Khutbah Jumat: Hamba Yang Sulit Taat Dan Patuh Kepada Allah

Khutbah Jumat: Hamba Yang Sulit Taat Dan Patuh Kepada Allah

Ceramah Singkat: Cara Agar Fokus Menghafal Al-Quran
Materi 61 – Hamba Tawadhu’ akan Diangkat Derajatnya oleh Allah
Khutbah Jumat: Terlena Dengan Dunia dan Jabatan

Berikut ini khutbah Jumat tentang “Hamba Yang Sulit Taat Dan Patuh Kepada Allah” yang disampaikan oleh Ustadz Maududi Abdullah, Lc Hafizhahullahu Ta’ala.

Khutbah Jumat: Hamba Yang Sulit Taat Dan Patuh Kepada Allah

Khutbah Jumat Pertama

Ma’asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah,

Mari kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah mencurahkan rahmat dan nikmat kepada kita yang tiada terhingga setiap harinya.

Sadarlah wahai saudaraku, bahwa setiap hari Allah Subhanahu wa Ta’ala mencurahkan kepada engkau rahmat dan nikmat yang tiada tara andai engkau mahir melihatnya. Tanpa nikmat dari Allah Subhanahu wa Ta’ala tersebut kita bukanlah siapa-siapa, tidak mempunyai apa-apa, dan tidak akan mampu apa-apa.

Kita menjadi diri kita yang sekarang karena sudah puluhan tahun Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan nikmat yang tidak terhingga itu setiap harinya. Tanpa rahmat dan nikmat itu, bisa apa kita?

Kita menjadi diri kita yang sekarang karena sudah puluhan tahun menikmati jantung, paru-paru, ginjal, darah, tulang, dan lain-lain. Sudah puluhan tahun kita menggunakan mata, lisan, kaki, dan tangan anugerah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Sadarilah ini sesadar-sadarnya. Karena seorang hamba yang lupa atau dilupakan oleh iblis dan bala tentaranya akan nikmat-nikmat besar dan karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala setiap hari, hamba ini akan sulit taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dan ketika dia sulit taat dan patuh kepada Allahs Subhanahu wa Ta’ala, pasti yang dia lakukan adalah maksiat kepada-Nya. Dan kalau itu yang terjadi, dirinya berada di ambang kebinasaan tiada tara. Dia berada di jurang kehancuran yang tiada terhingga. Murka Allah Subhanahu wa Ta’ala menanti. Dan boleh jadi bukan hanya sekedar murka, namun juga murka yang disertai laknat dari-Nya.

Kalau murka Allah Subhanahu wa Ta’ala sudah menanti dirinya, akan ada adzab tiada tara yang siap untuk membakar dirinya di neraka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berkata kepada surga,

قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى لِلْجَنَّةِ أَنْتِ رَحْمَتِي أَرْحَمُ بِكِ مَنْ أَشَاءُ مِنْ عِبَادِي‏.‏ وَقَالَ لِلنَّارِ إِنَّمَا أَنْتِ عَذَابٌ أُعَذِّبُ بِكِ مَنْ أَشَاءُ مِنْ عِبَادِي‏.‏

“Engkau adalah rahmat-Ku yang Aku berikan kepada orang-orang yang Ku-inginkan dari hamba-hamba-Ku.” Dan Allah berkata kepada neraka, “Engkau adalah adzab-Ku yang denganmu Aku mengadzab orang-orang  yang Ku-inginkan dari hamba-hamba-Ku.” (HR. Bukhari No. 4850)[1]

Jangan sampai ketidak patuhan dan kedurhakaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala membuat nama kita tercatat di antara nama-nama penduduk neraka. Na’udzubillah tsumma na’udzubillahi min dzalik.

Sadarlah saudaraku, di antara tugas terberat kita di atas permukaan bumi adalah membentengi diri kita dari murka dan neraka Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tugas terberat kita di atas permukaan bumi ini bukanlah mencari nafkah, mengejar jabatan, maupun membangun kekayaan. Itu hal yang ringan. Yang terberat adalah membentengi diri kita dari murka dan neraka Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Siapa di antara kita yang tidak mengimani adanya neraka? Kita semua yang berkumpul di masjid ini pasti beriman dengan adanya neraka. Akan tetapi yang berhasil iblis lakukan adalah menghilangkan rasa takut kita terhadap neraka. Padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

لَهُمْ مِنْ فَوْقِهِمْ ظُلَلٌ مِنَ النَّارِ وَمِنْ تَحْتِهِمْ ظُلَلٌ ۚ ذَٰلِكَ يُخَوِّفُ اللَّهُ بِهِ عِبَادَهُ ۚ يَا عِبَادِ فَاتَّقُونِ

“Bagi mereka lapisan-lapisan dari api di atas mereka dan di bawah merekapun lapisan-lapisan (dari api). Demikianlah Allah mempertakuti hamba-hamba-Nya dengan azab itu. Maka bertakwalah kepada-Ku hai hamba-hamba-Ku.” (QS. Az-Zumar[39]: 16)

إِنَّمَا ذَٰلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

“Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” (QS. Ali ‘Imran[3]: 175)

Rasa takut inilah yang hilang walau kita beriman dengan adanya neraka. Sehingga ketika hilang rasa takut, timbullah keberanian. Yang takut kepada harimau, tidak akan mendekati harimau. Yang takut terhadap hutan belantara, tidak akan mau berada sendirian di dalamnya. Padahal harimau, singa, maupun hutan belantara belum ada apa-apanya dibandingkan dengan sedikit kisah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan rasul-Nya tentang neraka-Nya.

Pantaskah kita takut kepada harimau, singa, dan hutan belantara sedangkan kita tidak takut kepada neraka Allah Subhanahu wa Ta’ala?

Wahai saudaraku, sadarlah. Mana kala kita tidak mau patuh dan taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, perintah dan larangan-Nya kita langgar, itu berarti kita mencederai diri sendiri.

Oleh karena itu di dalam Al-Qur’an, perbuatan dosa disebut bahwa ‘manusia menzalimi diri sendiri’. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَمَا ظَلَمْنَٰهُمْ وَلَٰكِن كَانُوٓا۟ أَنفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ

“dan Kami tiada menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” (QS. An-Nahl[16]: 118)

Memang belum tiba waktunya, di mana kita akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan di mana kita mengakui siapa diri kita yang sebenarnya. Tapi yakinlah waktu tersebut akan tiba.

Setiap dari kita akan dipanggil oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dimintai pertanggung jawaban terhadap apa yang telah kita lakukan di atas muka bumi. Ketika itulah kesombongan akan hilang dan sirna. Dan ketika kesombongan hilang dan sirna, yang datang adalah kejujuran. Lalu manusia berkata,

قَالُوا رَبَّنَا غَلَبَتْ عَلَيْنَا شِقْوَتُنَا وَكُنَّا قَوْمًا ضَالِّينَ

“Mereka berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah dikuasai oleh kejahatan kami, dan adalah kami orang-orang yang sesat.” (QS. Al-Mu’minun[23]: 106)

Allah Subhanahu wa Ta’ala menceritakan di dalam Al-Qur’an tentang penyesalan-penyesalan dari para pelaku maksiat, di akhirat kelak. Mengapa Allah Subhanahu wa Ta’ala menceritakannya kepada kita? Agar kita jadikan sebagai peringatan marabahaya. Mengapa harus ada peringatan marabahaya? Agar kita tidak terjerumus ke dalamnya. Agar kita tidak termasuk ke dalam golongan orang-orang yang Allah Subhanahu wa Ta’ala ceritakan di dalam Al-Qur’an yang menyesali hidup kita sendiri.

Kita ingin memperbaikinya, namun kesempatan untuk memperbaiki sudah tidak ada. Siapapun yang sampai ke akhirat dan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, ternyata lebih berat dan banyak maksiatnya dari pada ibadahnya, dan dia ingin merevisi amalannya, tak ada kesempatan. Hal itu sudah Allah Subhanahu wa Ta’ala katakan,

وَلَوْ تَرَىٰ إِذِ الْمُجْرِمُونَ نَاكِسُو رُءُوسِهِمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ رَبَّنَا أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَارْجِعْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ

“Dan, jika sekiranya kamu melihat mereka ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata): “Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin”.” (QS. As-Sajdah[32]: 12)

Namun Allah Subhanahu wa Ta’ala katakan tidak ada kesempatan untuk kembali.

Oleh karena itu, gunakanlah kesempatan ketika masih ada waktu untuk memperbaiki. Kesempatan untuk memperbaiki perilaku, masih ada. Dan jangan sampai penyesalan datang saat waktu merevisi amalan sudah tertutup. Di dalamnya akan ada penyesalan tiada tara, wahai saudaraku.

Para Nabi dan Rasul semuanya diutus oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan dua tugas besar. Salah satunya yakni memberitahukan manusia akan adanya marabahaya di akhirat. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

رُسُلًا مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ لِئَلَّا يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللَّهِ حُجَّةٌ بَعْدَ الرُّسُلِ ۚ

“(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu.” (QS. An-Nisa'[4]: 165)

Baca dan tadabburilah Al-Qur’an. Di dalamnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala menyampaikan kepada kita ancaman-ancaman marabahaya itu.

Khutbah Jumat Kedua

Sidang Jum’at rahimani wa rahimakumullah,

Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan Al-Qur’an, para nabi, serta rasul untuk menyayangi dan merahmati kita. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiya[21]: 107)

Dan kita adalah bagian dari alam itu. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan agama. Kalau kita ikuti, kita akan dirahmati oleh-Nya. Namun kalau kita berpaling dan tidak peduli, Allah Subhanahu wa Ta’ala pun tidak akan peduli. Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberikan ganjaran kepada manusia sesuai amalannya.

Di dalam sebuah hadits qudsi riwayat Imam Muslim dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

يَا عِبَادِى إِنَّمَا هِىَ أَعْمَالُكُمْ أُحْصِيهَا لَكُمْ ثُمَّ أُوَفِّيكُمْ إِيَّاهَا فَمَ

“Wahai hamba-Ku, sesungguhnya inilah amal perbuatan kalian. Aku catat semuanya untuk kalian, kemudian Kami akan membalasnya.” (Hadits Arbain No. 24)

Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak pernah menzalimi seorang hamba pun, menghukum dia tanpa kesalahan apapun. Kalau ada yang Allah Subhanahu wa Ta’ala adzab di akhirat, itu karena perbuatan diri dia sendiri. Bukan karena Allah Subhanahu wa Ta’ala menzalimi diri dia.

Maka di khutbah yang kedua ini, khatib ingin mengingatkan diri sendiri dan semua yang hadir pada kesempatan yang berbahagia ini, jaga dan bentengi diri kita dari neraka Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tugas terberat dalam hidup ini adalah membentengi diri dari neraka-Nya. Itu tugas kita hidup di permukaan bumi.

Para nabi dan rasul sudah mengerjakan tugasnya dengan sempurna, mengingatkan hamba-hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala dari marabahaya di dalam akhirat, khususnya di neraka. Barang siapa yang patuh dan taat, maka dia akan beruntung. Dan barang siapa yang berpaling, dia akan menyesal.

Peringatan khatib kepada diri sendiri, jangan sampai kita menyesali diri di akhirat. Jika ingin menyesal, menyesallah di dunia. Dan jika ingin membenahi dan memperbaiki, benahi dan perbaikilah di dunia. Sebelum datang akhirat yang mana tidak ada kesempatan lagi untuk merevisi amalan.

Video Khutbah Jumat: Hamba Yang Sulit Taat Dan Patuh Kepada Allah

Sumber Video: YouTube Channel Maududi Abdullah

Mari turut menyebarkan “Khutbah Jumat: Seriuslah Dalam Berbenah” ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum.

Catatan:
[1] https://sunnah.com/bukhari:4850

Komentar

WORDPRESS: 2
  • comment-avatar
    segerianto 2 tahun ago

    maasya alloh sungguh menyentuh hati khutbah nya izin foto kopi buat khutbah jumat tmpat kami afwan bisakah kami dapatkan kutbah yg lainnya?”

  • DISQUS: 0