuat adalah pendapat yang menyatakan bahwa para Nabi dan Rasul itu terjaga dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menjaga mereka dari dosa-dosa kecil. Apatah lagi dengan dosa-dosa besar.

Ada pun selain para Nabi dan Rasul, tidak akan ada yang terjaga dari dosa-dosa kecil. Dan dosa-dosa kecil jauh lebih banyak dari pada dosa-dosa besar. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan, “Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil)”

Benteng Dari Neraka

Ma’asyiral muslimin,

Untuk apa kita harus menjauhi dosa-dosa besar? Untuk apa kita harus menjauhi hal-hal yang Allah Subhanahu wa Ta’ala larang? Karena itu adalah benteng kita untuk tidak sampai ke neraka. Menjauhi dosa-dosa adalah satu-satunya usaha yang luar biasa untuk membuat benteng perlindungan kita dari neraka.

Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan di dalam banyak ayat di Al-Qur’an yang memerintahkan kita untuk menghindar dan menjauhkan diri kita dari neraka. Dan apa yang akan memasukkan kita ke dalam neraka apabila kita banyak melakukan pelanggaran-pelanggaran. Apatah lagi jika dosa maksiat yang kita lakukan adalah yang paling besar yang dimurkai Allah Subhanahu wa Ta’ala yaitu syirik, kufur, dan nifaq.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman;

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا

“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka..” (QS. At-Tahrim[66]: 6)
Allah Subhanahu wa Ta’ala memanggil orang-orang yang beriman. Berkata Abu ‘Umar bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu,

إذا سمعت الله يقول: “يا أيها الذين آمنوا” فأرعها سمعك؛ فإنه خير يأمر به، أو شر ينهى عنه

“Jika Anda mendengar Allah mengatakan (يا أيها الذين آمنوا, – wahai orang-orang yang beriman) maka fokuskan pendengaran Anda. Karena sesungguhnya (setelah itu) ada kebaikan yang akan diperintahkan atau keburukan yang akan dilarang-Nya” (H.R Bukhari dan Muslim)[1]
Kembali lagi kepada perintah dan larangan. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim[66]: 6)
Sangat jelas di dalam ayat ini bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala menyuruh kita untuk membentengi diri kita dari neraka. Dengan cara menjauhi maksiat. Mana kala dia mengerjakan yang dilarang, lalu dia juga meninggalkan apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan, maka itu juga disebut maksiat.

Kerugian Bagi Manusia

Ma’asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah,
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan kita untuk kebaikan kita. Tidak ada untungnya bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala kalau kita ke surga. Sebagaimana tidak ada ruginya bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala kalau kita ke neraka. Wal ‘iyadzubillah.
Akan tetapi keuntungan ke surga adalah milik penduduk surga, milik manusia-manusia yang akan menghuni surga. Dan kerugian adalah milik manusia-manusia penghuni neraka. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menakdirkan kita sebagai penghuni neraka itu. Karena jika iya, maka kerugian adalah milik kita sendiri. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman;

قُلْ إِنَّ الْخَاسِرِينَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ وَأَهْلِيهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۗ أَلَا ذَٰلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ

“Katakanlah: “Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari kiamat”. Ingatlah yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.” (QS. Az-Zumar[39]: 15)
Inilah kerugian hakiki. Bukan kerugian di dunia melainkan kerugian yang berada di neraka. Yang gambaran adzabnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kabarkan dalam hadits qudsi;

مَا لاَ عَيْنٌ رَأَتْ، وَلاَ أُذُنٌ سَمِعَتْ، وَلاَ خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ

“Tidak pernah terlihat oleh mata manusia, tak pernah terdengar oleh telinga mana pun, dan tidak pernah bisa dibayangkan oleh hati.” (HR. Bukhari, Muslim, dan yang lainnya)
Sehebat apa pun kita membayangkan sebuah adzab, neraka lebih pedih dari pada itu. Adzab yang paling ringan yang pernah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sampaikan saja tidak bisa logika manusia membayangkannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;

إِنَّ أَهْوَنَ أَهْلِ النَّارِ عَذَابًا مَنْ يُوْضَعُ فِيْ أَخْمَصِ قَدَمِهِ جَمْرَةٌ يَغْلِيْ مِنْهَا دِمَاغُهُ

Penduduk neraka yang paling ringan siksanya adalah seseorang yang kedua telapak kakinya dipakaikan sandal lantas mendidihlah otaknya.” (HR. Bukhari no. 6561 dan Muslim no. 213)[2]

Maka bentengilah diri kita dari neraka. Dan jadikan kehidupan kita ini untuk ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Melakukan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan dan menjauhi apa yang dilarang-Nya.

Khutbah Kedua

Di dalam kehidupan, manusia melihat orang-orang yang ada di sekitarnya baik rekan kerja, tetangga, atasan, atau pun partner bisnisnya mendapatkan keuntungan-keuntungan duniawi dari hal-hal yang merupakan maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mereka menyogok lalu kemudian mendapatkan keuntungan dunia. Mereka melakukan khianat, menerima sesuatu yang tidak pantas dan tidak berhak mereka menerimanya kemudian mereka hidup di dalam kenikmatan dan kekayaan tersebut.

Sehingga kemudian banyak orang yang juga menjalankan kehidupan seperti itu karena tergiur oleh orang-orang tersebut. Sadarkah Anda, bahwa justru itulah jalan ke neraka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman;

فَأَمَّا مَنْ طَغَىٰ . وَآثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا . فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَىٰ . وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَىٰ

“Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya,” (QS. An-Nazi’at[79]: 37-40)

Maka biarkan manusia dengan maksiat dan kekayaan di atas maksiatnya. Karena merekalah orang-orang yang menjadi penduduk-penduduk neraka kalau Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak memaafkannya. Dan katakan kepada mereka bahwa kita tidak mau ikut.

Memang hati kita pada asalnya adalah cinta kepada harta dan dunia. Akan tetapi tidak boleh melampaui batas aturan-aturan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita harus menahannya.

Kesempatan Selagi Hidup

Akhi fiddin,

Kesempatan untuk membentengi diri kita dari neraka hanya ada di dunia ketika kita masih hidup. Camkan baik-baik di dalam hati dan jiwa kita yang paling dalam. Karena di akhirat tidak akan ada kesempatan untuk membentengi diri dari neraka.

Biarkanlah manusia yang tersesat dan bergelimang dengan maksiat dan harta yang mereka hasilkan dari maksiat. Biarkan mereka tertawa di atas maksiat. Selalu letakkan di depan pelupuk mata kita firman Allah Tabaraka wa Ta’ala;

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا عَلَيْكُمْ أَنْفُسَكُمْ ۖ لَا يَضُرُّكُمْ مَنْ ضَلَّ إِذَا اهْتَدَيْتُمْ ۚ

“Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk.” (QS. Al-Ma’idah[5]: 105)

Tidak akan membuat rugi kepada kita mereka-mereka yang melakukan maksiat asal kita berada di atas hidayah dan petunjuk-Nya. Kalau kita ke surga sedangkan jutaan manusia ke neraka, tidak akan memberikan kerugian apa pun kepada kita. Dan sebaliknya, na’udzubillah, kalau kita justru ke neraka sedangkan jutaan manusia ke surga, apa untungnya bagi kita?

Khutbah Jumat: Bentengi Diri Kita dari Neraka

Sumber Video Khutbah Jumat: Maududi Abdullah

Jangan lupa untuk ikut membagikan link download khutbah Jumat “Bentengi Diri Kita dari Neraka” ini kepada saudara Muslimin kita baik itu melalui Facebook, Twitter, atau yang lainnya. Semoga Allah membalas kebaikan Anda.

Referensi:
[1] https://muslim.or.id/56182-pelajaran-penting-dari-ayat-kewajiban-puasa.html
[2] https://www.ngaji.id/khutbah-jumat-perjalanan-hidup-ke-surga-atau-neraka/

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: