Khutbah Idul Fitri: Perkara yang Dapat Membatalkan Amal Shalih

Khutbah Idul Fitri: Perkara yang Dapat Membatalkan Amal Shalih

Berikut khutbah idul fitri “Perkara yang Dapat Membatalkan Amal Shalih” yang disampaikan Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Hafizhahullahu Ta’ala.

Khutbah Idul Fitri: Perkara yang Dapat Membatalkan Amal Shalih

Ummatal Islam,

Senantiasa kita memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan kepada kita banyak kenikmatan. Di antara kenikmatan yang agung yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada kita adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kepada kita kekuatan untuk berpuasa Ramadhan sebulan penuh lamanya. Maka ini merupakan kenikmatan yang sangat besar dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Maka tentunya Bulan Ramadhan adalah bulan tarbiyah, bulan pendidikan. Allah Subhanahu wa Ta’ala ingin mendidik kita agar senantiasa terbiasa di atas kebaikan dan amal shalih. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya ingin mengingatkan terhadap diri saya dan jama’ah sekalian. Amalan-amalan yang telah kita amalkan tersebut jangan sampai kita ternyata melakukan hal-hal yang dapat membatalkannya.

Amalan shalih berupa pahala yang besar di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala sangat bermanfaat di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala kelak di hari kiamat. Tapi ketika kita melakukan hal-hal yang membatalkan amalan tersebut, akhirnya amalan tersebut hancur lebur tidak diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Apa saja kah perkara yang dapat membatalkan amal shalih kita?

Perkara yang Dapat Membatalkan Amal Shalih:

1. Seseorang ditimpa dengan sifat ‘ujub

Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullahu ta’ala berkata,

العجب من مبطلات الأعمال

“Sesungguhnya ‘ujub itu termasuk salah satu hal yang membatalkan amal.”

Seseorang merasa bangga atas amalnya; tahajjudnya, membaca Al-Qur’annya, dan yang lainnya. Yang seperti ini, yang merasa bangga dengan amalan shalihnya, kata Syaikh Ibnu ‘Utsaimin pada hakikatnya adalah dia mengungkit-ungkit kebaikannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Ummatal Islam,

Agar kita tidak terkena penyakit ‘ujub, hendaklah kita sadari bahwasanya semua amal shalih yang kita lakukan adalah semata-mata karunia dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seorang ulama berkata, apabila kamu tertimpa ‘ujub maka ingatlah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala;

وَلَوْلَا فَضْلُ ٱللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُۥ لَٱتَّبَعْتُمُ ٱلشَّيْطَٰنَ إِلَّا قَلِيلً

“Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu).” (QS. An-Nisa'[4]: 83)

Kalau bukan karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, kita tidak akan mendapatkan hidayah. Kalau bukan karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, kita tidak bisa shalat lima waktu, tidak bisa kita sujud meletakkan dahi kita di tanah sebagai bentuk ketawadhuan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala lah yang memberikan kekuatan kepada kita untuk senantiasa di atas ketaatan.

Maka untuk apa kita banggakan di hadapan manusia tentang amalan shalih dan keilmuan kita? Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ

“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu,” (QS. At-Takatsur[102]: 1)

Syaikh Abdurrahman As Sa’di berkata, “Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menyebutkan dalam bentuk apa. Maka masuk padanya semua bentuk hal-hal yang sifatnya berbangga-bangga dengan banyaknya sesuatu. Banyaknya amal, ilmu, harta, dan juga tingginya kedudukan.”

Ya akhal Islam,

Orang yang ‘ujub pada hakikatnya dia tidak merealisasikan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala;

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

“Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.” (QS. Al-Fatihah[1]: 5)

Karena hakikatnya meminta pertolongan adalah kita memohon bantuan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar Allah Subhanahu wa Ta’ala memperbaiki amalan shalih kita. Agar Allah Subhanahu wa Ta’ala memperbaiki shalat kita, puasa kita, dan seluruh amalan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan kepada kita.

Maka orang yang tertimpa ‘ujub, Allah Subhanahu wa Ta’ala membatalkan amalnya.

2. Berbuat Maksiat Ketika Bersendirian

Yang kedua yang membatalkan amal shalih yaitu berbuat maksiat dan melanggar larangan-larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala saat dia bersendirian. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَأَعْلَمَنَّ أَقْوَامًا مِنْ أُمَّتِي يَأْتُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِحَسَنَاتٍ أَمْثَالِ جِبَالِ تِهَامَةَ بِيضًا فَيَجْعَلُهَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَبَاءً مَنْثُورًا قَالَ ثَوْبَانُ يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا جَلِّهِمْ لَنَا أَنْ لَا نَكُونَ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَا نَعْلَمُ قَالَ أَمَا إِنَّهُمْ إِخْوَانُكُمْ وَمِنْ جِلْدَتِكُمْ وَيَأْخُذُونَ مِنْ اللَّيْلِ كَمَا تَأْخُذُونَ وَلَكِنَّهُمْ أَقْوَامٌ إِذَا خَلَوْا بِمَحَارِمِ اللَّهِ انْتَهَكُوهَا

“Sungguh saya telah mengetahui bahwa ada suatu kaum dari umatku yang datang pada hari kiamat dengan membawa kebaikan sebesar gunung Tihamah yang putih. Kemudian Allah menjadikannya debu yang berterbangan.”

Tsauban bertanya, “Wahai Rasulullah, sebutkanlah ciri-ciri mereka dan jelaskanlah perihal mereka agar kami tidak menjadi seperti mereka tanpa disadari.”

Beliau bersabda: “Sesungguhnya mereka adalah saudara kalian dan dari golongan kalian, mereka shalat malam sebagaimana kalian, tetapi mereka adalah kaum yang jika bersendirian mereka menerjang hal yang diharamkan Allah.”(HR. Ibnu Majah, dishahihkan oleh Syaikh Nashiruddin al Albaniy)

Di saat dia sedang sendiri, dia merasa Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak melihatnya, tidak mengawasinya. Ternyata rasa takutnya hanya sebatas di hadapan manusia. Takutnya tidak dalam keadaan bersendiri. Inilah yang dikhawatirkan. Maka saat kita sedang bersendiri dengan maksiat, lihatlah apakah kita termasuk orang yang melanggar larangan-larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala atau tidak.

3. Mengungkit Kebaikan

Perkara yang ketiga yaitu المَنِّ وَ الأَذَى, mengungkit-ungkit kebaikan kita terhadap orang yang kita berikan padanya kebaikan. Entah itu kebaikan berupa harta, ilmu, maupun jasa. Ketika kita mengungkitnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala membatalkan amalan kita. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَىٰ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima),” (QS. Al-Baqarah[2]: 264)

Barangkali kita pernah mengajarkan ilmu kepada seseorang lalu kita katakan, “Kalau bukan karena saya yang mengajarkan ilmu kepadamu maka kamu tidak akan mengetahuinya.” Barangkali kita pernah melakukan jasa kepada seseorang lalu kita ungkit jasa kita tersebut. Lalu orang tua yang mengungkit kebaikannya kepada anaknya, dikhawatirkan pula Allah Subhanahu wa Ta’ala akan membatalkan amalannya. Seorang suami yang mengungkit kebaikan kepada istrinya, dikhawatirkan Allah Subhanahu wa Ta’ala akan membatalkan amalannya.

Ketika Bulan Ramadhan mungkin kita banyak sedekah. Maka jangan sampai membatalkan sedekah kita dengan mengungkit-ungkit kebaikan kita kepada orang tersebut. Karena hal seperti itu bisa membatalkan amalan kita.

4. Meninggalkan Shalat ‘Ashr

Kemudian pembatal amalan yang ke empat yaitu meninggalkan shalat ‘ashr. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ تَرَكَ صَلَاةَ الْعَصْرِ ، فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُه

“Barang siapa yang meninggalkan shalat ‘ashr, maka amalannya batal.” (HR. Bukhari No. 553)

Seseorang yang meninggalkan shalat ‘ashr secara sengaja, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan membatalkan amalannya. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan akan pentingnya shalat ‘ashr. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلَاةِ الْوُسْطَىٰ وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ

“Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’.” (QS. Al-Baqarah[2]: 238)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menafsirkan bahwasanya shalat wustha adalah shalat ‘ashr. Itu menunjukkan bahwa shalat ‘ashr sangat agung di mata Allah Subhanahu wa Ta’ala.

5. Perbuatan Zalim

Pembatal amalan selanjutnya adalah perbuatan zalim kepada orang lain. Entah itu dengan cara mengghibah, atau dengan cara menyakiti hatinya. Entah itu dengan cara mengambil hartanya tanpa hak, atau kita memukulnya. Semua itu menyebabkan kita memberikan amalan kita kepada orang yang kita zalimi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَتَدْرُونَ مَنِ الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ

“Tahukah kalian siapa muflis (orang yang bangkrut) itu?”

Para sahabat menjawab, ”Muflis (orang yang pailit) itu adalah yang tidak mempunyai uang maupun harta benda.”

Kemdian Nabi ﷺ menjelaskan,

“Muflis (orang yang bangkrut) dari umatku ialah, orang yang datang pada hari Kiamat membawa (pahala) shalat, puasa dan zakat, namun (ketika di dunia) dia telah mencaci dan (salah) menuduh orang lain, makan harta, menumpahkan darah dan memukul orang lain (tanpa hak). Maka orang-orang itu akan diberi pahala dari kebaikan-kebaikannya. Jika telah habis kebaikan-kebaikannya, maka dosa-dosa mereka akan ditimpakan kepadanya, kemudian dia akan dilemparkan ke dalam neraka” (HR. Muslim 6744 & Ahmad 8029) [1]

Pernahkah kita mengghibah, mengumpat, mencaci maki, dan menyakiti orang? Bersegeralah untuk meminta maaf hari ini, ya akhi. Agar kelak pada hari kiamat ia tidak meminta kepada kita qishashnya.

6. Hutang

Pembatal amalan selanjutnya adalah hutang. Karena pada hari kiamat kita akan membayar hutang itu dengan amalan shalih kita. Oleh karena itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu mengingatkan umatnya tentang masalah hutang. Karena hutang itu berat. Jangan kita menganggap remeh masalah hutang. Sekecil apapun hutang kalau kita tidak membayarnya di dunia, maka kita akan membayarnya dengan amalan shalih kita di akhirat kelak.

Ya akhal Islam,

Inilah perkara-perkara di antara banyak perkara yang bisa membatalkan amalan shalih kita. Jangan sampai kita telah lelah di Bulan Ramadhan dengan i’tikaf, puasa, shalat, dan membaca Al-Qur’an tetapi karena kita melakukan hal-hal yang tadi, akibatnya Allah Subhanahu wa Ta’ala membatalkan amalan-amalan kita.

Adapun riya’, yang rajih dari pendapat para ulama, apabila riya’ muncul setelah berbuat amal maka tidak memberikan pengaruh apapun in syaa Allah. Yang ingin saya tekankan adalah amalan-amalan yang membatalkan setelah kita beramal shalih.

Wanita, Tulang Rusuk yang Bengkok

Ini nasihat saya untuk semua laki-laki dan wanita. Harap untuk para wanita, sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan kalian dari tulang rusuk. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengabarkan bahwasanya kalian ini bengkok. Maka janganlah kalian jadikan kebengkokan itu semakin bengkok. Tapi hendaklah kalian luruskan dengan bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hendaklah kalian berbakti kepada suami kalian.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah didatangi seorang wanita, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “apakah kamu memiliki suami?“. Wanita itu menjawab, “punya wahai Rasulullah“. Kata Rasulullah, “bagaimana sikap kamu terhadap suamimu?“. Wanita itu berkata, “Aku terus bersungguh-sungguh untuk mentaati suamiku keculi aku yang tidak mampu ya Rasulullah” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

فَانْظُرِي أَيْنَ أَنْتِ مِنْهُ فَإِنَّمَا هُوَ جَنَّتُكِ وَنَارُكِ

“Lihatlah oleh kamu bagaimana kamu dimata suamimu, karena suamimu adalah surga atau nerakamu” (HR. Ahmad) [2]

Bidadari Surga

Wahai kaum wanita,

Bila kalian menginginkan untuk menjadi bidadari-bidadari surga, hendaklah kalian bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Didiklah anak-anak kalian dengan pendidikan islami. Jangan kalian didik anak-anak kalian dengan pendidikan-pendidikan a la Barat yang menyimpang dari Islam. Ingatlah wahai wanita, pendidikan anak berada di tangan-tangan kalian. Dan sebab utama hancurnya suatu bangsa adalah hancurnya para wanita terlebih dahulu.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

فَاتَّــقُوا الدُّنْــيَا وَاتَقُوا النِّسَاءَ، فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِـي إِسْرَائِـيلَ كَانَتْ فِي النِسَاءِ

“Karenanya jauhilah fitnah dunia dan jauhilah fitnah wanita, sebab sesungguhnya fitnah pertama kali di kalangan Bani Israil adalah masalah wanita” (H.R. Muslim: 2742)

Di saat wanitanya hancur, pemuda-pemudanya pun rusak. Bangsanya pun menjadi hancur pula. Maka bertakwalah kalian wahai para wanita. Karena ketika para wanita itu bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, takut akan neraka Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan berusaha untuk mendidik anaknya dengan pendidikan islami, maka akan membangkitkan sebuah generasi yang bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan kalian wahai para wanita agar kalian jangan bertabarruj. Keluar dari rumah menampakkan aurat dan perhiasan kalian. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

>وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَ

“dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.” (QS. An-Nur[24]: 31)

Wanita Shalihah

Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala mewajibkan kalian para wanita untuk menutup aurat. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ۚ

“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”.” (QS. Al-Ahzab[33]: 59)

Yang dimaksud dengan jilbab di sini bukanlah kerudung, akan tetapi baju kurung yang besar yang menutupi seluruh tubuhnya.

Maka bertakwalah para wanita. Janganlah kalian hanya melihat dari sisi kehidupan dunia. Tapi bantulah suami kalian untuk menaati Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ingatkan suami kalian yang lalai agar ia mau mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Demi Allah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan bahwa di antara kenikmatan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada hamba-Nya, harta yang paling baik yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada seorang lelaki adalah wanita yang shalihah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mengabarkan bahwasanya dunia ini adalah perhiasan. Dan sebaik-baiknya perhiasan dunia adalah wanita shalihah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengabarkan bahwasanya ada empat kebahagiaan seorang laki-laki. Yang pertama beliau sebutkan adalah istri yang shalihah.

Sungguh indah wanita-wanita yang shalihah itu. Yang senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Yang kelak menjadi bidadari-bidadari yang amat cantik di dalam surga karena kecantikan amalan shalih mereka di dunia. Dan karena kecantikan amal mereka di dunia. Maka kecantikan amal itu berubah menjadi kecantikan wajah yang luar biasa di dalam surga.

Inilah yang hendaknya senantiasa kita ingat. Dan semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menerima amalan shalih kita selama di Bulan Ramadhan. Kita berharap mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala mengeluarkan kita dari Bulan Ramadhan dalam keadaan diampuni oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

MP3 Khutbah Idul Fitri: Perkara yang Dapat Membatalkan Amal Shalih

Sumber MP3: Radio Rodja

Mari turut menyebarkan transkrip khutbah idul fitri “Perkara yang Dapat Membatalkan Amal Shalih” ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum..

 

Catatan :

[1] Lihat: https://konsultasisyariah.com/34775-pahala-bagi-orang-yang-dighibah.html

[2] Lihat: https://www.radiorodja.com/31633-taati-suamimu-surga-bagimu/

[3] Lihat: https://muslim.or.id/19526-wanita-ujian-terbesar-kaum-laki-laki.html

 

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: