Materi 57 – Tawadhu’ Sifat ‘Ibadurrahman

Materi 57 – Tawadhu’ Sifat ‘Ibadurrahman

Materi 60 – Tawadhu’ Kepada Orang Tua
Pondasi Baiknya Amal
Faktor Dari Dalam Sebab Turunnya Iman (Bag. 2)

Tulisan tentang “Materi 57 – Tawadhu’ Sifat ‘Ibadurrahman” ini adalah catatan yang kami tulis dari Audio kajian khusus peserta WAG UFA OFFICIAL yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A. Hafizhahullah.

Sebelumnya: Materi 56 – Perkataan Ulama tentang Tawadhu’ (part 2)

Materi 57 – Tawadhu’ Sifat ‘Ibadurrahman

Pada kesempatan kali ini kita akan mulai membahas tentang ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang berbicara tentang tawadhu’. Dan banyak ayat-ayat yang berbicara tentang tawadhu’, yaitu bagaimana rendah hati di hadapan orang lain.

Di antaranya yang pertama yaitu di penghujung surat Al-Furqan, ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala berbicara tentang sifat-sifat ‘Ibadurrahman (Hamba-hamba Dzat yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang). ‘Ibadurrahman ini adalah para penghuni surga. Karenanya setelah Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan tentang sifat-sifat mereka, di penghujung ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

أُولَٰئِكَ يُجْزَوْنَ الْغُرْفَةَ بِمَا صَبَرُوا…

“Mereka itulah orang-orang yang mendapatkan istana-istana yang tinggi karena kesabaran mereka.” (QS. Al-Furqan[25]: 75)

Nah, sifat-sifat mereka itu banyak. Sifat pertama yang Allah Subhanahu wa Ta’ala sebutkan dari ‘Ibadurrahman (para penghuni surga) adalah tawadhu’. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَعِبَادُ الرَّحْمَٰنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا

“Dan hamba-hamba Ar-Rahman kalau mereka berjalan di atas bumi mereka berjalan dengan rendah hati. Kalau mereka diajak berbicara orang-orang jahil (mungkin menghina/menjatuhkan/merendahkan mereka), mereka mengatakan keselamatan.” (QS. Al-Furqan[25]: 63) 

Artinya mereka tidak membalas kejahilan dengan kejahilan, tapi mereka mengucapkan kata-kata yang bisa menolak kejahilan mereka dengan lembut dan halus.

Inilah sifat pertama para penghuni surga dari ‘Ibadurrahman , yaitu mereka berjalan dengan rendah hati. Dan ditafsirkan oleh para ulama, di antaranya adalah Al-Qurthubi dengan mengatakan: هَوْنًا maknanya adalah متواضعين (berjalan dengan tawadhu’). Sebagaimana Syaikh Sa’di juga mengatakan هَوْنًا artinya adalah berjalan dengan tawadhu’.

Hal ini karena sikap/ gerakan tubuh/ berbicara/ berjalan, itu terkadang indikator yang kuat menunjukkan akan kondisi hati. Orang kalau sombong, maka cara berjalannya, gestur tubuhnya, cara bicaranya, itu semua kelihatan meskipun dia bilang tidak sombong. Tapi sikap-sikap gerakan tubuhnya tadi merupakan indikator kuat bahwasanya dalam hatinya ada kesombongan.

Demikian juga ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala berbicara tentang ‘Ibadurrahman , Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan bagaimana cara berjalan mereka. Cara berjalan mereka ini menunjukkan mereka tawadhu’, tidak sombong, tidak angkuh, berjalan dengan biasa, dengan tenang, terlebih lagi ketika ada orang yang merendahkan/ menjatuhkan/ menghina mereka, mungkin secara langsung atau melalui media sosial dengan nyinyir/ menghina, mereka tidak balas nyinyiran dengan nyinyiran, mereka tidak membalas hinaan dengan hinaan.

Mereka tahu itu kejahilan, mereka tidak akan balas kejahilan dengan kejahilan, tpai mereka balas dengan سَلَامًا, yaitu artinya mereka mengucapkan kata-kata yang mereka selamat dari hal kebodohan/ kesombongan/ keangkuhan.

Orang kalau sombong kemudian ada yang mengkritik/ protes, mungkin dia akan langsung membalas dengan suara yang tinggi. Mengapa? Karena dia merasa hebat, dia merasa kuat, maka dia mungkin akan membalas dengan kata-kata yang kasar, yaitu kejahilan dengan kejahilan.

Tapi kalau orang tawadhu’ tahu. Dia tahu bahwasanya dia adalah hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala yang rendah di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak perlu dia angkuh di hadapan hamba-hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala yang lain. Bahkan ada orang bersikap jahil kepada dia, maka dia balas dengan cara yang halus/ baik, yaitu dengan menolak kejahilan mereka dengan kelembutan dan kehalusan, dengan tidak bersikap jahil seperti mereka.

Inilah, Subhanallah sifat tawadhu’ ini bukan sifat yang sepele. Bahkan ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan ciri-ciri penghuni surga ‘Ibadurrahman, sifat pertama Allah Subhanahu wa Ta’ala sebutkan pada mereka adalah mereka tawadhu’.

الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا

“Kalau berjalan di atas muka bumi, maka berjalan dengan rendah hati.”

Maka seseorang belajar bersikap seperti mereka dalam berkata-kata, dalam menulis status, dalam menyikapi musuh/ lawan dengan tawadhu’ sehingga bisa memiliki sifat dari sifat-sifat mulia yang dimiliki oleh ‘Ibadurrahman, yaitu para penghuni surga.

▬▬•◇✿◇•▬▬

Mari turut menyebarkan catatan kajian tentang “Materi 57 – Tawadhu’ Sifat ‘Ibadurrahman” ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Baarakallahu fiikum..

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: