Permisalan Jiwa (bag. 1)

Permisalan Jiwa (bag. 1)

faedah kajian Kitab Tazkiyatun Nufus kaedah ke 10

Dari Menit ke : 14:25

Al-Imam Al-Ajuri rahimahullahu ta’ala di dalam kitab beliau Adabun Nufus, beliau mengatakan :

“Saya akan memberikan permisalan kepadamu dengan satu contoh,

Ketahuilah bahwasanya jiwa itu permisalannya yaitu seperti bibit unggul dari seekor kuda, atau anak kuda yang unggul.

Apabila ada seseorang yang melihatnya, maka dia akan takjub dengan bagusnya anak kuda tersebut.

Berkatalah ahlul bashirah, (seorang ahli dalam ilmu perkudaan) : “Bibit unggul ini tidak akan bisa memberikan manfaat sampai ia dilatih, dan diajarkan dengan pengajaran yang baik, dilatih dengan pelatihan yang baik, maka dengan demikian dia akan memberikan manfaat.

Kalau tidak dilatih walau pun dia bibit yang unggul maka dia akan sama juga dengan kuda-kuda yang lain.

Sehingga dia bisa dijadikan tunggangan, dipacu dengan kencang dan pemiliknya akan mendapatkan manfaat.

Tetapi kalau dia tidak melatihnya, maka pemiliknya tidak akan mendapatkan manfaat dari kuda tersebut, padahal kuda tersebut itu adalah bibit yang unggul, punya potensi yang bagus.

Apabila pemilik anak kuda yang unggul ini menerima nasihat dari seorang ahli, kemudian nasihat itu mendorongnya untuk melatih kudanya, maka tentu dia akan mendapatkan kebaikan dan manfaat dari kuda tersebut.

Kemudian syarat yang berikutnya, yang jadi pelatihnya itu tentu adalah orang yang berilmu tentang melatih kuda, jadi bukan pelatih sembarangan….”

– Walau pun bibitnya unggul tapi pelatihnya ini bukan orang yang ahli, ini tidak akan menghasilkan kuda yang bagus.

– Harus didatangkan seorang yang ahli yang pakar dalam melatih kuda.

“Tidak cukup dia hanya seorang ahli, tetapi dia juga harus sabar ketika dia melatih kuda.”

– kadang ada seorang yang ahli, tapi dia tidak telaten dalam melatih kuda, tidak sabar dia melatih kuda, mungkin dia inginnya dalam 2 hari kudanya harus jadi kuda yang bagus, bisa berlari laju kencang, tidak mungkin! Harus telaten.

“Kalau seperti ini kondisinya, maka pemilik kuda itu akan mendapatkan manfaat.

Tapi sebaliknya kalau yang melatihnya itu tidak punya keahlian, tidak punya ilmu tentang perkudaan, maka dia akan merusak bibit unggul tersebut, dia pun hanya akan membuat capek.

Tapi kalau dia ahli namun dia tidak telaten, tidak sabar dalam melatihnya, dia terburu-buru, maka tentunya tidak akan menghasilkan kuda yang bagus, tidak bisa menghasilkan kuda yang mantap, tidak bisa kita tunggangi, tidak bisa dibawa dalam berbagai kondisi, tidak bisa melaju kencang. Nah begitulah juga dengan jiwa kita.”

– Maka kita harus menerima nasihat dari orang yang ahli dalam jiwa, yaitu para ulama, ulama-ulama yang menulis kitab-kitab tentang pensucian jiwa, harus kita terima nasihat dan kita juga harus sabar ketika melatih jiwa kita, sehingga kemudian kita mendapatkan kesucian jiwa, mendapatkan ketenangan, kelapangan.

– kalau kita tidak sabar jiwa kita nanti akan menjadi jiwa yang rendah, jiwa yang senantiasa menuruti hawa nafsunya, jiwa yang selalu memerintahkan kepada keburukan.

Berkata Syaikh Abdurrozzaq bin Abdul Mukhsin al-Badr hafizhahullahu ta’ala :

“Maka, Pikirkanlah rahimani kumullah perumpamaan ini, pahamilah dengan baik, niscaya kalian akan sukses, kalian akan beruntung dan kalian akan selamat.”

– Jadi kita harus berilmu tentang jiwa ini agar kita bisa mengendalikannya, bisa mensucikannya. Kalau kita tidak berilmu, kemudian kita juga tidak sabar, kita tidak akan pernah sampai kepada pensucian jiwa.

Syaikh Àbdurrazzaq bin Abdul Mukhsin al-Badr hafizhahullahu ta’ala mengatakan :

Ini adalah contoh yang pertama, yang dijelaskan oleh al-imam al-ajuri rahimahullah ketika beliau menerangkan tentang jiwanya manusia, bahwasanya jiwa manusia itu seperti anak kuda yang unggul yang perlu kepada riyadhah (pelatihan) dan kesabaran didalam melatihnya, maka hendaklah kita memiliki ilmu tentang perkara-perkara yang memperbaiki jiwa dan mensucikannya.

– Kalau kita tidak belajar maka kita akan salah, seperti yang pertama kita jelaskan, orang ketika ingin mensucikan jiwanya apa yang dilakukannya? Dia melakukan puasa mutih misalnya (puasa putih) hanya makan yang putih saja, makan nasi putih, daging tidak mereka makan, alasannta kalau makan danging nanti syahwatnya akan naik, nanti saya tidak bisa mengendalikan jiwa saya.

– Atau dia mengamalkan dzikir-dzikir tertentu yang tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah Shalallahu’alaihi wasallam, atau yang dilakukan sebagian orang dia bersemedi. (Ustadz Arwi Fauzi Asri hafizhahullahu)

Kemudian Syaikh Àbdurrazzaq bin Abdul Mukhsin al-Badr hafizhahullahu ta’ala mengatakan :

“Dan seseorang apabila melalaikan pengetahuan ini dan pelatihan (pensucian jiwa) ini maka dia akan menyesal dengan pengyesalan yang besar.”

 

Wallahu A’lam

___________

faedah Menit ke : 14:25 s/d 39:08 di : https://t.me/detikfaedah/55

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: