Materi 23 – Menyembunyikan Amal Shalih

Materi 23 – Menyembunyikan Amal Shalih

Khutbah Jumat tentang Tamak Terhadap Ilmu
Materi 77 – Tawadhu’nya Nabi Kepada Bawahannya
Materi 68 – Tawadhu’ Terhadap Orang Miskin

Tulisan tentang “Materi 23 – Menyembunyikan Amal Shalih” ini adalah catatan yang kami tulis dari Audio kajian khusus peserta WAG UFA OFFICIAL yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A. Hafidzahullah.

Sebelumnya: Materi 22 – Doa Ketika Dipuji Agar Tidak Riya’

Transkrip Materi 23 – Menyembunyikan Amal Shalih

 بسم الله الرحمن الرحيم

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله

Di antara tips berikutnya, tips ketiga agar kita terhindar dari riya’, yaitu usahakan kita menyembunyikan amal shalih kita. Dan ini adalah wasiat dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:

مَنْ اِسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يَكُونَ لَهُ خَبِيءٌ مِنْ عَمَلٍ صَالِحٍ فَلْيَفْعَلْ

“Barangsiapa yang mampu untuk memiliki amalan shalih yang tersembunyi, maka lakukanlah.” (Lihat Ash-Shahihah 2313)

Karena kalau amalan shalih tersembunyi itu pahalanya lebih besar dan lebih terjauhkan daripada riya‘. Seorang yang beramal shalih tatkala sendirian, ini menunjukkan dia bukan orang munafik. Karena dia sedang tidak mencari muka kepada manusia, dia tahu tidak ada yang melihat keculai Allah, menunjukkan dia orang beriman.

Maka ketika Hudzaifah ditanya: “Apakah aku termasuk orang munafik?” Maka Hudzaifah bertanya kepada orang tersebut: “Apakah engkau shalat tatkala sendirian?” Orang itu berkata: “Iya,” Kata Hudzaifah: “Berarti engkau bukan orang munafik.” Karena di antara tanda orang yang imannya benar-benar beriman, tidak ada kemunafikan pada dirinya, ketika dia semangat dari beribadah ketika tidak ada yang melihatnya kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ini menunjukkan dia tidak berharap sedikitpun sanjungan dari manusia.

Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan: “Siapa yang mampu untuk memiliki amalan shalih yang tersembunyi, maka lakukanlah.”

Wasiat para salaf

Ini juga wasiat para salaf. Sebagaimana perkataan Abu Hazim Salamah bin Dinar:

اكتم حسناتك كما تكتم سيئاتك

“Sembunyikanlah kebaikan-kebaikanmu sebagaimana engkau sembunyikan keburukan-keburukanmu.”

Bukankah kita kalau punya keburukan atau aib maka kita sembunyikan? Kita malu menceritakannya. Kata Abu Hazim Salamah bin Dinar: “Demikianlah dengan kebaikanmu sembunyikanlah,” jangan suka obral, cerita sana-sini. Meskipun setan menggelitiki hati kita untuk cerita, jangan cerita! Kita sembunyikan amalan shalih kita. Ketahuilah amalan shalih yang tersembunyi meskipun kelihatannya sedikit namun besar di sisi Allah. Kenapa? Karena ini tanda orang beriman yang jauh daripada riya’.

Ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkan tujuh golongan yang dinaungi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, di antaranya dua yang Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebutkan, Nabi berkata:

رَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ

“Seorang yang bersedekah dengan tangan kanannya kemudian dia sembunyikan sampai-sampai tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya.” (HR. Bukhari, Muslim dan yang lainnya)

Begitu gamblang Nabi jelaskan, sampai-sampai Nabi mengatakan: “Tangan kiri tidak tahu apa yang diinfakkan oleh tangan kanan.” Padahal kita tahu tangan kiri selalu bersama tangan kanan. Apa yang dikerjakan tangan kanan maka tangan kiri tahu. Dan bahkan tangan kiri adalah bagian dari tubuh seorang manusia. Tapi sebagian tubuhnya tidak tahu apa yang dikerjakan oleh tangan kanannya. Ini menunjukkan semangatnya dia untuk menyembunyikan amal shalihnya.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak sebutkan berapa sedekahnya, bisa jadi banyak, bisa jadi sedikit. Tapi yang menakjubkan di sini, yang membuat dia hebat pada hari kiamat kelak dan dinaungi oleh Allah dalam naungan ‘Arsy Allah adalah karena dia ikhlas menyembunyikan amal shalihnya.

Kemudian di antara tujuh golongan tersebut juga Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:

رَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ

“Orang yang dia sendirian kemudian dia mengingat Allah lantas dia menangis.”

Lihat juga: 7 Orang Yang Dinaungi Allah

Lihat amalan ini, mungkin banyak yang bisa menangis. Bahkan mungkin kapan saja dia bisa menangis. Tetapi menangis sendirian karena Allah dan tidak ada yang melihat, karena mengagungkan Allah, maka ini amalan yang hebat di sisi Allah. Kenapa? Karena dia menangis saat tidak ada yang melihat.

Kita kalau menangis di depan banyak orang, mungkin orang menangis lalu kita ikut menangis karena kita terbawa oleh suasana, oleh perasaan. Tapi ketika kita sendirian tidak ada yang tahu, semua orang sedang tidur, kemudian kita menangis karena Allah, maka ini pahala bukan sepele di sisi Allah. Karena ini menunjukkan keikhlasan, benar-benar dia mencari keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Praktek para salaf dalam menyembunyikan amal

Karenanya kalau kita lihat bagaimana praktek para salaf, sangat menakjubkan. Bagaimana mereka berusaha untuk menyembunyikan amal shalih mereka. Dan ini peringatan bagi kita. Kalau para salaf dahulu mereka berusaha susah payah menyembunyikan amal shalih mereka, bahkan di antara mereka ada yang marah kalau ketahuan amal shalih mereka. Sementara sebagian kita di zaman sekarang ini bersusah payah untuk pencitraan, bersusah payah agar orang tahu seluruh amalan ibadah yang kita lakukan.

Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib

Di antara contoh yang menakjubkan adalah Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib, yaitu yang dikenal dengan Zainal Abidin. Ali bin Husain setiap hari memikul sekarung roti atau gandum untuk disedekahkan kepada fakir miskin. Ketika dia meninggal dunia, maka orang-orang miskin tersebut kehilangan sedekah yang biasa mereka dapat di pagi hari. Ketika dia dimandikan, ternyata di pundaknya Ali bin Husein ada bekas hitam. Ternyata inilah orang yang memikul gandum untuk dibagi-bagikan kepada fakir miskin.

Subhanallah, tidak ada yang tahu, dia diam, tidak pernah singgung-singgung, mereka baru tahu ketika dia meninggal tidak ada lagi yang bagi-bagi, siapa lagi kalau bukan dia? Apalagi ada bekas hitam di pundaknya.

Allahuakbar, betapa para salaf dahulu begitu semangat untuk menyembunyikan amal shalih mereka.

Tamim Ad-Dari

Lihatlah Tamim Ad-Dari, ketika ada yang bertanya kepada sahabat Tamim Ad-Dari Radhiyallahu ‘Anhu: “Bagaimana shalat malammu?” Maka marahlah Tamim Ad-Dari, dia berkata: “Demi Allah, satu rekaat saja shalatku di tengah malam tanpa diketahui oleh orang lain, itu lebih aku sukai daripada aku shalat semalam penuh kemudian aku ceritakan kepada manusia.”

Allahuakbar.. Ditanya bagaimana shalat malammu, dia marah ditanya-tanya seperti itu. Maksudnya: “Kamu tanya begitu supaya saya menceritakan amal shalih saya?” kira-kira demikianlah.

Dia mengatakan bahwa satu rakaat shalat tidak ada yang tahu lebih saya sukai daripada saya shalat semalam suntuk kemudian saya ceritakan kepada orang lain. Lihatlah Tamim Ad-Dari tidak membuka pintu riya’. Dia tidak mau cerita tentang shalat malamnya sama sekali bahkan dia marah kepada orang yang bertanya-tanya tentang ibadah rahasianya.

Ayyub As-Sikhtiyani

Lihatlah Ayyub As-Sikhtiyani Rahimahullahu Ta’ala sebagaimana yang disebutkan bahwa beliau shalat panjang malam. Ketika menjelang fajar, maka beliau kembali berbaring tidur, ketika terbit fajar dia pun mengangkat suaranya seakan-akan dia baru saja bangun ketika itu. Hal ini agar tersembunyikan bahwa dia tadi malam shalat malam. Maka dia kelihatannya seperti orang baru bangun tidur dengan mengangkat suara sehingga orang menyangka dia tidur pulas. Artinya apa? Dia berusaha bersusah payah untuk menyembunyikan amal shalihnya agar tidak ketahuan.

Ibnul Mubarak

Demikian juga cerita dari Abdullah bin Al-Mubarak Rahimahullahu Ta’ala, Muhammad bin A’yun bercerita: “Suatu hari aku bersama Abdullah bin Al-Mubarak dalam peperangan di negeri Romawi. Ketika shalat isya’ selesai, Ibnul Mubarak kemudian merebahkan kepalanya untuk menampakkan kepadaku bahwa seakan-akan dia sudah tidur. Dan aku pun pura-pura tidur. Aku letakkan tombakku di atas kepalaku kemudian aku tidur di atas tombak tersebut, seakan-akan aku juga sudah tidur.

Setelah Ibnul Mubarak menyangkaku sudah tidur, maka dia pun bangun diam-diam, pelan-pelan dan tidak seorang pun dari pasukan yang mendengarnya dan melihatnya dan dia shalat malam sampai terbit fajar. Ketika sudah terbit fajar, maka dia pun datang kepadaku untuk bangunkan aku. Dia menyangka aku tidur, padahal aku tidak tidur, aku melihat dia semalam shalat malam.

Kemudian dia berkata: ‘Ya Muhammad (Yaitu Muhammad bin A’yun), bangunlah.’ Aku lalu menimpalinya dan berkata: ‘Sesungguhnya aku tidak tidur.’ Yaitu seakan-akan Muhammad bin A’yun mengatakan: ‘Saya tadi malam melihat apa yang kau lakukan, yaitu engkau shalat malam.’

Maka ketika Ibnul Mubarak tahu bahwasanya aku tidak tidur, maka dia pun berubah sikapnya kemudian dia tidak pernah lagi berbicara dengan aku, dan dia juga tidak ramah denganku, setiap peperangan seakan-akan dia tidak suka aku mengetahui shalat malamnya. Dan itu selalu nampak di wajahnya hingga beliau wafat.

Kemudian kata Muhammad bin A’yun: ‘Aku tidak pernah melihat orang yang lebih menyembunyikan kebaikan-kebaikannya daripada Ibnul Mubarak.'”

Allahuakbar.. Ketahuan shalat malamnya dia marah. Tidak seperti sebagian kita yang ketahuan malah senang, bahagia, malah gembira, kalau perlu dishare di medsos.

Ikhwan dan akhwat yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, ini tips kelihatannya sepele tapi ini adalah perkara yang sangat penting. Agar kita bisa selamat dari riya’, jangan buka-buka pintu riya’. Hati kita ini lemah, jangan coba-coba ceritakan amal shalih kita. Hati kita ini sangat lemah.

والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ

Materi selanjutnya: Materi 24 – Poin Penting Menyembunyikan Amal Shalih

Perhatian Materi 23 – Menyembunyikan Amal Shalih

⚠️ Note: Kalau team UFA merevisi audionya, insyaAllah catatan ini juga akan direvisi sesuai dengan audio yang baru.

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: