Ceramah Singkat: Pemuda Milenial

Ceramah Singkat: Pemuda Milenial

Tulisan tentang “Pemuda Milenial” ini adalah catatan faedah dari ceramah singkat yang dibawakan oleh Ustadz Abu Fairuz Ahmad Ridwan, Lc, MA. Hafidzahullahu Ta’ala.

Ceramah Singkat : Pemuda Milenial

Dalam Islam, pemuda begitu besar perannya. Pemudalah yang diharapkan untuk mewujudkan segala macam bentuk kebaikan-kebaikan. Adapun orang-orang yang telah tua renta, memang mereka memiliki pengalaman yang dalam. Mereka tak memiliki tenaga yang kuat, tidak sebagaimana energinya para pemuda. Karena itulah kita perhatikan dalam Islam, yang menyebarkan Islam ini adalah para pemuda. Lihatlah bagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala memuji pemuda-pemuda yang menyelisihi agama dan budaya masyarakat dalam surat Al Kahfi.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ آمَنُوا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنَاهُمْ هُدًى

“… Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.” (QS. Al Kahfi [18] : 13)

Kata-kata فِتْيَةٌ menunjukkan mereka para pemuda. Pemuda adalah harapan bangsa. Ketika pemuda rusak, jangan pernah berharap bangsa akan menjadi bangsa yang besar.

Sungguh naif rasanya, sungguh memprihatinkan, fenomena yang sangat miris, kita lihat para pemuda yang mereka (sejatinya) hilang. Mereka adalah generasi yang hilang lebur bersama musuh-musuh Islam. Kita melihat berragam tipe pemuda yang mereka mengacu kepada pemuda-pemuda yang bukan tegak diatas Islam. Lihat dari cara mereka berpakaian, cara mereka menggunting rambut, lihat dari tato-tato mereka, Anda akan paham bahwasanya inilah pemuda-pemuda yang terfitnah dengan zaman.

Mereka mengatakan inilah ciri-ciri pemuda milenial. Apa ciri-cirinya? Rambut cepak atau rambut botak diiris-iris dan penuh tato (di tubuh). Inilah pemuda milenial kata mereka. Tapi inikah pemuda yang diinginkan Islam? Tidak.

Islam menginginkan pemuda-pemuda yang berjiwa besar untuk berkhidmat terhadap bangsa dan negaranya serta untuk agamanya. Kita pernah melihat bahwasanya dalam sejarah berkumpul empat orang pemuda di bawah naungan Ka’bah. Mereka berkata, “Kita adalah para pemuda. Apa yang akan kita jadikan sebagai mimpi-mimpi kita?” Subhanallah.

Berkata yang pertama, Mush’ab bin Zubair, “Saya bermimpi (bercita-cita) akan menjadi penguasa di Iraq. Saya akan menikahi dua wanita cantik, perempuan-perempuan shalihah (‘Aisyah) puteri Thalhah dan (Sukainah) puteri Husain. Itu yang jadi cita-cita besar saya.”

Berkata yang kedua, ‘Urwah bin Zubair, “Adapun saya, saya bermimpi menjadi seorang ulama hadits yang duduk bersimpuh, datang kepada saya manusia mengambil ilmu hadits dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Mereka datang dari berbagai penjuru dunia.”

Yang ketiga ‘Abdul Malik bin Marwan, dia berkata, “Saya bermimpi bahwa saya menjadi penguasa yang menguasai dunia, menjadi khalifah.” Subhanallah.

Yang terakhir, ‘Abdullah bin ‘Umar, beliau ini adalah sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, sedangkan yang tiga lainnya tadi adalah tabi’in. Dia berkata, “Cita-cita saya, saya berharap semoga bisa masuk surganya Allah Subhanahu wa Ta’ala.”

Yang pertama ingin menjadi gubernur di Iraq menikahi dua putri yang cantik jelita yang terkenal kejelitaannya, kepintarannya, kesalihannya, putri Thalhah dan putri Husain. Yang kedua, ingin menjadi ulama yang datang kepadanya orang menimba ilmu. Yang ketiga ‘Abdul Malik dan yang terakhir ‘Abdullah bin ‘Umar. Di antara keempat orang ini, mana yang paling besar cita-citanya? Yang paling besar adalah ‘Abdullah bin ‘Umar. Dia menginginkan surganya Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Inilah ciri-ciri pemuda yang obsesinya adalah negeri akhirat, bukan dunia yang fana. Subhanallah. Dan akhirnya kita melihat bagaimana keempat pemuda ini semua berjuang dan berhasil mewujudkan mimpi-mimpinya. Dialah Mush’ab bin Zubair sebagai gubernur Iraq di Kuffah ketika saudaranya ‘Abdullah bin Zubair menjadi penguasa di Hijaz. ‘Urwah menjadi salah satu ulama di Madinah yang disebut dengan nama fuqohausab’ah. Datang orang-orang menimba ilmu kepadanya. Dan ‘Abdul Malik bin Marwan berhasil menjadi penguasa dinasti Bani Umayyah. Dan kita pun berharap ‘Abdullah bin ‘Umar berhasil meraih mimpinya mendapatkan surganya Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Para pemirsa yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala, silahkan kejar cita-citamu. Silahkan bermimpi, tapi seorang pemuda yang hakiki adalah pemuda yang memiliki mimpi yang besar, mimpinya tidak menjajah di bumi tapi melanglang buana ke langit.

Apa kata ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz? “Dahulu aku berharap menjadi gubernur, akhirnya Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepadaku jabatan. Aku menjadi gubernur di kota Madinah. Berkata ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz, “Aku punya jiwa yang selalu senantiasa ingin sesuatu yang tinggi. Jiwaku ini ingin menjadi seorang gubernur, akhirnya aku pun mendapatkan gubernur.” Kemudian dia malah meninggi lebih tinggi daripada itu. “Jiwaku ini ingin menjadi khalifah, akhirnya kudapatkan khalifah. Sekarang jiwaku tak lagi menginginkan yang lain, kecuali surga Allah Subhanahu wa Ta’ala. Aku berharap aku pun mendapatkan surga Allah Subhanahu wa Ta’ala.”

Perhatikan dalam hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang mulia, di antara tujuh golongan yang akan dinaungi di hari kiamat, siapa diantaranya?

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

… وَ شَابُّ نَشَاِ في عِبَادَةِ اللهِ تعلى,

“… pemuda yang tumbuh di atas ketaatan kepada Allah Ta’ala, ..” (Muttafaqun ‘alaih)

Ini pemuda yang dahsyat. Ketika semua orang tenggelam dalam menghabiskan masa muda mereka untuk hura-hura, dia tidak. Subhanallah. Ini lelaki yang kelak akan dinaungi di padang mahsyar dengan naungan ‘Arsy Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Kita perhatikan bagaimana para pemuda di zaman Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Datang ‘Abdullah ibnu ‘Umar ingin berjihad bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pada Perang Uhud, lalu ia ditolak oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam karena masih berusia 14 tahun. Lalu ia berkata, “Ya Rasulullah, aku pandai dalam memanah, izinkan aku berperang membela agama Allah Subhanahu wa Ta’ala.” Maka Nabi mengetesnya, meletakkan sesuatu di satu tempat, lalu berkata, “Panahlah.” Dan dia pun memanahnya dengan sangat tepat. Padahal umurnya belum sempurna 15 tahun. Masih 14 tahun. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengizinkan dia.

Salah seorang sahabat kepercayaan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bertanya, “Mengapa Engkau izinkan dia? Mengapa saya tak Engkau izinkan? Demi Allah, saya akan mengalahkan dia dalam bertinju.” Akhirnya keduanya diperintahkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk bertinju, dan pemuda yang pandai memanah dikalahkan oleh sahabat tersebut. Kemudian dua-duanya diizinkan untuk ikut berperang.

Ini pemuda harapan Islam, bukan pemuda milenial yang menjadi sampah masyarakat, mengganggu masyarakat dengan tampilan yang tidak nyaman bila seseorang melihatnya, rambut yang dicat warna biru, merah, dan lain-lain. Subhanallah. Bentuk wajah yang begitu aneh, dipenuhi dengan tato bagaikan baju batik tubuhnya. Subhanallah, di sana sini ada anting, inikah pemuda harapan Islam? Tidak.

Lihatlah bagaimana Usamah bin Zaid yang berusia 18 tahun diperintahkan untuk memimpin pasukan besar menghadapi Romawi. Subhanallah. 18 tahun, anak-anak sekarang, apa kerja mereka? Buat klub motor, ngebut-ngebutan di jalan, dan menyusahkan orang tua. Ini bukan pemuda harapan Islam. Katakan mereka pemuda milenial, tapi bukan pemuda harapan Islam.

Jadilah Anda pemuda harapan Islam, jadilah Anda pemuda yang berjiwa besar. Berkhidmat untuk agama Allah Subhanahu wa Ta’ala.

 

Video Ceramah Singkat : Pemuda Milenial

Sumber video: Yufid TV

Mari turut menyebarkan catatan kajian tentang “Pemuda Milenial” ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum..

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: