Khutbah Idul Fitri 1442 H – Membalas Keburukan Dengan Kebaikan, Akhlak Muslim Perfect

Khutbah Idul Fitri 1442 H – Membalas Keburukan Dengan Kebaikan, Akhlak Muslim Perfect.

Ustadz Dr. Firanda Andirja hafizhahullahu.

Khutbah Pertama Membalas Keburukan Dengan Kebaikan

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

إنا الحمد لله نحمده و نستعينه و نستغفره و نتوب اليه و نعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا من يهد الله فلا مضل له و من يضلل فلا هادي له و أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له و أشهد أن محمدا عبده ورسوله لا نبي بعده

 

اَللَّهُ اَكْبَرْ اَللَّهُ اَكْبَرْ اَللَّهُ اَكْبَرْ اَللَّهُ اَكْبَرْ وَلِلَهِ الْحَمْدُ

اَللَّهُ اَكْبَرْ اَللَّهُ اَكْبَرْ اَللَّهُ اَكْبَرْ اَللَّهُ اَكْبَرْ وَلِلَهِ الْحَمْدُ

اَللَّهُ اَكْبَرْ اَللَّهُ اَكْبَرْ اَللَّهُ اَكْبَرْ وَلِلَهِ الْحَمْدُ

اَللَّهُ اَكْبَرْ صَدَقَ وَعْـدَهُ وَاَنْجَزَ وَعْـدَهُ وَنَصَرَعَبِدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ

لآاِلَهَ اِلاَّ اللَّهُ وَاللَّهُ اَكْبَرْ

اَللَّهُ اَكْبَرْ وَلِلَهِ الْحَمْدُ

 

Muqadimah

 

مَعَاشِرَ اْلمُسْلِمِوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ

Sungguh berbahagia hari ini kita telah menyelesaikan ibadah selama sebulan penuh. Dan Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

وَلِتُكْمِلُوا۟ ٱلْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا۟ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“Agar kalian menyempurnakan bilangan bulan Ramadhan, dan agar kalian mengagungkan Allah Subhanahu wata’ala (bertakbir) atas hidayah yang Allah berikan kepada kalian selama bulan Ramadhan.” (QS. Al Baqoroh Ayat 185)

Kita bisa sholat malam, kita bisa puasa, kita bisa bersedekah, kita bisa bertilawah. Semoga Allah Subhanahu Wata’ala menerima amal dan ibadah kita semua.

تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ, تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ

Maka sungguh berbahagia orang-orang yang telah berpuasa, karena Nabi Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa yang berpuasa dengan penuh keimanan dan penuh pengharapan akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”  (HR. Bukhari No.38, HR. Muslim No.760)

Dan sungguh bahagia orang-orang yang sholat malam dan sholat tarawih. Nabi Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa yang sholat malam di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan penuh pengharapan akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari No.37,  HR. Muslim No. 759)

Dan sungguh berbahagia orang-orang yang berjuang beribadah di malam-malam ganjil di 10 hari terakhir mencari Lailatul Qodr. Karena Nabi Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa yang beribadah dengan sebaik-baiknya di malam Lailatul Qodr maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari No.37, HR. Muslim No.760)

 

Akhlak Mulia, Ibadah Yang Agung Tanda Kesempurnaan Iman

 

اَللَّهُ اَكْبَرْ اَللَّهُ اَكْبَرْ اَللَّهُ اَكْبَرْ وَلِلَهِ الْحَمْدُ

مَعَاشِرَ اْلمُسْلِمِوْنَ

Di kesempatan yang penuh bahagia ini, saya ingin menyampaikan tentang suatu amalan sholeh yang sangat mulia, yang merupakan tanda keimanan seseorang. Yaitu berakhlak mulia kepada sesama manusia.

Nabi Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا

“Sesungguhnya yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Tirmidzi No. 1162)

Hal ini menunjukkan bahwasanya ibadah bukan cuma hanya hubungan kita dengan Robbul ‘aalamin. Bukan cuma baca Qur’an, bukan cuma sholat malam, bukan cuma ketika kita Haji atau Umroh. Bahkan hubungan kita dengan sesama, dengan orangtua kita, dengan suami kita, dengan istri kita, dengan anak-anak kita, dengan tetangga kita, merupakan ladang pahala yang besar.

Karena Nabi Shollallahu ‘alaihi wasallam menjadikan akhlak mulia sebagai barometer keimanan.

أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا

“Sebaik-baik orang beriman yang paling sempurna keimanannya adalah yang paling berakhlak mulia di antara mereka.” (HR. Abu Daud No.4682, HR. Tirmidzi No.1162)

Nabi Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

أَكْثَرُ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ الْجَنَّةَ : تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ

“Yang paling banyak memasukkan orang dalam surga adalah bertakwa kepada Allah dan akhlak yang mulia.” (HR. Tirmidzi No.2004)

Nabi Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَا مِنْ شَيْءٍ أَثْقَلُ فِيْ مِيْزَانِ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ

“Tidak ada yang lebih berat diletakkan di timbangan pada hari kiamat kelak seperti akhlak yang mulia.” (HR. Tirmidzi No.2002)

Kata Nabi Shollallahu ‘alaihi wasallam,

إِنَّ الرَّجُلَ لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَةَ الصَّائِمِ القَائِمِ

“Sungguh seorang dengan akhlak yang mulia dia bisa mencapai derajat orang yang senantiasa sholat malam dan senantiasa berpuasa sunnah.” (HR. Abu Daud No.4798)

Taruhlah dia tidak suka sholat malam. Taruhlah dia malas puasa sunnah. Tapi dengan akhlaknya yang mulia, dia bisa mencapai derajat orang-orang tersebut.

Oleh karenanya, semua menunjukkan bahwasanya akhlak yang mulia adalah ibadah yang sangat agung dalam Islam.

Makanya Nabi Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِنَّمَا بُعِثْتُ ِلأُتَمِّمَ صَالِحَ اْلأَخْلاَقِ

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad No. 273)

 

3 Ciri Orang Berakhlak Mulia

 

مَعَاشِرَ اْلمُسْلِمِوْنَ

Apa itu akhlak mulia? Al Imam Hasan Al Bashri rahimahullahu ta’ala menyebutkan bahwasanya akhlak mulia terfokus pada 3 perkara, yaitu

بَذْلُ النَّدَى؛ وَ كَفُّ الأَذَى؛ وَطَلَاقَةُ الوَجْهِ

Yaitu: mudah menolong/ ringan tangan, tidak mengganggu orang lain, dan murah senyum.

Barangsiapa yang dalam dirinya terkumpul 3 perkara ini:

  1. Mudah membantu orang lain/ ringan tangan.
  2. Tidak pernah mengganggu orang lain dengan lisannya, dengan tulisannya, dengan komentarnya, dengan cuitannya.
  3. Murah senyum kepada sesama. Murah senyum kepada orang yang setara dengan dia, murah senyum dengan orang yang mungkin lebih rendah ekonominya, murah senyum dengan pembantunya, dengan supirnya.

Maka ketahuilah dia orang yang berakhlak mulia.

 

Akhlak Mulia Yang Termulia

 

Pada kesempatan yang bahagia ini, saya akan bahas tentang suatu akhlak mulia yang termulia, yang merupakan akhlak khusus, yang merupakan ciri orang-orang yang khusus. Dalam satu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan yang lainnya.

Dari ‘Uqbah bin ‘Aamir Al Juhani radhiyallahu’anhu, Nabi Shollallahu ‘alaihi wasallam berkata,

 “Wahai ‘Uqbah bin ‘Aamir, maukah aku kabarkan kepada engkau tentang akhlak terbaik dari penghuni bumi dan penghuni akhirat?”

Akhlak terbaik dari penghuni bumi dan penghuni akhirat, ini akhlak paling top. Apakah akhlak tersebut?

Kata Nabi Shollallahu ‘alaihi wasallam,

“Engkau menyambung silaturahmi dari kerabatmu yang memutuskan silaturahmi denganmu. Engkau memberi kepada orang yang tidak memberi kepadamu. Dan engkau ma’afkan orang yang berbuat zholim kepadamu.” (HR. Al Hakim)

3 hal ini merupakan ciri orang yang paling top di puncak akhlak:

  1. Engkau menyambung silaturahmi kepada orang yang memutuskan silaturahmi denganmu.
  2. Engkau memberikan kepada orang yang pelit kepadamu, yang menahan hakmu, kau beri kepada dia.
  3. Engkau ma’afkan orang yang berbuat zholim kepadamu.

 

Tidak mudah untuk menjalankan 3 akhlak ini. Makanya Allah Subhanahu wata’ala menyebut akhlak ini dalam beberapa ayat.

Di antara ciri-ciri penghuni surga, kata Allah Subhanahu wata’ala,

وَيَدْرَءُونَ بِالْحَسَنَةِ السَّيِّئَةَ أُولَٰئِكَ لَهُمْ عُقْبَى الدَّارِ

“Yaitu orang-orang yang menolak keburukan dengan kebaikan. Bagi mereka surga.” (QS. Ar Ra’d Ayat 23)

Dalam ayat yang lain Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ۚ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ

وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ

“Balaslah keburukan dengan kebaikan. Tidak ada yang bisa melakukannya kecuali orang-orang yang sabar. Dan tidak bisa melakukannya kecuali orang yang mendapatkan bagian yang besar.” (QS. Fussilat Ayat 34-45)

Ini akhlak sangat berat. Kenapa sangat berat? Karena manusia punya sifat kalau ada yang berbuat zholim pada dia, dia ingin balas. Sifat manusia semuanya demikian. Kalau perlu dia balas lebih daripada itu. Betapa sering orang berkata, “Kau belum tahu siapa saya. Kalau kau baik, saya baik. Tapi kalau kau jahat, saya lebih jahat.” Betapa banyak orang yang mengatakan demikian.

Sifat manusia ingin membalas orang berbuat buruk kepadanya. Tetapi syari’at mengajarkan lain. Mengajarkan bukan cuma berbuat baik kepada orang lain, tapi berbuat baik kepada orang yang berbuat buruk kepadamu. Dan ini sangat berat. Perjuangan melawan hawa nafsu, mengalahkan ego. Dan sangat kita butuhkan akhlak seperti itu di zaman sekarang.

Betapa sering kita melihat orang-orang yang terputus silaturahminya. Kakak bertengkar dengan adiknya. Anak bertengkar dengan ibunya. Kerabat bertengkar dengan kerabatnya. Masing-masing memegang egonya, tidak ada yang minta maaf. Merugi di dunia dan di akhirat. Bersikeras. Bahkan di hari lebaran tetap bersikeras. Terus kapan lagi memaafkan saudara? Kapan lagi?

Akhlak yang kita butuhkan di zaman sekarang ini. Nabi Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ وَلَكِنْ الْوَاصِلُ الَّذِي إِذَا قُطِعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا

“Bukanlah penyambung silaturahmi adalah orang yang berbuat baik kepada kerabatnya yang baik.”

Ini semua orang bisa. Saudara kita berbuat baik kita buat baik sama dia. Semua orang bisa demikian. Dan itu harusnya demikian. Tetapi Nabi mengajarkan penyambung silaturahmi yang sesungguhnya.

وَلَكِنْ الْوَاصِلُ الَّذِي إِذَا قُطِعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا

“Penyambung silaturahmi yang sesungguhnya adalah orang yang diputuskan silaturahminya dia justru menyambungnya.” (Muttafaqun ‘alaihi)

Ketika kerabatnya mencaci dia, ketika kerabatnya merendahkan dia, ketika kerabatnya bahkan terkadang orang terdekatnya menggibahinya dibelakangnya, dia sabar, karena dia mencari ridho Allah Subhanahu wata’ala. Dia mungkin bisa membalas, tapi dia tidak lakukan. Kenapa? Karena dia tahu bahwasanya ini adalah puncak dari akhlak. Barometer keimanan seseorang. Kalau ingin tahu iman kita tinggi lakukan 3 perkara ini.

Ada seorang berkata kepada Nabi Shollallahu ‘alaihi wasallam dalam Shahih Muslim,

يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ لِي قَرَابَةً أَصِلُهُمْ وَيَقْطَعُونِي وَأُحْسِنُ إِلَيْهِمْ وَيُسِيئُونَ إِلَىَّ وَأَحْلُمُ عَنْهُمْ وَيَجْهَلُونَ عَلَىَّ

“Ya Rasulullah aku punya kerabat/ keluarga. Aku menyambung silaturahmi dengan mereka, tapi mereka memutuskan silaturahmi denganku. Aku berbuat baik kepada mereka, mereka berbuat buruk kepadaku. Aku ma’afkan mereka, mereka tidak ma’afkan aku.”

Kata Nabi Shollallahu ‘alaihi wasallam,

لَئِنْ كُنْتَ كَمَا قُلْتَ فَكَأَنَّمَا تُسِفُّهُمُ الْمَلَّ وَلاَ يَزَالُ مَعَكَ مِنَ اللَّهِ ظَهِيرٌ عَلَيْهِمْ مَا دُمْتَ عَلَى ذَلِكَ

 “Kalau apa yang kau ucapkan itu benar maka Allah akan kirimkan penolong, malaikat yang akan membelamu, selama demikian, seakan-akan kau masukkan debu yang panas di mulut-mulut mereka.” (HR. Muslim No.2558)

Ma’asyiral muslimin yang dirahmati Allah Subhanahu wata’ala. Di hari yang berbahagia ini sudah saatnya kita melapangkan dada kita. Ma’afkan orang yang menzholimi kita. Berbuat baik kepada orang yang berbuat buruk kepada kita. Tidak usah ikut ego kita. Kita hidup tidak lama. Setelah itu kemudian kita dicabut nyawa, kemudian tinggal yang terjadi hanyalah tersisa hanyalah catatan amal. Maka seseorang berusaha beramal sholeh yang sebaik-baiknya. Latih diri untuk mema’afkan orang yang menzholimi, meskipun jiwa memberontak ingin membalas. Saatnya kita melepaskan ego kita.

Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

وَأَنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ لَا رَيْبَ فِيهَا وَأَنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ مَنْ فِي الْقُبُورِ

“Sesungguhnya hari kiamat pasti akan tiba dan Allah akan membangkitkan orang-orang dari kuburannya.” (QS. Al Hajj Ayat 7)

وَإِنَّ السَّاعَةَ لَآتِيَةٌ ۖ فَاصْفَحِ الصَّفْحَ الْجَمِيلَ

“Sesungguhnya hari kiamat akan tiba. Kematian akan datang. Maka berilah ampunan, lapangkanlah dada terhadap orang yang berbuat zholim kepadamu.” (QS. Al Hijr Ayat 85)

 

Khutbah Kedua Membalas Keburukan Dengan Kebaikan

Cintailah Saudaramu

 

اَللَّهُ اَكْبَرْ اَللَّهُ اَكْبَرْ اَللَّهُ اَكْبَرْ وَلِلَهِ الْحَمْدُ

Ma’asyiral muslimin yang dirahmati Allah Subhanahu wata’ala. Sesungguhnya di antara amalan yang mulia adalah saling mencintai karena Allah Subhanahu wata’ala, saling berziarah karena Allah Subhanahu wata’ala, saling membantu karena Allah Subhanahu wa ta’ala.

Pada hari kiamat kelak tatkala orang-orang dikumpulkan di padang mahsyar dengan jarak matahari 1 mil. Orang-orang kepanasan. Maka Allah mencari-cari hamba-hambaNya yang saling mencintai karena Allah Subhanahu wata’ala. Maka Allah berkata,

أَيْنَ الْمُتَحَابُّونَ بِجَلَالِي

“Mana orang-orang yang saling mencintai karena Aku?”

الْيَوْمَ أُظِلُّهُمْ فِي ظِلِّي يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلِّي

“Maka pada hari ini Aku akan menaungi mereka di hari yang tidak ada naungan kecuali naunganKu.” (HR. Muslim No. 2566)

Allah banggakan mereka. Allah cari mereka. Allah muliakan mereka di antara manusia, karena mereka saling mencintai karena Allah Subhanahu wata’ala.

Dalam hadits Qudsi yang lain, Allah berfirman,

وَجَبَتْ مَحَبَّتِي لِلْمُتَحَابِّينَ فِيَّ وَالْمُتَجَالِسِينَ فِيَّ وَالْمُتَزَاوِرِينَ فِيَّ وَالْمُتَبَاذِلِينَ فِيَّ

“Wajib Aku mencintai orang-orang yang saling mencintai karena Aku, orang-orang yang saling bermajelis karena Aku, orang-orang yang saling ziarah/ saling berkunjung karena Aku, dan orang-orang yang saling bantu karena Aku. (HR.Malik 2/818, Riyadhus Sholihin No.382)

 

Jauhi Pertikaian

Oleh karenanya kita sekarang hidup di zaman di mana persatuan dan tali ukhuwah tercerai-berai. Terputuskan, terkoyak. Gara-gara urusan dunia, gara-gara urusan politik, gara-gara urusan perut, maka terjadi pertikaian, perpecahan, hujat-menghujat, maki-memaki, gelar memberi gelar.

Sementara orang-orang yang bertikai tidak dirahmati oleh Allah Subhanahu wata’ala.

وَلَا يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَ إِلَّا مَنْ رَحِمَ رَبُّكَ

“Senantiasa mereka berselisih kecuali yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wata’ala.” (QS. Hud Ayat 118-119)

Orang-orang yang bisa menahan diri, mencintai karena Allah Subhanahu wata’ala, mengerti tentang agungnya tali persaudaraan. Dia tidak bertikai. Maka dia dirahmati oleh Allah Subhanahu wata’ala.

Lihatlah pelajaran yang agung yang kita dapatkan dari kisah tentang Lailatul Qodr dari Ubadah bin Shomit radhiyallahu’anhu. Beliau berkata, Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wasalam berkata,

إِنِّي خَرَجْتُ لِأُخْبِرَكُمْ بِلَيْلَةِ الْقَدْرِ وَإِنَّهُ تَلَاحَى فُلَانٌ وَفُلَانٌ فَرُفِعَتْ

“Suatu hari Nabi Shollallahu ‘alaihi wasalam keluar bertemu dengan para sahabat, ingin mengabarkan tentang kapan Lailatul Qodr. Namun Si Fulan Dan Si Fulan bertengkar. Akhirnya ilmu tentang Lailatul Qodr diangkat.(HR. Bukhari No.49)

Para ulama ketika membahas hadits ini, mereka mengatakan, keberkahan ,yang seharusnya malam Lailatul Qodr diketahui, diangkat oleh Allah. Karena apa? Karena 2 orang bertengkar. Dua orang ini bukan sedang berzina, bukan sedang pukul-memukul, bukan sedang curi-mencuri. Bukan. Mereka bertengkar mulut. Kemudian Allah angkat keberkahan.

Sehingga para ulama mengatakan, “Barangsiapa yang masuk dalam pertengkaran/ pertikaian, maka rahmat akan diangkat, keberkahan akan diangkat.”

Lihatlah bagaimana kondisi kaum muslimin sekarang. Lihatlah di media sosial. Caci-maki antara kaum muslimin. Hina menghina, jatuh menjatuhkan. Bagaimana keberkahan mau Allah turunkan? Sementara mereka masih mengikuti ego mereka.

Ini 2 sahabat disebutkan mereka bertengkar gara-gara mereka diskusi tentang masalah agama. Mereka diskusi masalah agama, rahmat diangkat oleh Allah Subhanahu wata’ala. Bagaimana lagi dengan diskusi/ bertikai/ bertengkar gara-gara masalah perut. Bagaimana lagi bertengkar/ bertikai gara-gara masalah politik. Yang segera akan pergi. Kita semua akan meninggal dunia. Kemudian kita tersisakan dalam catatan amal kita, pertikaian, pertengkaran, caci-maki, gelar-menggelar, nyinyir, merendahkan, menghinakan dan yang lainnya.

Sampai kapan umat demikian? Bertakwalah kepada Allah Subhanahu wata’ala. Jadikanlah hari Idul Fitri ini sebagai hari saling menyayangi, saling mema’afkan, saling mengasihi. Buang itu ego. Buang itu ke-aku-an. Ma’afkan saudara. Ma’afkan kawan. Ada yang berbuat buruk, balas dengan kebaikan. Sapa dia, telepon dia, WhatsApp dia.

Allah akan berikan nilai yang tinggi buat Antum karena 3 akhlak ini adalah akhlak yang termulia. Yaitu engkau ma’afkan orang yang menzholimimu, engkau menyambung silaturahmi orang yang memutuskan silaturahmi denganmu, dan engkau memberi kepada orang yang menghalangi kebaikan darimu.

إِنَّ اللَّـهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

 

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

 

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ

……….

وآخر دعوانا أنِ الحمد لله ربِّ العالمين

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Video: Firanda Andirja

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: