Khutbah Jumat Singkat: Kemerdekaan Sejati

Khutbah Jumat Singkat: Kemerdekaan Sejati

Khutbah Jumat singkat padat tentang “Kemerdekaan Sejati” ini disampaikan oleh Ustadz Abdullah Zaen, M.A. Hafizhahullahu Ta’ala.

Khutbah Jumat Singkat: Kemerdekaan Sejati

Khutbah Pertama

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه، وحبيبه وخليله، صلوات ربي وسلامه وبركاته عليه، وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين

اما بعد

فيا عباد الله أوصيكم ونفسي بتقوى الله

Jama’ah Jum’at rahimakumullah,

Marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan ketakwaan yang sebenar-benarnya. Yaitu dengan mengamalkan apa yang diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan RasulNya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Serta menjauhi apa yang dilarang oleh Allah ‘Azza wa Jalla dan oleh RasulNya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Jama’ah Jum’at rahimakumullah,

Pada hari ini Jum’at 5 Dzulhijjah 1439 Hijriyah adalah hari yang istimewa dan bersejarah bagi bangsa Indonesia. Menilik peristiwa sejarah Indonesia 75 tahun yang lalu dalam kalender Hijriyah. Kita dapatkan bahwa pada hari Jumat 9 Ramadhan 1364 Hijriyah Ir. Soekarno membacakan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.

Tentu ini adalah anugerah yang besar dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Proklamasi kemerdekaan di hari yang paling mulia dan di bulan yang paling mulia. Kemerdekaan adalah cita-cita setiap warga negara di manapun berada. Sebagai seorang hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala, kemerdekaan bukanlah semata terbebas dari penjajahan bangsa lain. Akan tetapi yang jauh lebih utama dari itu adalah manakala seorang hamba bisa terbebas dari segala hal yang menghalanginya dari beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Terbebas dari segala sesuatu yang menjauhkannya dari surga Allah Subhanahu wa Ta’ala karena maksud dan tujuan hidup manusia adalah untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Az-Zariyat[51]: 56)

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Tentu setiap dari kita ingin menjadi manusia yang merdeka dengan seutuhnya. Hidup tanpa ketergantungan terhadap sesuatu. Hidup aman dan bebas dari penghambaan dan penjajahan. Setiap orang berani untuk membeli dengan harga mahal untuk kemerdekaan yang hakiki itu. Karena jika tidak merdeka, berarti setiap saat siap untuk disiksa, dilucuti, dibentak-bentak, diusir, dihina, diserobot, didiskriminasi, atau bahkan dibunuh.

Akan tetapi, ironisnya banyak orang belum mengetahui apa itu kemerdekaan yang hakiki. Mereka belum bisa membedakan antara kemerdekaan hakiki dan keterpurukan. Ketika kita tidak mengetahui apa itu kemerdekaan hakiki, tentu kita akan terperosok ke dalam kemerdekaan semu. Sehingga acuh tak acuh dan tidak berusaha meraih kemerdekaan hakiki. Atau bahkan mengganti kemerdekaan hakiki yang telah didapatkan dengan keterpurukan dan kehinaan.

Sidang Jum’at yang rahimakumullah,

Merdeka dalam Islam dimaknai dengan sikap ketundukan dan kepatuhan. Merdeka adalah penghambaan mutlak kepada Dzat yang berhak untuk disembah, yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala. Merdeka adalah terbebas dari segala belenggu penjajahan sesama manusia dan keluar dari keterpurukan hidup di dunia. Ketika seorang muslim terbebas dari penghambaan kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala dan tunduk serta patuh kepada aturan dan hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala, di sanalah muncul kemerdekaan sejati dan hakiki.

Kemerdekaan inilah tujuan diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ke muka bumi. Juga tujuan dakwah para sahabat dan kaum mukminin yang mengikuti jalan Beliau. Ketika peristiwa pertempuran Qadisiyyah terjadi, yaitu pertempuran antara kaum muslimin dengan bangsa Persia. Panglima kaum muslimin saat itu yaitu Sa’ad bin Abi Waqash radhiyallahu ‘anhu, mengutus salah satu prajuritnya Rib’i Bin ‘Amir untuk menghadap Panglima Persia yaitu Rustum.

Dalam pertemuan tersebut, Rustum bertanya kepada Rib’i, Apa tujuan pasukan kaum muslimin datang menuju Persia? Mengapa mereka datang ke Persia? Maka dengan lantang Rib’i menjawab dengan kalimat yang dicatat dengan tinta emas oleh sejarah. Kalimat itu dinukil dalam kitab al-Bidayah wan-Nihayah dan buku-buku yang lainnya. Rib’i berkata,

اللهُ ابْتَعَثَنَا لِنُخْرِجَ مَنْ شَاءَ مِنْ عِبَادَةِ العِبَادِ اِلَى عِبَادَةِ اللهِ

“Allah Subhanahu wa Ta’ala mengirim kami untuk memerdekakan siapa yang dikehendaki-Nya dari penghambaan kepada sesama manusia menuju penghambaan kepada Allah semata.”

وَمِنْ ضِيْقِ الدُّنْيَا اِلَى سَعَتِهَا

“Untuk memerdekakan mereka dari dunia yang sempit menuju dunia yang luas.”

وَمِنْ جَوْرِ الأَدْيَانِ اِلَى عَدْلِ الاِسْلَامِ

“Serta memerdekakan manusia dari kesewenang-wenangan agama lain menuju kepada keadilan Islam.”

Jama’ah Jum’at rahimakumullah,

Lihatlah bagaimana seorang sahabat yang mulia Bilal bin Rabbah Radhiyallahu ‘Anhu yang memahami makna kemerdekaan hakiki. Ketika itu beliau menjadi budak/ hamba sahaya Abu Jahal. Walaupun jasadnya disiksa dengan siksaan yang teramat pedih, akan tetapi beliau tetap mempertahankan keimanannya. Sebab beliau memiliki jiwa yang merdeka. Jiwa yang bertauhid dan tunduk hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dengan itulah beliau menjadi hamba yang merdeka seutuhnya.

Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan risalah yang Beliau emban, memiliki misi untuk membawa manusia kepada kemerdekaan yang paling hakiki. Kemerdekaan dari kegelapan menuju kepada hidayah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dari kebodohan menuju kepada ilmu pengetahuan, dari kekuatan iman menuju kepada keadilan. Kemerdekaan yang menjadi gerbang besar menuju kemenangan di dunia dan akhirat sebuah gerakan kemerdekaan yang dalam waktu singkat mengilhami seluruh penjuru bumi. Bahkan menginspirasi Eropa untuk beranjak dari masa kegelapan kepada masa kemajuan.

Dengan kekuatan ini pula, dua Imperium besar Persia dan Romawi ditunjukkan di awal sejarah Islam. Kemerdekaan tersebut adalah tauhid. Sehingga apabila tauhid itu dicampakkan, maka keterpurukan dan kehinaan lah yang akan dialami oleh umat dan bangsa ini.

اقول قولي هذا واستغفر الله لي ولكم، ولسائر للمؤمنين والمؤمنات، فاستغفروه، انه هو الغفور الرحيم

Khutbah Kedua

Sidang Jum’at yang kami hormati,

Satu contoh nyata yang Allah Subhanahu wa Ta’ala kisahkan di dalam Al-Qur’an dan harus kita jadikan pelajaran yaitu kisah Nabi Musa ‘Alaihis Salam dengan Bani Israil. Yaitu ketika Nabi Musa ‘Alaihis Salam dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala sukses untuk memerdekakan kaumnya Bani Israil dari penjajahan dan penyembahan kepada Fir’aun yang mengaku sebagai Tuhan. Bani Israil akhirnya menghirup kemerdekaan hakiki. Setelah sekian lama menjalani kerja paksa, diperlakukan diskriminatif, dan dipaksa untuk menyembah Fir’aun.

Di dalam Al-Qur’an, kisah Nabi Musa ‘alaihissalam dengan Bani Israil ini diabadikan sebagaimana dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

وَإِذْ قَالَ مُوسَىٰ لِقَوْمِهِ يَا قَوْمِ اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ جَعَلَ فِيكُمْ أَنْبِيَاءَ وَجَعَلَكُمْ مُلُوكًا وَآتَاكُمْ مَا لَمْ يُؤْتِ أَحَدًا مِنَ الْعَالَمِينَ . يَا قَوْمِ ادْخُلُوا الْأَرْضَ الْمُقَدَّسَةَ الَّتِي كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ وَلَا تَرْتَدُّوا عَلَىٰ أَدْبَارِكُمْ فَتَنْقَلِبُوا خَاسِرِينَ .

“Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Hai kaumku, ingatlah nikmat Allah atasmu ketika Dia mengangkat nabi nabi diantaramu, dan dijadikan-Nya kamu orang-orang merdeka, dan diberikan-Nya kepadamu apa yang belum pernah diberikan-Nya kepada seorangpun diantara umat-umat yang lain”. Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari kebelakang (karena takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi.” (QS. Al-Ma’idah[5]: 20-21)

Sayangnya, kemerdekaan yang Bani Israil rasakan tidak mau mereka syukuri. Pembangkangan demi pembangkangan mereka lakukan terhadap Nabi Musa ‘Alaihis Salam. Ajaran terhadap tauhid, mereka khianati dengan menyembah patung anak sapi. Khianat adalah sikap yang kemudian membuat kemerdekaan yang mereka dapatkan menjadi sia-sia belaka. Mereka mengganti kemerdekaan yang hakiki dengan kesesatan dan keterpurukan lantaran kesombongan dan pembangkangan mereka.

Karena itulah Allah Subhanahu wa Ta’ala melaknat dan memurkai mereka di dunia dan di akhirat. Inilah akibat yang akan menimpa apabila kita tidak mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sudahkah kita berusaha untuk meraih kemerdekaan hakiki tersebut? Apabila belum, usaha apakah yang sudah kita lakukan untuk meraihnya? Apabila sudah, bersyukurlah dan jagalah nikmat terbesar ini. Kemudian ajaklah umat manusia untuk meraih kemerdekaan yang hakiki ini.

إِنَّ اللَّـهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اللهم صل وسلم وزد وبارك وانعم على سيدنا ومولانا محمد
اللهم اغفر للمؤمنين والمؤمنات، والمسلمين والمسلمات، الاحياء منهم والاموات، انك سميع قريب مجيب الدعوات
اللهم منزل الكتاب مجري السحاب هازم الاحزاب اهزم اعداءك اعداء الدين يا رب العالمين
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا اِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَتُبْ عَلَيْنَا اِنَّكَ اَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
و سبحان ربك رب العزه عما يصفون وسلام على المرسلين والحمد لله رب العالمين

Video Khutbah Jumat Singkat: Kemerdekaan Sejati

Sumber video: Yufid.TV

Mari turut menyebarkan tulisan tentang “Khutbah Jumat Singkat: Kemerdekaan Sejati” ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum..

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: