Khutbah Jumat: Yakinkah Mati Dengan Husnul Khatimah?

Khutbah Jumat: Yakinkah Mati Dengan Husnul Khatimah?

Materi 21 – Doa Terhindar Dari Riya’
Dampak Negatif dari Doa yang Tidak Nabi Ajarkan
Khutbah Jumat : Perkara Yang Paling Mengerikan

Berikut ini Khutbah Jumat tentang “Khutbah Jumat: Yakinkah Mati Dengan Husnul Khatimah?” yang di sampaikan oleh Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah Hafizhahullahu Ta’ala.

Khutbah Jumat: Yakinkah Mati Dengan Husnul Khatimah?

Khutbah Pertama

إِنَّ الْحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ صَلَوَاتُ رَبِّ وَسَلاَمُهُ وَبَرَكَاتُهُ، عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ، وَأَصْحَابِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَىٰهُمْ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ، فَيَامَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ وَزُمْرَةَ الْمُؤْمِنِيْنَ رَحِمَكُمُ اللّٰهُ، اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَي اللّٰهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ،

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ ﴿آل عمران : ۱۰۲﴾

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali ‘Imran[3]: 102)

Wahai orang-orang yang beriman, Allah Subhanahu wa Ta’ala memanggil manusia-manusia yang meyakini bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Dia.

Amalan Tergantung Akhirnya

Ahibbati Fillah,

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ

Amalan itu tergantung penutupnya. (HR. Imam Al-Bukhari)

Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala berpesan bahwa jangan kalian mati kecuali dalam kondisi Islam. Ada orang-orang yang hari ini shalat Jum’at bersama kita, mungkin Jum’at depan dia masih hadir bersama kita, dan Ramadhan dia puasa bersama kita. Tapi siapa yang tahu, apakah dia akan mati dalam kondisi Islam? Tidak ada yang tahu.

Di dalam sebuah peperangan di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika dua pasukan sudah mulai beristirahat, ada seorang laki-laki dari kalangan kaum muslimin yang berperang dengan sungguh-sungguh. Bahkan dia tidak melewatkan satu musuh pun kecuali dia hadapi. Lalu ada perbincangan dari para sahabat yang mengatakan,

مَا أَجۡزَأَ مِنَّا الۡيَوۡمَ أَحَدٌ كَمَا أَجۡزَأَ فُلَانٌ

“Hari ini tidak ada yang perjuangan/ pengorbanannya seperti fulan”

Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَمَا إِنَّهُ مِنۡ أَهۡلِ النَّارِ

“Sesungguhnya dia termasuk penghuni neraka.”

Para sahabat keheranan tatkala mendengar ucapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ini. Kalau orang yang berjuang seperti ini saja masuk neraka, bagaimana dengan yang biasa-biasa saja perjuangannya? Maka salah satu di antara mereka mengatakan,

أَنَا صَاحِبُهُ أَبَدًا

“Aku akan mengikuti dia selalu.”

Dia berpikir, mengapa orang ini sampai divonis masuk neraka? Kemudian dia mengikuti orang tersebut. Ketika dia lari, sahabat ini ikut lari. Tatkala dia lambat, sahabat ini ikut melambat. Hingga terakhir, ternyata orang ini terluka parah dan dia tidak sabar menghadapi pedihnya luka tersebut. Lalu dia mengambil pedangnya dan dia letakkan di dadanya. Kemudian dia runtuhkan dirinya ke arah mata pedangnya. Ya, dia mati bunuh diri.

Akhirnya sahabat yang mengikuti orang ini kembali menjumpai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengatakan:

أَشْهَدُ أَنَّكَ رَسُولُ ٱللَّهِ

“Aku bersaksi bahwa engkau adalah Rasulullah.”

Sahabat ini adalah seorang muslim. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam heran, “Mengapa kau mengatakan itu kembali?” Maka dia bercerita, “Ya Rasulullah, tatkala engkau mengatakan si fulan termasuk penghuni neraka, kami kebingungan dan akhirnya aku pun mengikuti orang tersebut. Ternyata orang itu matinya karena bunuh diri.”

Agar Husnul Khatimah

Jama’ah rahimakumullah,

Kita semua ingin husnul khatimah. Ya, proses untuk menuju husnul khatimah itu penting. Kita harus berpikir, apa langkah-langkahnya agar kita mati husnul khatimah?

1. Jujur Kepada Allah

Yang pertama, jujur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita harus benar-benar punya waktu khusus berdua dengan Allah ‘Azza wa Jalla. Banyak di antara kita yang beribadah hanya ketika ada manusia. Dia bersedekah ketika banyak yang melihatnya, dia shalat di masjid ketika banyak manusia yang memandangnya.

Tapi bagaimana kondisi kita ketika kita sendirian, di kala tidak ada manusia yang melihat kita? Apakah kita benar-benar beribadah kepada Allah ‘Azza wa Jalla? Atau kita hanya pura-pura beriman? Punyakah kita waktu di sepertiga malam akhir? Tatkala manusia tidur terlelap dalam mimpinya, kita bangun menghadap Allah ‘Azza wa Jalla, lalu kita menghamparkan sajadah, istri dan anak-anak kita tidak tahu. Punyakah kita waktu itu?

Beribadah Secara Tersembunyi

Kalau kita melihat tujuh golongan yang kelak akan mendapatkan naungan dari Allah ‘Azza wa Jalla pada hari kiamat,

يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ

Pada hari tidak ada naungan kecuali naungan-Nya.” (Shahih, Diriwayatkan oleh A-Bukhari dan Muslim)

Banyak di antara mereka adalah orang-orang yang beribadah secara sembunyi-sembunyi. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan tentang seseorang yang bersedekah. Sedekah dengan terang-terangan itu boleh. Kita datang ke masjid lalu ada kotak amal dan kita memasukkan uang, itu boleh dan baik, asalkan ikhlas. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

إِنْ تُبْدُوا الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ ۖ وَإِنْ تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۚ وَيُكَفِّرُ عَنْكُمْ مِنْ سَيِّئَاتِكُمْ ۗ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

“Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Baqarah[2]: 271)

Untuk membuktikan bahwa kita benar-benar beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan tidak main-main, maka disebutkan dalam hadits itu,

وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ يَمِينُهُ مَا تُنْفِقُ شِمَالُهُ

“Seorang lelaki yang bersedekah secara sembunyi-sembunyi, hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan tangan kanannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kita harus mempunyai amalan yang tersembunyi, jama’ah. Atau amalan kita semua terang-terangan?

Berdzikir Dalam Kesendirian

Dan Nabi Subhanahu wa Ta’ala juga menyebutkan, di antara tujuh golongan itu;

وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ

“Dan seorang lelaki yang berdzikir kepada Allah dalam kesendirian, lalu meneteslah air matanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Mungkin sebagian kita pernah menangis karena sedih ditinggal oleh orang-orang yang kita cintai. Atau karena nasib yang buruk mungkin. Tapi pernahkah kita mempunyai air mata yang kita teteskan karena takut kepada Allah ‘Azza wa Jalla? Atau semua tangisan kita adalah karena urusan dunia? Maka kalau ingin husnul khatimah, hendaknya kita memiliki amalan yang tersembunyi.

Ada seorang salafush shalih yang berpesan, “Hendaklah setiap dari kalian memiliki amal shalih yang rahasia (yang hingga mati tidak ada yang mengetahuinya).”

Bagaimana cerita Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib (Zainul ‘Abidin) yang dikenal dengan As-Sajjad (ahli ibadah). Ketika Ali meninggal dunia, kota Madinah itu kehilangan sedekah sembunyi-sembunyi. Mereka baru tahu kalau ternyata yang biasa sedekah itu si fulan. Kapan mereka mengetahuinya? Ketika orang itu mati.

2. Jaga Setiap Kewajiban

Ahibbati fillah,

Yang kedua, kalau ingin husnul khatimah, kita perlu menjaga kewajiban-kewajiban. Jangan sampai bolong-bolong shalatnya. Kadang kala sebagian mengatakan, “Ana terkadang beribadah dan terkadang berbuat dosa.”

Bagaimana kalau engkau mati tatkala sedang berbuat dosa? Maka ketika engkau berbuat dosa, bersegeralah bertaubat kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Karena kita tidak mengetahui kapan ajal itu menjemput.

3. Jangan Menunda Amal Shalih

Yang ketiga, jangan menunda amal shalih. Sebagian kita itu menanti-nanti, “Nanti, besok, pekan depan.” Ada seseorang yang dalam kondisi mampu untuk umrah/ haji lalu mengatakan, “Nanti saya akan berangkat , tahun depan saya akan berangkat, saya akan daftar.” Namun ternyata ajal menjemput dan dia tidak pernah berangkat haji. Padahal dia sudah mampu haji dan baginya sudah wajib haji.

Kadang kala kita mendengar nasihat atau ceramah, tapi tidak segera kita amalkan. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

بَادِرُوا بِالأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِى كَافِرًا أَوْ يُمْسِى مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا

“Bersegeralah melakukan amalan shalih sebelum datang fitnah (musibah) seperti potongan malam yang gelap. Yaitu seseorang pada waktu pagi dalam keadaan beriman dan di sore hari dalam keadaan kafir. Ada pula yang sore hari dalam keadaan beriman dan di pagi hari dalam keadaan kafir. Ia menjual agamanya karena sedikit dari keuntungan dunia.” (HR. Muslim no. 118)

Jangan Menjual Agamamu

Dia menjual agamanya untuk mendapatkan sedikit dari kenikmatan dunia yang sebenarnya akan dia tinggalkan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَاَنْفِقُوْا مِنْ مَّا رَزَقْنٰكُمْ مِّنْ قَبْلِ اَنْ يَّأْتِيَ اَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُوْلَ رَبِّ لَوْلَآ اَخَّرْتَنِيْٓ اِلٰٓى اَجَلٍ قَرِيْبٍ ۚ فَاَصَّدَّقَ وَاَكُنْ مِّنَ الصّٰلِحِيْنَ ﴿المنافقون : ۱۰﴾

“Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: “Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?” (QS. Al-Munafiqun[63]: 10)

وَلَنْ يُّؤَخِّرَ اللّٰهُ نَفْسًا اِذَا جَاۤءَ اَجَلُهَاࣖ ﴿المنافقون : ۱۱﴾

“Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya.” (QS. Al-Munafiqun[63]: 11)

Maka jangan menunda-nunda amalan.

4. Berdoa

Yang terakhir berdoa minta husnul khatimah.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِلْمُؤْمِنِينَ وَٱلْمُؤْمِنَٰتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah Jumat Kedua

اَلْحَمْدُ لِلّهِ وَكَفَى وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيُّ الْمُصْطَفَى سَيِّدِنَا وَمَوْلَنَا وَشَفِيْعِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنِ اقْتَفَى، أَمَّا بَعْدُ

Bicara tentang doa minta husnul khatimah, berapa kali kita meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam sehari? Mungkin sebagian kita tidak pernah berdoa meminta husnul khatimah. Nabi Yusuf ‘Alaihissalam berdoa mengatakan,

تَوَفَّنِى مُسْلِمًا وَأَلْحِقْنِى بِٱلصَّٰلِحِينَ

“Ya Allah, wafatkanlah aku dalam kondisi Islam dan kumpulkan aku dengan orang-orang shalih.” (QS. Yusuf[12]: 101)

Doa Nabi ‘Alaihisshalatu wa Sallam;

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ

“Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.”(HR. At Tirmidzi)

Perbanyak Berdoa

Para sahabat berkata, “Ya Rasul, kami sudah beriman kepadamu. Kami yakin dengan apa yang kau bawa. Apa engkau khawatir dengan kami?” Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ya, aku khawatir.”
Kalau Nabi ‘Alaihisshalatu wa Sallam saja khawatir dengan sahabat-sahabat -yang melihat Al Qur’an itu turun dan yang mereka memandang Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam-, bagaimana lagi dengan kita?
Beliau mengatakan bahwa hati manusia itu berada di tangan Allah Jalla Jalaluhu.

 إِنَّ الْقُلُوبَ بَيْنَ أَصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ اللَّهِ يُقَلِّبُهَا كَيْفَ يَشَاءُ

“Sesungguhnya hati (para hamba) itu berada di antara dua jari dari jari-jemari Allah, Dia membolak-balikkannya sesuai dengan yang Dia kehendaki.” (HR. At Tirmidzi No. 2140)

Maka perbanyaklah berdoa dan tanyakan kepada kita, berapa kali kita berdoa minta husnul khatimah? Berapa kali kita berdoa memohon supaya Allah Subhanahu wa Ta’ala menetapkan hati ini, khususnya di masa yang penuh dengan fitnah?

Jadilah Muslim Sejati

Ahibbati Fillah,

Hari ini adalah hari Jumat. Kita tahu ada sebuah surat di dalam Al Qur’anul Karim yang bernama surat Jumu’ah. Sebagian dari kita sampai hari ini belum mengetahui dengan aturan shalat Jum’at. Masih banyak yang hadir ketika khatib telah naik mimbar. Ketika malaikat-malaikat sudah menutup buku-bukunya, kita baru hadir.

Tapi kita tidak pernah telat kalau bekerja. Sangat disiplin. Tapi di rumah Allah Subhanahu wa Ta’ala, dia selalu berada di shaf terakhir. Tidak pernah dia berkeinginan untuk berada di shaf pertama atau datang terlebih dahulu sebelum orang-orang datang. Ada apa sebenarnya? Apakah kita lebih berat dengan dunia kita?

Ini hanya sepekan sekali, jama’ah. Kita hadir untuk menyimak khutbah. Sebagian kita hanya berpikir khutbah/ shalat Jum’at yang penting datang dan mengerjakan shalat. Engkau tidak masuk di catatan malaikat nantinya jika seperti itu.

Maka jadilah muslim yang sebenarnya. Ketahuilah, tatkala engkau meninggal dunia, ada tiga hal yang mengantarkanmu. Yaitu keluarga, harta, dan amal. Keluargamu yang kau sekarang sibuk bekerja untuk mencukupi mereka,dan hartamu yang engkau tumpuk agar kau bisa bersenang-senang ketika engkau mati, tidak ada yang ikut engkau ke kuburmu. Kecuali yang engkau sedekahkan. Hanya amal yang menemani.

Waktu Yang Mustajab

Maka berusahalah untuk meninggalkan pekerjaan kita jauh-jauh waktu sebelum khatib naik mimbar agar Allah Subhanahu wa Ta’ala memberkahi hidup kita.

Ahibati Fillah,

Dan di antara hari Jum’at ini ada doa mustajab. Perbanyak shalawat kepada Nabi ‘Alaihissalatu wa Sallam. Dan di akhir Jum’at itu perbanyak doa memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab[33]: )

اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَزِدْ وَبَارِكْ وَاَنْعِمْ عَلَى سَيِّدِنَاوَمَوْلَانَامُحَمَّدٍ، آلِهِ وَأَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ، اَللَّهُمَّ اغْفِرْلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ،إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبٌ الدَّعَوَاتِ، اللَّهُمَّ مُنْزِلَ الْكِتَابِ مُجْرِيَ لسَّحَابِ هَازِمً أَحْزَاب اِهْزِمْ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَالدِّيْن يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ، اَللّٰهُمَّ أصْلِحْ وَلِيًّاأَمْرِنَاوَؤُلَآتَ أُمُوْرِالْمُسْلِمِیْنَ، اَللّٰهُمَّ أصْلِحْ وَلِيًّاأَمْرِنَاوَؤُلَآتَ أُمُوْرِالْمُسْلِمِیْنَ، اَللّٰهُمَّ أصْلِحْ وَلِيًّاأَمْرِنَاوَؤُلَآتَ أُمُوْرِالْمُسْلِمِیْنَ، رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلْوَهَّابُ، رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِى ٱلدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى ٱلْءَاخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ، وَسُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Video Khutbah Jumat: Yakinkah Mati Dengan Husnul Khatimah?

Sumber video khutbah Jumat: YouTube Ustadz Syafiq Riza Basalamah Official

Demikian khutbah Jumat tentang “Yakinkah Mati Dengan Husnul Khatimah?“. Mari turut menyebarkan catatan kajian ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum.

Komentar

WORDPRESS: 2
  • comment-avatar
    Jamil 3 tahun ago

    Bismillah
    Kalo boleh tau link file pdf untuk teks khutbah nya dimana ya,

    Pengen langsung download dan cetak gitu biar gampang

  • DISQUS: 0