Tulisan tentang “Perhatian Al-Qur’an dan Hadits Terhadap Waktu” ini adalah catatan yang kami tulis dari video kajian Islam yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A. Hafidzahullah.
A. Mukaddimah Kajian Waktu Seperti Pedang
Navigasi Catatan:
B. Perhatian Al-Qur’an dan Hadits Terhadap Waktu
1. Perhatian Al-Qur’an Terhadap Waktu
Menit ke-8:10 Dalam Al-Qur’an banyak, yaitu kita tahu bahwa Allah tidaklah bersumpah kecuali dengan sesuatu yang penting. Contoh, Allah bersumpah:
وَالْفَجْرِ ﴿١﴾ وَلَيَالٍ عَشْرٍ ﴿٢﴾
“Demi fajar. Demi sepuluh awal Dzulhijjah atau dalam sebagian tafsiran demi sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan.” (QS. Al-Fajr[89]: 2)
Contoh lagi, Allah bersumpah:
وَالنَّهَارِ إِذَا تَجَلَّىٰ ﴿٢﴾
“Demi siang…” (QS. Al-Lail[92]: 2)
Demikian juga Allah bersumpah dengan:
وَالضُّحَىٰ ﴿١﴾
“Demi waktu dhuha.” (QS. Adh-Dhuha[94]:1)
Allah bersumpah juga:
وَالْعَصْرِ ﴿١﴾
Ada dua tafsiran: “Demi masa atau demi waktu.” kemudian tafsiran yang lain: “Demi waktu ashar.”
Ini semua dan mungkin ada ayat-ayat lain yang menunjukkan bagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala bersumpah dengan waktu-waktu tersebut. Isyarat bagi kita bahwasannya waktu-waktu ini adalah nikmat dari Allah Subhanahu wa Ta’ala yang harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Karenanya sebagian ulama menafsirkan kenapa Allah bersumpah dengan waktu fajar, yaitu karena di situ ada shalat subuh dan awal puasa, dikaitkan dengan ibadah. Sama seperti kenapa Allah bersumpah dengan waktu dhuha? Karena disitu ada shalat dhuha.
Sama ketika Allah bersumpah dengan “Demi waktu Ashar” yaitu karena disitu ada shalat ashar yang orang sering melalaikannya. “Demi sepuluh hari awal bulan Dzulhijjah” atau “Demi 10 akhir bulan Ramadhan” karena ini adalah waktu beramal sebanyak-banyaknya, karena pahala dilipatgandakan pada 10 hari Dzulhijjah dan 10 malam bulan Ramadhan.
Intinya ketika Allah bersumpah dengan waktu-waktu ini menunjukkan bahwasanya waktu adalah penting, karena ini nikmat yang kita akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan ini semua dikaitkan dengan masalah ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kemudian diantaranya firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
فَإِذَا فَرَغْتَ فَانصَبْ ﴿٧﴾
“Jika engkau telah selesai, maka menujulah pada kegiatan berikutnya.” (QS. Asy-Syarh[94]: 7)
Maksudnya yaitu isi waktumu dengan hal-hal bermanfaat. Kalau sudah selesai, lanjutkan dengan yang lain, jangan malas-malasan.
Demikian juga Allah menyebutkan dalam ayat yang lain, kata Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ خِلْفَةً لِّمَنْ أَرَادَ أَن يَذَّكَّرَ أَوْ أَرَادَ شُكُورًا ﴿٦٢﴾
“Dan Dialah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menjadikan malam dan siang bergantian bagi orang yang hendak mengagungkan Allah atau orang untuk bersyukur.” (QS. Al-Furqan[25]: 62)
Jadi Allah ingatkan bahwasannya waktu pergantian siang dan malam untuk ingat Allah dan untuk bersyukur.
Ini semuanya dalil bahwasannya Al-Qur’an perhatian terhadap waktu.
2. Perhatian Hadits Terhadap Waktu
Hadits juga banyak, bagaimana hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyatakan tentang pentingnya waktu. Contohnya, hadits yang masyhur, kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ : الصِّحَّةُ وَالفَرَاغُ
“Dua nikmat yang banyak orang tertipu (merugi) pada keduanya: kesehatan dan waktu luang.” (HR. Bukhari)
Di sini Nabi ingatkan tentang مَغْبُونٌ (terpedaya), seperti seorang membeli barang dalam jumlah sedikit, ternyata barang itu sangat murah sekali namun dia hanya membeli satu atau dua, seandainya dia tahu barang itu murah sekali mungkin dia sudah membeli dalam jumlah banyak.
Dalam hadits ini, seseorang menyangka bahwa waktu adalah perkara yang sepele, padahal sangat besar di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena setiap detik yang lewat pada diri Anda berkaitan dengan kenikmatan yang akan Anda dapati di akhirat kekal selama-lamanya.
Jadi, banyak orang terpedaya, tertipu, merugi, karena setiap detik yang dilewati mempengaruhi status Anda di akhirat yang abadi. Makanya Nabi mengatakan:
لاَ تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ
“Jangan kau meremehkan kebaikan sedikitpun meskipun hanya tersenyum ketika bertemu dengan kawanmu.” (HR. Muslim)
Senyum berapa detik? Tapi ini ada pengaruhnya di akhirat dan pengaruhnya abadi. Entah naik derajat di surga yang lebih tinggi atau lainnya, tapi yang jelas pengaruhnya abadi.
Inilah kenapa Nabi mengatakan bahwa banyak orang terpedaya, bukan sedikit. Apalagi kalau kita bicara zaman sekarang, kita yang berbicara ini juga terpedaya, banyak waktu yang saya buang. Dengan adanya medsos, meskipun yang pegang instagram juga admin, yang pegang YouTube juga adamin, yang pegang facebook juga admin, tapi saya kan juga ingin melihat, ingin tahu perkembangan dakwah. Kadang-kadang saya buang-buang waktu, kadang-kadang saya komentar yang tidak bermanfaat, tapi itulah, semoga Allahmengampuni saya.
Contoh lagi, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَ صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
“Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara: masa mudamu sebelum datang masa tuamu, waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, masa kayamu sebelum datang masa miskinmu, waktu luangmu sebelum datang waktu sibukmu, dan hidupmu sebelum datang matimu” (HR. Al Hakim. Beliau dan Syaikh Al-Albani menshahihkannya).
Ini lima perkara yang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ingatkan agar kita manfaatkan, dan ini berkaitan dengan waktu semuanya. Apalagi orang yang memanfaatkan waktu dimasa muda, luarbiasa spesial. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebutkan tentang tujuh golongan yang Allah naungi pada hari hari kiamat kelak, diantaranya:
شَا بٌّ نَشَأ ِفي عِبَا دَةِ اللهِ
“Anak muda yang menghabiskan waktunya di dalam ketaatan kepada Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kenapa demikian? Jawabannya karena biasanya masa muda adalah waktu dia senang-senang, tetapi ternyata orang ini dimasa mudanya dia habiskan waktunya untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Lihat juga: 7 Orang Yang Dinaungi Allah
Kemudian tadi kata Nabi: “Waktu luangmu sebelum waktu sibukmu.” Kita ada waktu luang dan kita ada waktu-waktu sibuk. Dan waktu luang itu jangan kita sia-siakan, karena itu adalah nikmat yang banyak orang terpedaya.
Oleh karenanya hati-hati, ingat bahwa kita termasuk dalam hadits ini.
Kemudian diantaranya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ أربع : عن عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ.
“Tidak akan bergeser kaki seorang hamba pada hari kiamat nanti, sampai ditanya tentang empat hal :
- tentang umurnya untuk apa dia gunakan,
- tentang ilmunya, sejauh mana dia amalkan ilmunya tersebut,
- tentang hartanya, dari mana harta tersebut didapatkan dan untuk apa harta tersebut dibelanjakan, dan
- tentang tubuhnya, untuk apa dia gunakan.” (HR. At-Tirmidzi, Ad-Daarimi, Abu Ya’la)
Inilah.. jangan Anda kira hanya ditanya tentang mobil, sepeda, baju yang bagus, tas yang mahal, tapi waktu juga ditanya. Dan waktu adalah nikmat. Makanya Allah berfirman:
ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ ﴿٨﴾
“Sungguh kalian akan ditanya pada hari kiamat kelak tentang kenikmatan.” dan nikmat tersebut diantaranya adalah nikmat waktu.
Kemudian -masih banyak hadits, tapi yang ingin sampaikan- Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
ﺍِﺣْـﺮِﺹْ ﻋَـﻠَـﻰ ﻣَﺎ ﻳَـﻨْـﻔَـﻌُـﻚَ ﻭَﺍﺳْﺘَﻌِﻦْ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ﻭَﻟَﺎ ﺗَـﻌْﺠَـﺰ
“Semangatlah mencari apa yang bermanfaat bagimu, minta tolong kepada Allah, jangan malas.” (HR. Muslim)
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berdoa juga, diantaranya:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْكَسَلِ
“Ya Allah, aku berlindung kepada Engkau dari kemalasan.” (HR. An-Nasa’i)
Kalau kita mau datangkan dalil terlalu banyak. Cukup bagi kita menjelaskan bahwasanya Islam adalah perhatian dengan waktu. Karena hakikatnya waktu kita adalah umur kita. Hakikat kehidupan kita adalah waktu kita. Dan selama kita punya umur, berarti kita bisa bercocok tanam dan hasilnya pasti kita dapatkan di akhirat.
Jika ada petani yang hanya melihat ladangnya tanpa bercocok tanam, tentu ini sangat disayangkan. Kalau dia mau memanfaatkan waktunya, maka seharusnya dia menanam.
“Semangatlah atas apa yang bermanfaat bagimu,” Karena semua yang bermanfaat harus kita kerjakan, sampai-sampai Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda dalam hadits lain:
إِنْ قَامَتِ السَّاعَةُ وَفِي يَدِ أَحَدِكُمْ فَسِيلَةٌ ، فَإِنِ اسْتَطَاعَ أَنْ لَا تَقُومَ حَتَّى يَغْرِسَهَا فَلْيَغْرِسْهَا
“Kalau tegak hari kiamat, sementara salah seorang dari kalian petani masih punya tanaman yang ingin dia tanam, jika dia mampu tidak tegak hari kiamat sebelum dia tanam, maka tanamlah.” (HR. Bukhari)
Artinya bahwa bahkan menjelang hari kiamat kalau ada suatu perkara yang bermanfaat bagimu, maka kerjakanlah.
C. Contoh Perhatian Para Ulama Terhadap Waktu
Baca di sini: Contoh Perhatian Para Ulama Terhadap Waktu
Video Kajian Perhatian Al-Qur’an dan Hadits Terhadap Waktu
Sumber Video: Ustadz Firanda Andirja – Waktu Seperti Pedang
Mari turut menyebarkan kajian “Perhatian Al-Qur’an dan Hadits Terhadap Waktu” ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi kita semua. Barakallahu fiikum..
Komentar