Kajian Spesial Umroh Sesuai Sunnah Ustadz Maududi Abdullah Lc.

Kajian Spesial Umroh Sesuai Sunnah Ustadz Maududi Abdullah Lc.

Kajian Spesial Umroh Sesuai Sunnah Ustadz Maududi Abdullah Lc. ini merupakan transkrip ceramah singkat yang disampaikan oleh Ustadz Maududi Abdullah, Lc Hafizhahullahu Ta’ala.

Kajian Spesial Umroh Sesuai Sunnah Ustadz Maududi Abdullah Lc.

Menit ke-24:51 Semangat kita beribadah di negeri ini luar biasa. Namun yang paling sering terjadi adalah melemah ketika kita balik ke tanah air. Maka nasihat tambahan saya pada kesempatan yang berbahagia ini, usahakan semangat ini kita bawa pulang ke Indonesia. Kalau semangat seperti ini kita bawa, maka kita akan juga mendapatkan kenikmatan hidup seperti yang kita rasakan sekarang di sini.

Lihatlah diri kita -subhanallah- pada saat kita berada di Kota Mekah ini. Jam berapa kita berangkat ke masjid shalat subuh? Ada yang jam tiga, setengah tiga, bahkan jam 1 juga ada.

Lihatlah telinga kita terpelihara dari dosa. Lihat dimana orang bermusik-musik di sini? Tidak ada. Lihat mata kita terpelihara dari dosa. Mana -subhanallah- semua orang tutup aurat. Mau di masjid atau di mall semua orang tutup aurat. Mata dan telinga kita terpelihara, lisan kita banyak berzikir, bertasbih, membaca Al-Qur’an, kaki kita langkahkan ke rumah Allah yang terbaik di permukaan bumi. Kita melakukan ibadah-ibadah yang luar biasa. Namun sebuah nasihat untuk diri saya dan kita semuanya, jangan seperti yang dikatakan Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu:

لا تكونوا إمعة..

“Kamu jangan menjadi orang yang ikut-ikutan…”

Maksud ikut-ikutan adalah menjadi baik karena orang sekelilingnya baik. “Apabila manusia melakukan kebaikan, kamu ikut baik bersama mereka. Namun ketika manusia berbuat buruk, kalian ikut berbuat buruk bersama mereka.”

Suatu hal yang baik ketika manusia melakukan kebaikan kita ikut kebaikan itu. Namun ingat ketika kita balik ke negeri keburukan, jangan terpengaruh dengan keburukan yang sama.

Kata Abdullah bin Mas’ud, “Katakan: “Apabila manusia berbuat baik, aku akan berbuat baik. apabila manusia berbuat buruk, aku tetap berbuat baik.

Kenapa timbul semangat yang luar biasa? Banyak penyebab. Di antara penyebabnya adalah kondisi sekitar kita manusia berpacu didalam ketaatan, kita pun ikut berpacu dalam ketaatan. Kondisi dimana kita bersemangat karena merasa waktu kita sangat sangat sedikit keberadaan di Kota Mekah, sehingga memanfaatkan itu semaksimal mungkin untuk beribadah di masjid terbaik.

Keutamaan Masjid Al-Haram adalah satu kali shalat lebih baik daripada 100.000. Maka untuk mencapai satu shalat itu membutuhkan 277 tahun lebih. Seperti tadi Bapak Ibu shalat Maghrib di Masjidil Haram -tentu kita berharap Allah terima dan saya doakan ibadah kita diterima di sisi Allah- maka untuk mencapai yang seperti itu di selain Masjidil Haram, masjid Nabawi dan Masjid Aqsa, itu butuh 277 tahun. Apalagi yang lebih baik daripada itu?

Maka keberadaan kita yang singkat di sini juga memicu semangat untuk beribadah kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala. Sehingga sebagian kaum muslimin mengatakan bahwa “Saya iri kepada mereka-mereka yang tinggal di kota Mekah. Mereka bisa shalat di Masjidil Haram, bisa beribadah, bisa Haji, bisa berumroh.”

Iri boleh saja, asal iri itu maksudnya adalah iri dengan pahala yang dia dapatkan. Akan tetapi setiap Negeri pasti punya kelebihan dan dan kekurangan. Orang dengan kondisi apapun pasti memiliki kelebihan dan kekurangan.

Tauhid dan Ittiba’

Nasihat kita adalah pertahankan itu. Di sini kita benar-benar bertauhid, beribadah kita hanya kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala, maka pertahankan tauhid itu selama di negeri kita. Sampai akhir hayat.

Di sini kita dididik untuk ittiba’. Cobalah lihat hampir tidak ada orang pergi umroh -walau dia otaknya memang luar biasa kotor dan jahat dan selalu mengatakan perkataan yang aneh-aneh yang menyelisi sunnah Nabi- di antara mereka yang ketika disuruh buka baju kemudian memakai baju ihram kemudian mengatakan “Tidak mau, ngapain pakai baju ihram?” Sejahat-jahat pola pikir manusia ketika sudah masuk ke kota Mekah disuruh berumroh, pasti mau pakai baju ihram. Otomatis dia ittiba’ kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Sampai sekarang kita sudah belasan tahun menjadi pembimbing Alhamdulillah belum bertemu seorang pun yang akalnya aneh tidak mau pakai baju ihram. Semua mereka manut (ikut) pakai baju ihram.

Saya ingin mengatakan begini, ada ketaatan yang luar biasa ketika Allah berikan kepada kita kesempatan datang ke Kota Madinah, kesempatan datang ke kota Mekah ini. Allah berikan kepada manusia kekuatan luar biasa, mau saja ikut, mau saja disuruh begini, disuruh begitu. Hampir tidak ada yang bilang “Kenapa kain ihram saya kok pendek seperti ini? Saya biasa pakai celana di bawah mata kaki. Kain ihram saya kenapa setengah tiang begini?” Tidak ada yang bicara begitu. Subhanallah semua manusia cocok. Ibu-ibu tidak ada yang menolak ketika disuruh pakai jilbab panjang. Tapi kenapa ketika sampai di Indonesia mulai aneh lagi? Suruh pakai jilbab besar dia mengatakan gerah dan risih. Disuruh celananya naikkan karena begitu sunnah Nabi, disuruh potong di atas mata kaki, ada yang mengatakan kebanjiran segala macam.

Kenapa ketika balik ke Indonesia, hal yang sudah kita lakukan dan sudah kita alami dan sudah kita jalani dengan nyamannya dan membuat ketenangan dan ketentraman di dalam hati kita itu, ketika balik mulai manusia melakukan hal yang aneh-aneh lagi, dan itu terjadi. Semoga Allah Tabaraka wa Ta’ala jauhkan kita daripada itu.

Ketika disuruh kita tawaf tujuh (putaran), semua ikut tawafnya tujuh. Kenapa demikian? Karena Rasul tawafnya tujuh. Tidak ada yang protes kenapa tujuh? Saya maunya lima belas, saya maunya tiga. Tidak ada yang seperti itu.

Subhanallah, tanpa terasa secara aplikasi kita amalkan. Kita beribadah kepada Allah, lalu kita sampaikan secara lisan Laa Syarika Lak. (tidak ada sekutu bagimu Ya Allah). Itulah tauhid. Tidak ada syirik. Ibadah itu hanya untuk Allah, umroh ini hanya untuk Allah, ihram ini hanya untuk Allah Tabaraka wa Ta’ala, hanya kepada Allah, mengharapkan ridha Allah, mengharapkan ampunan Allah, mengharapkan surga Allah, mengharapkan pahala dan kemuliaan di sisi Allah Tabaraka wa Ta’ala. Itu yang kita harapkan, bukan untuk dunia, bukan untuk pujian, bukan untuk jabatan. Itu kita ucapkan secara lisan.

Di Shafa dan Marwah apa yang kita ucapkan? Laa ilaaha illallaah, wahdahu laa syariika lah. Kedua kalimat ini adalah kalimat tauhid.

Kita ikuti Nabi kita Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Ketika Nabi kita berlari kecil antara tempat ini sampai tempat ini, maka kita pun berlari kecil dari tempat itu ke tempat itu. Ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dulu Sa’i, di tempat kita berlari kecil antara Shafa dan Marwah itu dulu agak landai. Ketika sudah mencapai bibir lembah itu Rasul berlari kecil sampai habis bibir lembah berikutnya. Sekarang karena sudah tidak ada lembah, kemudian dibuatkan dengan lampu hijau. Di situ dulu posisi Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mulai berlari kecil. Kita pun berlari kecil.

Intinya adalah kita benar-benar menerapkan beribadah kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala. Benar-benar mengikuti sunnah dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam perjalanan ini. Mari kita lanjutkan sampai ke negeri kita, mari kita pegang kuat-kuat sampai akhir hayat kita. Dua itulah penyelamat manusia di akhirat, manakala dia beribadah hanya kepada Allah, manakala dia beribadah benar-benar mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Mendahulukan Akhirat daripada Dunia

Yang terakhir, walau bukan yang terakhir. Sebenarnya bahwa dalam perjalanan ini, kita secara aplikasi telah menjadi orang-orang yang mendahulukan akhirat daripada dunia. Coba lihat diri kita. Kita tidak peduli kalau kekurangannya adalah dunia, namun kita akan protes kalau kekurangannya adalah akhirat. Untuk urusan akhirat kita berpacu, untuk urusan dunia ala kadarnya saja. Sambil lewat beli, sambil lewat beli, tapi penuh juga kopernya. Tidak ada target khusus (untuk belanja). Tapi yang namanya shalat adalah target khusus, tawaf target khusus, ke masjid shalat tahajud target khusus. Maka secara aplikasi kita telah menjadi orang yang mendahulukan akhirat daripada dunia.

Saya yakin dan percaya orang-orang seperti kita ini kalau di Indonesia tidak mau pakai baju seperti baju (ihram) yang kita pakai sekarang. Kusut tidak disetrika. Di sini kita tidak peduli. Orang mau ngomong apa terserah yang penting saya shalat, tawaf, dan ke masjid. Kita tidak peduli dengan tampilan. Bahkan banyak yang kemarin saya lihat tidak pakai sendal. Santai meskipun nyeker (tanpa sendal).

Hal-hal yang seperti terjadi, dan mari kita lanjutkan. Intinya jangan terlalu peduli kepada omongan orang. Itu dunia, biarkan dunia. Yang penting bagi kita adalah bagaimana Allah menilai kita. Yang penting bagi kita bagaimana kita taat kepada Rasul kita tercinta Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Ini yang paling penting. Kalau ketaatan kita kepada Allah dan kepada Rasul tidak bertabrakan dengan omongan manusia, ya silakan. Tetapi kalau kita harus taat kepada Allah dan Taat kepada Rasul membuat orang lain kemudian tidak suka melihat kita taat kepada Allah dan taat kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka apa peduli dengan manusia? Tak akan senangnya mereka menambah langkah kita ke surga. Tak akan senangnya mereka membuat kita terhindar dari neraka. Tapi kalau Allah yang senang kepada kita, Allah yang cinta kepada kita, pasti mendapatkan surga dan pasti terhalang dari neraka.

Bapak Ibu yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala, semoga keimanan yang sudah mulai kita perbaiki di dua kota suci ini (Madinah dan Mekah) tidak kita urai lagi sampai di Indonesia. Di dalam Al-Qur’an Allah mengatakan:

وَلَا تَكُونُوا كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِن بَعْدِ قُوَّةٍ أَنكَاثًا…

“Jangan kalian menjadi bagaikan seorang wanita pemintal yang setelah dia pintal lalu dia uraikan lagi…” (QS. An-Nahl[16]: 92)

Dan ini larangan dari Allah Tabaraka wa Ta’ala bagi orang yang sudah mulai memasuki ketaatan, mulai memasuki keimanan, kemudian setelah itu dia tinggalkan keimanan dan ketakwaannya itu.

Mari kita jaga. Demi Allah, kalau kita berhasil membawa pulang 30% atau 40% daripada semangat beribadah kita di sini, semangat mendekatkan diri kepada Allah, semangat mengikuti sunnah Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, semangat mendahulukan akhirat, peduli kepada akhirat, maka akan terjadi kebaikan yang luar biasa di dalam kehidupan kita, bi’idznillah.

Keberadaan kita di Kota Mekah dan Madinah adalah praktek secara aplikasi menjalankan agama Allah. Dan terasa kenikmatan itu. Karena Allah meletakkan kenikmatan hidup di dalam ketaatan kepada Allah Rabbul Izzati wal Jalalah. Bersyukur kepada nikmat adalah ketaatan, bersabar atas musibah adalah ketaatan, bertaubat dari kesalahan adalah ketaatan. Dan di dalam ketaatan-ketaatan itulah Allah letakkan kebahagiaan hidup, bukan di fasilitas dunia.

Banyak sekali orang-orang yang berkelana keliling dunia dia mengatakan “Di sana kita rehat, di sana kita dilayani, di sana kita dimuliakan.” Tapi tidak ada nikmat senikmat kita berada di sini. Padahal di sini tidak seperti yang kita dapatkan ketika kita menghabiskan sejumlah uang untuk pergi rekreasi seperti ke negeri-negeri mereka. Karena di sini rohani/hati kita benahi. Oleh karena itu datanglah ketenangan dan ketentraman dalam hati itu sesuai dengan volume ketaatan ibadah yang kita lakukan.

Kesimpulan Nasihat Kajian Spesial Umroh Sesuai Sunnah Ustadz Maududi Abdullah Lc.

Saya simpulkan tiga nasihat saya, lanjutkan tauhid dalam hidup sampai akhir hayat, lanjutkan juga ittiba’ kepada sunnah Nabi kita tercinta Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sampai akhir hayat, lanjutkan juga kepedulian kita kepada akhirat lebih tinggi daripada peduli kita terhadap dunia hingga akhir hayat. Semoga ini mengumpulkan kita di surga Allah di surga firdaus. Aamiin.

Video Kajian Spesial Umroh Sesuai Sunnah

 

https://www.youtube.com/live/_Uw-j09fV_I?feature=share&t=1210

[SIARAN TUNDA] Kajian Spesial Umroh – Ustadz Maududi Abdullah, Lc & Ustadz Heri Purnama, Lc

🗓 Ahad, 14 Rajab 1444 H / 05 Februari 2023 M
⏰ Pukul 10.00 WIB s/d Selesai

👤 PEMATERI : Ustadz Maududi Abdullah, Lc & Ustadz Heri Purnama, Lc
📚 TEMA : Kajian Spesial Umroh
🏠 TEMPAT : Makkah al-Mukarramah, Saudi Arabia

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: