Belajar Dari Doa ini adalah transkrip dari khutbah jumat yang disampaikan oleh Ustadz Abdullah Zaen, M.A. Hafizhahullahu Ta’ala.
Navigasi Catatan:
Khutbah Jumat: Belajar Dari Doa
Khutbah Pertama
Marilah kita tingkatkan ketakwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan ketakwaan yang sebenar-benarnya, yaitu dengan mengamalkan apa yang diperintahkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla dan oleh RasulNya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, serta menjauhi apa yang dilarang oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan oleh RasulNya Shallallahu ‘Alaihi wa ‘Ala Alihi wa Shahbihi wa Sallam.
Jama’ah Jum’at yang dimuliakan Allah,
Sebagai hamba kita tertuntut untuk beribadah kepada Sang Pecipta, yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ibadah yang diperintahkan olehNya sangat beragam, salah satunya adalah DOA. Sebuah ibadah mulia yang selalu menyertai kehidupan kita. Dan doa yang terbaik yang dipanjatkan oleh hamba adalah doa-doa yang termaktub di dalam Al-Qur’an dan Hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Kenapa demikian? Karena itu bersumber dari wahyu yang pasti benar, pasti sempurna dan pasti memenuhi segala kebutuhan hidup kita. Namun doa-doa yang ada dalam Al-Quran dan Hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam itu bukan sekadar dibaca, agar lebih maksimal manfaatnya sayogyanya doa-doa tersebut dipahami dan diamalkan kandungannya.
Mari kita menyimak salah satu dari doa yang biasa dipanjatkan oleh Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berikut ini,
اللَّهُمَّ ارْزُقْنِي حُبَّكَ وَحُبَّ مَنْ يَنْفَعُنِي حُبُّهُ عِنْدَكَ
“Ya Allah karuniakanlah padaku rezeki berupa kecintaan kepadaMu dan kecintaan kepada orang-orang yang kecintaanku pada mereka akan bermanfaat di sisiMu.”
اللَّهُمَّ مَا رَزَقْتَنِي مِمَّا أُحِبُّ فَاجْعَلْهُ قُوَّةً لِي فِيمَا تُحِبُّ
“Ya Allah rezeki yang ku sukai yang Engkau karuniakan kepadaku jadikanlah rezeki itu sebagai sumber kekuatan bagiku untuk meraih cintaMu.”
اللَّهُمَّ وَمَا زَوَيْتَ عَنِّي مِمَّا أُحِبُّ فَاجْعَلْهُ لِي فَرَاغًا فِيمَا تُحِبُّ
“Ya Allah rezeki yang aku sukai namun tidak Engkau karuniakan padaku, jadikanlah itu sebagai sarana agar aku bisa fokus dalam mengejar cintaMu.” (Hadits riwayat Tirmidzi dan dinilai Hasan oleh Beliau)
Kaum muslimin yang kami hormati,
Doa tadi mengandung begitu banyak pelajaran dan arahan dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk kita dalam mengarungi kehidupan dunia yang fana ini. Di antara pelajaran tersebut:
Pelajaran pertama: Kejarlah cinta yang bermanfaat
Awal doa tadi berbunyi:
اللَّهُمَّ ارْزُقْنِي حُبَّكَ وَحُبَّ مَنْ يَنْفَعُنِي حُبُّهُ عِنْدَكَ
“Ya Allah karuniakanlah padaku rezeki berupa kecintaan kepadaMu dan kecintaan kepada orang-orang yang kecintaanku pada mereka akan bermanfaat bagiku di sisiMu.”
Manusia tidak bisa lepas dari perasaan cinta sebab itu merupakan naluri, tabiat dan sifat bawaan manusia. Namun seorang Muslim seharusnya berupaya untuk selektif dalam menyalurkan perasaan cinta tersebut. Doa barusan mengajarkan kepada kita siapa sebenarnya yang layak untuk kita cintai, yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala, kemudian orang-orang yang dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Siapa mereka?
Mereka adalah para nabi, para ulama, para wali, orang-orang shalih dan yang semisal dengan mereka. Mencintai manusia-manusia seperti inilah yang akan bermanfaat buat kita bukan hanya di dunia tapi juga di akhirat. Sebab kelak kita akan dikumpulkan di hari kiamat bersama dengan orang-orang yang kita cintai. Sungguh malang manusia yang dikumpulkan dengan orang-orang kafir di Neraka akibat merekalah yang ia idolakan dan ia cintai saat di dunia.
Sidang Jum’at rohimakumullah,
Pelajaran kedua: Syukuri dengan berburu cinta Allah Subhanahu wa Ta’ala
Kelanjutan doa tadi adalah:
اللَّهُمَّ مَا رَزَقْتَنِي مِمَّا أُحِبُّ فَاجْعَلْهُ قُوَّةً لِي فِيمَا تُحِبُّ
“Ya Allah rezeki yang ku sukai dan Engkau karuniakan kepadaku jadikanlah rezeki itu sebagai sumber kekuatan bagiku untuk mengejar cintamu.”
Manakala Allah Subhanahu wa Ta’ala berkenan untuk mengaruniakan kepada kita sesuatu yang kita cintai, maka syukurilah nikmat tersebut. Dan cara terbaik mensyukurinya adalah dengan memanfaatkan nikmat itu untuk meraih kecintaan Allah, yaitu dengan menggunakannya di jalan yang disukai oleh Allah.
Kita tentu suka manakala diberi tambahan umur oleh Allah, maka gunakanlah umur tersebut untuk menambah amal shalih, sebab itu dicintai oleh Allah.
Kita tentu suka manakala diberi rezeki yang melimpah oleh Allah, maka gunakanlah harta itu untuk menafkahi keluarga, untuk membayar zakat, untuk membantu pesantren, untuk mengisi kotak infaq masjid, untuk menyantuni fakir miskin dan anak yatim, serta jalan-jalan kebaikan lainnya, sebab itu dicintai oleh Allah.
Kita tentu suka manakala diberi kesehatan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka gunakanlah kesehatan tersebut untuk beribadah secara tekun dan membantu orang-orang lemah yang memerlukan bantuan fisik kita, sebab itu dicintai oleh Allah.
Pendek kata, apapun karunia yang diberikan Allah kepada kita, syukurilah dengan memanfaatkannya di jalan yang dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sidang Jumat yang kami hormati,
Khutbah kedua
Pelajaran ketiga: Selalu berprasangka baik kepada Allah
Doa Nabawi itu ditutup dengan:
اللَّهُمَّ وَمَا زَوَيْتَ عَنِّي مِمَّا أُحِبُّ فَاجْعَلْهُ لِي فَرَاغًا فِيمَا تُحِبُّ
“Ya Allah rezeki yang aku sukai dan ternyata tidak Engkau karuniakan kepadaku jadikanlah kenyataan itu sebagai sarana agar aku bisa fokus dalam mencintaiMu.”
Jamaah yang kami hormati,
Terkadang apa yang kita harapkan tidak sesuai dengan kenyataan. Kita suka dan ingin mendapatkan sesuatu tapi Allah tidak atau belum berkenan untuk memberikan sesuatu itu kepada kita. Dalam keadaan seperti itu dan dalam segala kondisi, seorang muslim harus selalu berprasangka baik kepada Allah, mengedepankan positive thinking walau menghadapi kondisi sesulit apapun. Dalam menghadapi rezeki yang seret atau sakit yang belum kunjung sembuh, seharusnya kita berusaha mencari sisi positif dari hal tersebut.
Misal, sulitnya rezeki akan mendorong kita untuk introspeksi diri untuk bertaubat dari dosa-dosa kemudian memutar otak untuk mencari alternatif pekerjaan lain yang lebih berkah. Contoh yang lain adalah sakit yang berkepanjangan, tidak kunjung sembuh, mendorong kita untuk berikhtiar lebih dan berdoa kepada Allah. Apabila kita selalu memiliki pola pikir seperti ini, sepahit apapun takdir yang kita hadapi niscaya kita tetap bisa fokus dalam mengejar cinta Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Video Khutbah Jumat Tentang Belajar Dari Doa
Sumber video: Channel Youtube Yufid
Mari turut menyebarkan tulisan tentang “Belajar Dari Doa” ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum..
Komentar