Khutbah Jumat: Hakikat Penciptaan Manusia

Khutbah Jumat: Hakikat Penciptaan Manusia

Berikut Khutbah Jumat “Hakikat Penciptaan Manusia” yang disampaikan Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah Hafidzahullahu Ta’ala.

Khutbah Pertama – Hakikat Penciptaan Manusia

Wahai orang-orang yang beriman, wahai manusia-manusia yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa.

Wasiat dengan takwa sering kita dengar, sering kita simak bahkan berulang kali disampaikan, mungkin sebagian bosan mendengarkannya. Tapi seharusnya seorang muslim diberi wasiat untuk senantiasa bertakwa dengan sebenar-benarnya takwa.

Apa sebenar-benarnya takwa? Yang Kadangkala kita tidak pernah memahami apa maksud wasiat dari penceramah.

Mengingat Allah dan tidak melupakanNya, mensyukuri nikmat yang Allah berikan dan tidak kufur kepadaNya, mentaati perintah Allah/mengikuti aturan Allah dan tidak durhaka kepadaNya. Lalu Allah mengatakan:

وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

Janganlah kalian mati kecuali dalam kondisi Islam.” (QS. Ali ‘Imran[3]: 102)

Ahibbati Fillah..

Allah menurunkan Al-Qur’anul karim yang menunjukkan kepada jalan yang paling lurus.

اِنَّ هٰذَا الْقُرْاٰنَ يَهْدِيْ لِلَّتِيْ هِيَ اَقْوَمُ

Ini Qur’an Allah turunkan untuk menunjukkan kepada jalan yang paling lurus.” (QS. Al-Isra'[17]: 9)

Sudahkah kita membaca Al-Qur’anul Karim?

Ada sebuah surat yang disunnahkan dibaca oleh Imam ketika hari Jumat di shalat subuhnya. Yaitu surat Al-Insan. Surat tentang kita, surat tentang manusia, karena banyak di antara kita yang hidup bertahun-tahun tapi tidak tahu kalau dia manusia.

Sebagian manusia berjalan dengan kedua kakinya, tapi sikapnya/sifatnya seperti yang berjalan dengan 4 kakinya. Bahkan Allah menceritakan tentang sebagian manusia yang bisa berbicara, yang mungkin dia berdasi, yang mungkin dia dihormati oleh manusia, tapi kata Allah ‘Azza wa Jalla:

أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ

Mereka seperti sapi, mereka seperti kerbau, mereka seperti onta, seperti kambing. Tidak, bahkan mereka lebih parah daripada binatang.” (QS. Al-A’raf[7]: 179)

Maka kita yang merasa manusia, coba dibuka surat Al-Insan. Dilihat, apa sebenarnya yang Allah inginkan dari penciptaan diri kita? Untuk apa kita berada di muka bumi ini? Yang jelas Allah tidak butuh dengan kita. Allah mengatakan:

هَلْ أَتَىٰ عَلَى الْإِنسَانِ حِينٌ مِّنَ الدَّهْرِ لَمْ يَكُن شَيْئًا مَّذْكُورًا

Kalian dulu tidak ada, bapak kalian dulu tidak ada, kakek kalian dulu tidak ada, tidak ada yang mengingat kita. Antum sekarang mengingat nama Antum, sebelumnya tidak ada nama antum disebut-sebut. Terus kita ada, untuk apa? Allah mengatakan:

إِنَّا خَلَقْنَا الْإِنسَانَ مِن نُّطْفَةٍ أَمْشَاجٍ نَّبْتَلِيهِ فَجَعَلْنَاهُ سَمِيعًا بَصِيرًا

Sesungguhnya Kami -kata Allah- menciptakan manusia, menciptakan kita, dari air mani yang bercampur. Maka jangan sombong, jangan sok, engkau sejatinya dari air mani yang bercampur. Sama semuanya.

Terus kenapa Allah ciptakan kita?

نَّبْتَلِيهِ

“Kami hendak menguji dia, memberikan cobaan kepada dia.”

فَجَعَلْنَاهُ سَمِيعًا بَصِيرًا

“Kami jadikan dia bisa mendengar dan bisa melihat.” (QS. Al-Insan[76]: 2)

Kenapa Antum bisa mendengar? Kenapa Antum memahami ucapan itu? Dan Antum bisa melihat, itu ujian dari Allah ‘Azza wa Jalla. Keberadaan kita bukan untuk main-main.

Pernah melihat orang-orang yang sedang ujian kemudian dia bermain? Apakah dia lulus? Jawabnya gagal!

Orang tua mengatakan kepada putra-putrinya yang sekarang UN (Ujian Nasional): “Nak, jangan main-main nak, kamu harus sungguh-sungguh, ini serius nak.” Padahal kalau dia gagal maka dia bisa mengulanginya. Tapi tatkala kita gagal dalam ujian kehidupan ini, Antum tidak akan pernah bisa mengulanginya kembali. Allah mengatakan:

إِنَّا هَدَيْنَاهُ السَّبِيلَ إِمَّا شَاكِرًا وَإِمَّا كَفُورًا

Kami -kata Allah- memberikan petunjuk kepada manusia, terserah engkau tinggal pilih. Mau jadi orang yang bersyukur monggo, mau jadi orang kufur silahkan, mau jadi orang mukmin silahkan, mau jadi orang kafir silakan, Allah tidak butuh dengan kita.

Allah mengatakan, ketika Nabi Musa berkata kepada kaumnya:

وَقَالَ مُوسَىٰ إِن تَكْفُرُوا أَنتُمْ وَمَن فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا فَإِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ حَمِيدٌ

Kalau kalian semuanya (seluruh umat manusia) kafir, Allah tidak butuh sama kalian. Allah Maha Kaya, Allah Maha Terpuji.” (QS. Ibrahim[14]: 8)

Maka Allah katakan di ayat lainnya:

فَمَن شَاءَ فَلْيُؤْمِن وَمَن شَاءَ فَلْيَكْفُرْ

Yang mau beriman silahkan, yang mau kafir silahkan -kata Allah.” (QS. Al-Kahfi[18]: 29)

Yang mau datang jum’atan silahkan, yang tidak mau datang jum’atan monggo.

Ahibbati fillah..

Hanya saja Allah mengatakan:

إِنَّا أَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ سَلَاسِلَ وَأَغْلَالًا وَسَعِيرًا

Untuk orang-orang yang tidak pandai bersyukur, dikasih fasilitas oleh Allah, dikasih hati, dikasih tangan, dikasih hati, dikasih akal, dia tidak bersyukur, maka Kami sediakan buat orang-orang seperti itu rantai-rantai dan belenggu-belenggu serta api neraka.

Yang beriman,

إِنَّ الأَبْرَارَ يَشْرَبُونَ مِنْ كَأْسٍ كَانَ مِزَاجُهَا كَافُورًا

Sesungguhnya orang-orang yang baik, orang-orang yang bersyukur, orang-orang yang memilih shirathal mustaqim, dia akan bisa minum kelak di surga, minum dari khamr di gelas-gelas yang nikmat buat dia.

Allah mengatakan:

عَيْنًا يَشْرَبُ بِهَا عِبَادُ اللَّهِ يُفَجِّرُونَهَا تَفْجِيرًا

“Khamr itu dari mata air yang mudah meminumnya, yang mereka bisa menikmati kapan saja.”

Tidak seperti kita hidup di dunia. Senikmat apapun engkau hidup, sebanyak apapun hartamu, ketahuilah engkau tetap dipenjara di muka bumi ini. Ada banyak aturan yang menyebabkan engkau harus menghindar. Ini haram, itu haram. Yang mau semuanya halal, nanti di surga.

Jama’ah.. Salah kalau Antum mau semua diperbolehkan di muka bumi ini. Antum kerja di perusahaan saja ada aturan. Diantur kapan Antum datang. Pakaian Antum diatur, sebagian potongan rambutnya diatur. Itu hanya perusahaan. Apalagi surga Allah yang luasnya seluas langit dan bumi, apakah untuk masuk ke sana tidak butuh aturan? Tidak butuh perjuangan? Mereka berjuang!

Sifat penghuni surga seperti apa?

يُوفُونَ بِالنَّذْرِ وَيَخَافُونَ يَوْمًا كَانَ شَرُّهُ مُسْتَطِيرًا

Mereka adalah orang-orang yang menepati nadzar mereka dan mereka takut kepada hari kiamat. Dia yakin bahwa dirinya, orang tuanya, anak-anaknya, bakal dibangkitkan dan kemudian akan dihisab.

Lalu Allah katakan:

وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَىٰ حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا

Penghuni surga ketika hidup di dunia suka berbagi, dia suka memberi makan kepada orang-orang yang memerlukan, dia lihat orang miskin, anak yatim. Dia tidak hidup untuk menumpuk harta. Karena dia tahu harta itu akan ditinggalkan dan yang tersisa tanggung jawabnya dia di hadapan Allah ‘Azza wa Jalla. Dia bagi hartanya.

Dan ketahuilah ketika Antum sedekah, ketika Antum memasukkan uang di kotak amal, itu tidak akan mengurangi dari rezeki Antum. Tidak akan berkurang harta Antum. Dan yang terpenting Antum harus tahu semua bahwa harta yang Antum keluarkan itu dari Allah ‘Azza wa Jalla. Sehingga tatkala Antum berbagi, jangan merasa berbuat baik kepada orang lain. Antum sedang berbuat baik kepada diri sendiri. Antum yang perlu dengan amal itu, Antum yang perlu uang itu ada yang mengambil dan memanfaatkannya. Dan ikhlaskan lillahi ta’ala.

Penghuni surga ketika berbagi, apa kata mereka?

إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا

Kita ini bagi-bagi kepada kalian, kita bersedekah, kita berinfak, untuk mengharapkan keridhaan Allah ‘Azza wa Jalla. Tidak perlu kaliamat syukur, tidak perlu balasan budi.” (QS. Al-Insan[76]: 9)

Klau ada yang berbagi berharap balas budi engkau akan sakit hati di dunia dan di akhirat. Lalu Allah menyebutkan:

إِنَّا نَخَافُ مِن رَّبِّنَا يَوْمًا عَبُوسًا قَمْطَرِيرًا

Kita itu takut kepada hari kiamat, itu yang kita takuti. Tatkala semua manusia dikeluarkan dari kuburannya dalam kondisi telanjang, tidak membawa apa-apa, tidak disunat, tidak beralas kaki, itu yang kita takutkan.

Lalu Allah mengatakan:

فَوَقَاهُمُ اللَّـهُ شَرَّ ذَٰلِكَ الْيَوْمِ وَلَقَّاهُمْ نَضْرَةً وَسُرُورًا ﴿١١﴾ وَجَزَاهُم بِمَا صَبَرُوا جَنَّةً وَحَرِيرًا ﴿١٢﴾

Kemudian orang-orang itu diselamatkan. Orang yang takut akan mempersiapkan diri, orang yang khawatir akan berhati-hati. Ketika tahu di perjalanan ada perampok, dia akan cari jalan lain. Ketika ada banjir, ada longsor, dia akan cari jalan lain. Ketika dikatakan perjalanannya panjang, tidak ada air di sana, dia akan bawa bekal secukupnya.

Maka orang-orang yang takut dengan hari kebangkitan diselamatkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla dan mereka mendapatkan pahala karena kesabaran mereka.

Kebanyakan kita bersabar terkena musibah tapi tidak bersabar melaksanakan perintah Allah dan menjauhi laranganNya.

Khutbah Kedua – Hakikat Penciptaan Manusia

Jama’ah Rahimakumullah..

Cepat atau lambat waktu kita akan habis. Maka persiapkan diri untuk menghadapi hari yang menakutkan. Kumpulkan bekal sebanyak-banyaknya. Kalau mau berlomba-lomba inilah tempat berlomba-lomba untuk terus beramal shalih.

Besok atau lusa kita akan masuk ke bulan Sya’ban, bulan diangkatnya amal kebajikan. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang sudah dijamin masuk surga, ketika di bulan Sya’ban beliau memperbanyak puasa sunnah. Sampai ditanya: “Kenapa Ya Rasulullah?”

ذَاكَ شَهْرٌ يَغْفَلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ

“Itu bulan yang banyak orang lalai, banyak melupakan fadhilah bulan Sya’ban yang kejepit antara bulan Rajab dan bulan Ramadhan.”

وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيْهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

“Pada bulan itu semua amal kebajikan diangkat kepada Allah ‘Azza wa jalla.”

فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِـيْ وَأَنَا صَائِمٌ

“Aku ingin amalku diangkat dalam kondisi aku berpuasa.”

Maka mulailah mempersiapkan diri untuk Ramadhan dengan banyak-banyak berpuasa di bulan Sya’ban.

Jama’ah.. Yang terakhir ana ingin menggambarkan buat Antum bagaimana penghuni neraka menyesal karena ketika hidup di dunia dia sibuk mencari dunia.

Jumatan kadang kala sebagian telat, kerja nggak pernah telat. Padahal ini sepekan sekali, mendengarkan tausiah dari Ustadz untuk memberikan pencerahan dan membuat seseorang menjadi paham. Sebagian datang Jumatan hanya sekedar menggugurkan kewajiban dia.

Kita datang untuk merefresh keimanan kita, menyegarkan keimanan kita. Banyak di antara kita yang nggak paham agama. Yang dari pagi sampai malam kerjanya cuma cari dunia, masa jum’atan kita telat?

Allah menceritakan ketika penghuni neraka menyesal, Allah mengatakan:

وَهُمْ يَصْطَرِخُونَ فِيهَا رَبَّنَا أَخْرِجْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا غَيْرَ الَّذِي كُنَّا نَعْمَلُ

Mereka berteriak-teriak di dalam api neraka, mereka mengatakan: ‘Ya Allah keluarkan kami dari neraka, kami akan beramal shalih, tidak seperti yang kamii amalkan dahulu Ya Allah.’” (QS. Fatir[35]: 37)

Allah katakan:

أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُم مَّا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَن تَذَكَّرَ وَجَاءَكُمُ النَّذِيرُ ۖ فَذُوقُوا فَمَا لِلظَّالِمِينَ مِن نَّصِيرٍ

Bukankah Kami sudah memberikan umur kepada kalian? Kami beri waktu kepada kalian untuk beramal? Tapi tidak ada yang ingat. Diingatkan, diberi peringatan, diberi ceramah, sama sekali tidak ingat.

فَذُوقُوا…

“Rasakan adzab yang Allah berikan kepada kalian, tidak ada pertolongan untuk orang-orang yang dzalim.”

Maka perbaikilah diri kita sebelum waktu itu hilang..

Pembukaan dan penutup khutbah Ustadz DR. Syafiq Riza Basalamah silahkan lihat di https://www.ngaji.id/contoh-khutbah-jumat-singkat-tentang-shalat/

Video Khutbah Hakikat Penciptaan Manusia

Channel resmi: SRB

Mari turut menyebarkan teks khutbah Hakikat Penciptaan Manusia ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum..

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: