Sombong, Saat Merasa Dirinya Sudah Cukup

Sombong, Saat Merasa Dirinya Sudah Cukup

Tulisan tentang “Sombong, Saat Merasa Dirinya Sudah Cukup” ini adalah catatan faedah dari ceramah singkat yang dibawakan oleh Ustadz Dr. Firanda Andirja, Lc. MA. Hafizhahullahu Ta’ala.

Sombong, Saat Merasa Dirinya Sudah Cukup

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman

كَلَّا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَيَطْغَىٰ (٦) أَنْ رَآهُ اسْتَغْنَىٰ (٧)

“Sekali-kali tidak! Sungguh, mansia itu benar-benar melampaui batas, apabila melihat dirinya serba cukup.” (QS. Al ‘Alaq [96] : 6-7)

Jadi manusia kalau sudah merasa dirinya berkecukupan, sudah kaya, sudah tidak butuh sama yang lain, dia melakukan tughyan (melampaui batas), seperti firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

إِنَّا لَمَّا طَغَى الْمَاءُ حَمَلْنَاكُمْ فِي الْجَارِيَةِ

“Sesungguhnya ketika air naik (sampai ke gunung), Kami membawa (nenek moyang) kamu ke dalam (bahtera) kapal,” (QS. Al Haqqah [69] : 11)

Yaitu air sudah meluap banyak sekali.

Demikianlah manusia, ketika dia susah, ketika miskin, ketika sulit, dia tawadhu. Akan tetapi ketika dia sudah melihat dirinya merasa memiliki jabatan dan kekayaan, maka dia melakukan hal-hal yang melampaui batas. Pada hakikatnya dia tetap fakir, makanya Allah Subhanahu wa Ta’ala  mengggunakan ungkapan;

أَن رَّآهُ اسْتَغْنَىٰ

“Tatkala dirinya merasa sudah berkecukupan.”

Padahal hakikatnya dia tidak pernah bisa mencukupkan diri dari kenikmatan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala  berikan kepadanya. Bagaimanapun dia tetap butuh kepada bumi-Nya, tetap butuh kepada udara-Nya, tetap butuh kepada-Nya untuk membuat jantungnya tetap berdetak, dia tidak pernah tidak butuh kepada-Nya. Makanya Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ

“Wahai manusia sekalian, kalian sesungguhnya senantiasa fakir (butuh) kepada Allah.” (QS. Fatir[35]: 15)

Tapi tadi yang membuat dia lupa yaitu ketika dia melihat dirinya sudah hebat. Makanya ikhwan, hati-hati ketika orang sudah mencapai hal-hal yang menunjukkan dia kaya atau dia punya jabatan, maka dia harus jaga diri. Karena hati ini sulit untuk dikontrol.

Ayat ini sebetulnya turun tentang Abu Jahal yang dia merasa hebat karena dia dari Bani Makhzum dan dia punya anak buah serta harta yang banyak. Terkumpul pada dia banyaknya anak buah (pengikut) dan juga banyaknya harta. Sehingga membuat dia kemudian melampaui batas kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan para sahabat.

Kita dapati sebagian orang sekarang baru memiliki harta sedikit sudah melampaui batas, baru punya jabatan sedikit sudah melampaui batas, lupa diri bahwasanya dia hanyalah manusia yang diciptakan dari air mani yang hina, dalam perutnya juga ada kotoran yang bau, dan kalau dia mati akan menjadi bangkai yang hina.

Oleh karenanya ada orang kaya dan hebat ketika bertemu dengan seorang ulama, dia bertanya kepada ulama tersebut: “Tidak tahukah kamu siapa saya?” Kata ulama tersebut: “Saya tahu kamu siapa. Kamu adalah seorang yang tercipta dari air mani yang hina, sekarang dalam perutmu juga ada kotoran yang bau, kalau kau mati akan menjadi bangkai yang hina. Itulah hakikatmu.”

Maka seseorang jangan sampai lupa diri. Jauhkan hal-hal yang membuat kita lupa diri.

Kalau dulu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:

الْخُيَلَاءُ فِي أَهْلِ الْخَيْلِ وَالْإِبِلِ، وَالسَّكِينَةُ فِي أَهْلِ الْغَنَمِ

“Kesombongan bersama para pemilik kuda dan pemilik unta, sementara ketenangan bersama pemilik kambing.” (HR. Muslim)

Maka untuk barang-barang mewah zaman sekarang juga berpotensi besar untuk membuat orang menjadi sombong. Jadi kalau dulu kita punya kuda, orang bisa bangga; “Kuda saya hebat, tinggi”. Kuda Arab dibandingkan dengan kuda Ceger mungkin. Kemudian unta. Makanya ada lomba pacuan kuda dan lomba pacuan unta. Tapi kalau kambing, apa yang mau disombongkan? Paling kambing disembelih, selesai. Jadi mau sombong dengan kambing tidak bisa. Adapun kuda atau unta bisa membuat sombong dan lupa diri.

Demikian juga barang-barang mewah, mobil mewah, jam mewah, motor besar mewah, dan hal-hal lain yang branded bisa bikin orang lupa diri.

Seseorang kalaupun dia punya barang-barang tersebut karena keperluan, maka dia harus melawan dirinya dengan sesekali hidup sederhana, kalau naik pesawat duduk di ekonomi, kalau makan -mungkin- di emperan. Jadi jangan selalu dengan style yang tinggi karena dia bisa lupa diri.

Saya berbicara kenyataannya. Tidak usah kita bicara orang yang jabatannya tinggi. Baru naik jabatan kecil saja sudah angkuh luar biasa. Baru jadi orang kaya sudah mentang-mentang. Baru beli mobil Avanza, sudah angkuh. Belum kalau beli mobil yang lebih mahal.

Manusia itu lemah, susah mengontrol dirinya. “Sesungguhnya manusia itu melampaui batas, tatkala dia merasa dirinya sudah berkecukupan.”

Mp3 Ceramah Singkat


Sumber mp3: Team kelas UFA Official

Mari turut menyebarkan catatan kajian tentang “Sombong, Saat Merasa Dirinya Sudah Cukup” ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum..

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: