Khutbah Jumat: Hati-Hati dengan Dunia

Khutbah Jumat: Hati-Hati dengan Dunia

Khutbah Jumat tentang “Hati-Hati dengan Dunia” ini disampaikan oleh Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah Hafizhahullahu Ta’ala.

Khutbah Jumat: Hati-Hati dengan Dunia

Khutbah Jumat Pertama

Saya wasiatkan kepada diri saya dan kepada semua yang hadir di tempat ini agar senantiasa bertakwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Hanya mereka yang diterima amalannya dan hidup berbahagia serta sukses di dunia dan akhirat.

Allah ‘Azza wa Jalla mengulangi perintah-Nya. Dan para Rasul menyampaikannya berulang kali. Lalu diteruskan oleh para pewaris Nabi.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah.”

Kalimat yang sering kita dengar yang sering diulang-ulang karena kita memang sering lupa.

حَقَّ تُقَاتِهِ

“ketakwaan yang sebenarnya”

Bukan sekedar tulisan yang terpampang, bukan sekedar ucapan yang kita ungkapkan. Ketakwaan adalah sesuatu yang jiwa kita yakini, kemudian lisan kita ucapkan, dan raga kita mempraktekkannya. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan,

وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

“dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali ‘Imran[3]: 102)

Yang menjadi standar orang baik bukan sekarang, tapi nanti ketika ajal menjemput.

Cinta kepada Harta

Jamaah rahimakumullah,

Setiap hari kita dan orang-orang keluar dari rumah. Anak-anak juga berangkat ke sekolah. Besok mereka akan melakukannya kembali. Terus seperti itu rutinitas yang manusia kerjakan. Ada yang ke pasar, ke kantor, pabrik, ada juga yang di jalanan. Semuanya mencari uang, harta.

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menanamkan di jiwa kita kecintaan kepada harta sebagaimana dalam firman-Nya,

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Ali ‘Imran[3]: 14)

Lihatlah orang terkaya di dunia ini. Ke mana dia membawa hartanya? Dia tinggalkan selama-lamanya di atas muka bumi ini. Di negeri ini kita sering membaca 10 Orang Terkaya. Harta mereka semua nanti ditinggal.

Hati-hati dengan dunia ini, jangan sampai kita tertipu. Silakan bekerja, mencari harta. Tapi ambisi kita bukan dunia karena kita tidak lama tinggal di dunia ini.

Sungguh sangat bodoh manusia yang menimbun hartanya di sebuah tempat. Dia letakkan di brankas, setiap hari dia kumpulkan di sana, kemudian setelah itu dia tinggalkan selama-lamanya. Ke mana akalmu? Bukankah engkau capek telah menumpuk harta itu? Bukankah engkau sekolah dalam hitungan tahunan untuk mendapatkan harta itu? Dan engkau sudah mendapatkannya, mengapa tak engkau bawa? Mengapa engkau tinggalkan selama-lamanya di muka bumi?

Dan kebanyakan dari kita seperti itu. Hanya bekerja dan terus bekerja kemudin pergi meninggalkan dunia.

Jiwa yang Menderita

Ahibbatiy fillah,

Sebagian kita sudah hidup menderita jiwanya. Maka WHO menyebutkan sudah ada 1 milyar orang yang sakit jiwanya.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

إِذَا فُتِحَتْ عَلَيْكُمْ فَارِسُ وَالرُّومُ أَىُّ قَوْمٍ أَنْتُمْ ». قَالَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ نَقُولُ كَمَا أَمَرَنَا اللَّهُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « أَوْ غَيْرَ ذَلِكَ تَتَنَافَسُونَ ثُمَّ تَتَحَاسَدُونَ ثُمَّ تَتَدَابَرُونَ ثُمَّ تَتَبَاغَضُونَ أَوْ نَحْوَ ذَلِكَ ثُمَّ تَنْطَلِقُونَ فِى مَسَاكِينِ الْمُهَاجِرِينَ فَتَجْعَلُونَ بَعْضَهُمْ عَلَى رِقَابِ بَعْضٍ.

Jika Persia dan Romawi telah ditaklukkan, lantas bagaimanakah keadaan kalian? ‘Abdurrahman bin ‘Auf berkata, ”Sebagaimana Allah perintahkan kepada kami. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak seperti itu, kalian akan saling berlomba, saling dengki, saling bermusuhan, saling benci, atau semacam itu (dalam meraih dunia, pen). Kemudian kalian berangkat ke tempat-tempat tinggal kaum muhajirin dan kalian menjadikan sebagian mereka membunuh sebagian yang lain” (HR. Muslim no. 2962)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyampaikan ini ketika para sahabat dalam keadaan susah, tidak tahu esok hari apa yang mau mereka makan. Dalam keadaan para sahabat hanya makan sebutir kurma dalam perjalanan akan perang dan tidak memiliki alas kaki hingga kuku mereka mengelupas.

Dalam keadaan demikian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bertanya, “Bagaimana keadaan kalian jika Persia dan Romawi ditaklukkan kemudian hartanya dibagikan kepada kalian?” 

Jamaah, kita pernah sulit dalam hal ekonomi. Ingat dahulu ketika mungkin kendaraan kita hanya motor bekas, belum menikah tidak memiliki apa-apa. Kemudian terus bertingkat keadaan ekonomi kita. Semakin membaik dan lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala memberinya lagi kepada kita.

Sekarang bagaimana kondisi kita? Abdurrahman bin ‘Auf mengatakan bahwa kita akan menjadi seperti apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya inginkan. Tapi kata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, kalian tidak seperti itu.

Penyakit Manusia Ketika Banyak Harta

Yang pertama, تَتَنَافَسُونَ – kalian akan bersaing. Sudah memiliki banyak harta. Yang seharusnya hidup tenang, sakit jiwanya. Terus dia bersaing. Motornya ingin lebih baik dari motor orang lain, gawainya ingin lebih baik dari gawai orang lain, hartanya ingin lebih banyak dari harta orang lain, dan rumahnya ingin lebih bagus dari rumah orang lain. Terus saja didorong oleh penyakit tersebut. Itu yang akan terjadi.

Bersaing boleh selama tidak menzalimi orang lain. Tapi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan itu hanya awalnya.

Yang kedua, ثُمَّ تَتَحَاسَدُونَ – kalian akan saling menghasut setelah itu. Karena dunia ini sempit, kursi-kursi itu terbatas. Kalau sudah ada yang duduk di sana, yang lain tidak ada yang bisa duduk di situ. Dia harus menurunkan orang tersebut dan menggantikan posisi itu.

Lihatlah orang-orang yang ada di pasar, bagaimana kondisi jiwa-jiwa mereka yang mungkin tampak sehat menurut kita namun sakit jiwanya. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyampaikan kalian akan saling iri. Saling hasut karena tidak suka ada orang lain yang lebih baik dari dia.

Padahal saudara sesama muslim yang seharusnya dia gembira dengan kegembiraan saudaranya. Yang seharusnya dia cinta kepada saudaranya seperti dia mencintai dirinya sendiri. Tapi itu tidak terjadi. Kalian akan saling menghasut dan iri. Apakah selesai sampai di situ? Tidak.

Yang ketiga, ثُمَّ تَتَدَابَرُونَ – kalian tidak saling bertegur sapa. Tidak ingin bertemu. Jika bertemu, maka akan sakit hatinya.

Yang keempat, yang akan dibawa pulang, tidur, dan makan; ثُمَّ تَتَبَاغَضُونَ – kalian akan saling membenci. Kalian akan bermusuhan dengan saudara kalian sendiri.

Ahibbatiy fillah,

Itu penyakit yang sudah menimpa kita. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan,

دَبَّ إِلَيْكُمْ دَاءُ الْأُمَمِ قَبْلَكُمْ: اَلْحَسَدُ وَالْبَغْضَاءُ

“Penyakit umat-umat sebelum kalian telah menyerang kalian yaitu dengki dan benci.” (HR. At-Tirmidzi No. 2510)[2]

Perbaiki Niat

Ahibbatiy fillah,

Kita tidak dilarang untuk mengumpulkan harta. Tapi tolong perbaiki niatnya. Ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melihat ada seorang sahabat yang bekerja keras mengumpulkan harta. Kata orang-orang di kalangan sahabat yang lainnya mengatakan,

يَا رَسُولَ اللَّهِ، لَوْ كَانَ هَذَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ

“Wahai Rasulullah, aduhai sekiranya energi dan kekuatannya disalurkan di jalan Allah, jihad fi sabilillah.”

، إِنْ كَانَ خَرَجَ يَسْعَى عَلَى وَلَدِهِ صِغَارًا فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، وَإِنْ خَرَجَ يَسْعَى عَلَى أَبَوَيْنِ شَيْخَيْنِ كَبِيرَيْنِ فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، وَإِنْ كَانَ يَسْعَى عَلَى نَفْسِهِ يَعِفُّها فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، وَإِنْ كَانَ خَرَجَ رِيَاءً وتَفَاخُرًا فَهُوَ فِي سَبِيلِ الشَّيْطَانِ

“Jika ia keluar rumah berusaha menafkahi atas anaknya yang kecil maka ia adalah berjihad fi sabilillah, dan jika ia keluar rumah berusaha menafkahi kedua orangtuanya yang sangat tua kedua-duanya maka ia adalah berjihad fi sabilillah, dan jika ia keluar berusaha untuk dirinya sendiri agar tidak meminta-minta maka ia adalah berjihad fi sabilillah, dan jika ia keluar dari rumahnya dalam keadaan riya’ dan menyombongkan diri maka ia berada di dalam jalan setan.” (HR. Ath Thabrani no. 1428)[3]

Jangan sampai kita setiap hari keluar dari rumah malah sedang di jalan setan, bekerja hanya untuk berbangga-bangga dan pamer kepada orang lain.

Khutbah Jumat Kedua

Ahibbatiy fillah,

Berapa banyak orang-orang yang kita kenal telah pergi meninggalkan dunia ini? Dan kita tahu hasil usaha dia, rumah yang dia bangun, motor yang dia miliki, dan harta yang lainnya tidak dia bawa.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan,

يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلاَثَةٌ ، فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى مَعَهُ وَاحِدٌ ، يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ ، فَيَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ ، وَيَبْقَى عَمَلُهُ

Yang mengikuti mayit sampai ke kubur ada tiga, dua akan kembali dan satu tetap bersamanya di kubur. Yang mengikutinya adalah keluarga, harta dan amalnya. Dan yang kembali adalah keluarga dan hartanya. Sedangkan yang tetap bersamanya di kubur adalah amalnya.” (HR. Bukhari, no. 6514; Muslim, no. 2960)

Kita lihat mungkin ada ribuan orang yang mengantarkan jenazah. Apakah ada salah satu di antara mereka yang mau tinggal di dalam kubur? Tidak ada. Anaknya mungkin? Atau orang tua dan kawan dekatnya. Tidak ada. Anak buahnya yang dia bayar, apakah mau menemani majikannya di dalam kubur? Tidak ada yang mau.

Siapa yang mau menemani? Amalnya. Maka segeralah beramal. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

بَادِرُوا بِالأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِى كَافِرًا أَوْ يُمْسِى مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا

Bersegeralah melakukan amalan shalih sebelum datang fitnah (musibah) seperti potongan malam yang gelap. Yaitu seseorang pada waktu pagi dalam keadaan beriman dan di sore hari dalam keadaan kafir. Ada pula yang sore hari dalam keadaan beriman dan di pagi hari dalam keadaan kafir. Ia menjual agamanya karena sedikit dari keuntungan dunia” [HR. Muslim][5]

Dia menjual agamanya, dia barter dengan sedikit kenikmatan dunia. Tidak lagi memikirkan halal dan haram. Yang ada di dalam benaknya hanya harta, jabatan, dan kedudukan. Padahal semua itu akan dia tinggalkan.

Baca dan Renungkan

Ahibbatiy fillah,

Hari ini hari Jumat. Harinya bershalawat untuk Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Hari yang dianjurkan untuk membaca Al-Qur’an surah Al Kahfi. Bacalah dengan artinya, baca pesan-pesan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada kita agar kita tidak diperbudak oleh harta kita.

Biasanya imam kalau shalat Jumat itu membaca dua surah, yaitu Al A’la dan Al Ghasyiyah. Ketika pulang dari sini, baca tafsirnya. Sehingga kita mengetahui pesan-pesan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala sampaikan dan agar kita tidak mementingkan kehidupan dunia.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا

“Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi.” (QS. Al-A’la[87]: 16)

وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ

“Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Al-A’la[87]: 17)

Video Khutbah Jumat: Hati-Hati dengan Dunia

 

Sumber:
[1] https://rumaysho.com/3215-dunia-memang-menggiurkan.html
[2] https://almanhaj.or.id/12353-larangan-saling-mendengki-2.html#_ftn1
[3] http://www.dakwahsunnah.com/artikel/keluarga-muslim/379-nafkahi-anak-dan-istrimu-teguran-untuk-suami-malas-bekerja-%E2%80%93-bag-02
[4] https://rumaysho.com/14414-tiga-yang-menemani-dua-pulang-satu-tersisa.html
[5] https://muslim.or.id/50528-hadits-pagi-beriman-dan-sorenya-kafir.html

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: 0