Khutbah Jumat Singkat Tentang Amalan Tergantung Akhirnya

Khutbah Jumat Singkat Tentang Amalan Tergantung Akhirnya

Materi 53 – Tawakal Terlarang – Ujub, Menyandarkan pada Diri Sendiri
Khutbah Jumat: Hamba Yang Sulit Taat Dan Patuh Kepada Allah
Materi 57 – Tawadhu’ Sifat ‘Ibadurrahman

Khutbah Jumat Singkat Tentang Amalan Tergantung Akhirnya ini adalah catatan dari video khutbah yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A. Hafidzahullah.

Download pdf https://t.me/ngajiid/56

Khutbah Jumat Pertama Tentang Amalan Tergantung Akhirnya

إن الحمد لله، نحمدُه ونستعينُه ونستغفرُه وَنَتُوبُ إِلَيْهِ ونعوذُ باللهِ من شرورِ أنفسنا ومن سيئات أعمالنا من يهدِه الله فلا مضلَّ له، و من يضلِلْ فلا هادي له، وأشهدُ أنْ لا إله إلا الله وحده لا شريكَ له، وأشهدُ أن محمداً عبده ورسوله لا نبيئ بعده

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

أما بعد

فإن اصدقَ الحديث كتابُ الله وخيرَ الهدي هديُ محمد صلى الله عليه وسلم وشرَّ الأمورِ محدثاتُها وكلَّ محدثة بدعةٌ وكلَّ بدعة ضلالةٌ وكلَّ ضلالة في النار

معاشر المسلمين، أًوصيكم ونفسي بتقوى الله، فقد فاز المتقون

Aisyah radhiallahu ‘anha meriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Sebagaimana diriwayatkan Ibnu Hibban dalam shahihnya. Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ

“Sesungguhnya amalan tergantung dari akhirnya.”

Demikian juga Al Imam Ahmad meriwayatkan dalam Musnadnya dari Sahl bin Saad Radhiyallahu ‘Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ و إِنَّهُ لَمن أَهْلِ النَّارِ

“Ada seseorang melakukan amalan penghuni surga, padahal sesungguhnya dia adalah penghuni neraka Jahannam.”

و إِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ و إِنَّهُ لَمن أَهْلِ الْجَنَّةِ

“Ada seseorang melakukan amalan penghuni neraka, padahal dia adalah penghuni surga.”

Kemudian kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam

و إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيْم

“Sesungguhnya amalan tergantung pada akhir seseorang.”

Al Imam Al Bukhari rahimahullahu ta’ala juga meriwayatkan dalam shahihnya. Dari Sahl bin Saad Radhiyallahu ‘Anhu.

Bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah bersabda (ketika perang uhud) :

مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَنْظُرَ إِلَى رَجُلٍ مِنْ أَهْلِ النَّارِ فَلْيَنْظُرْ إإِلَى هَذَا

Kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

“Barangsiapa yang ingin melihat penghuni neraka lihatlah orang ini.”

فَتَبِعَهُ رَجُلٌ

“Maka ada seorang sahabat yang mengikuti orang tersebut.”

Padahal orang ini sangat hebat dalam bertempur. Sangat hebat dalam berperang. Betapa banyak orang musyrikin tewas di tangannya. Dia (orang disinyalir Nabi tersebut) diikuti oleh seorang sahabat. Dia heran mendengar sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Kata Nabi, barangsiapa yang ingin melihat penghuni neraka, lihat orang ini. Maka ia ikuti terus.

فَلَمْ يَزَلْ عَلَى ذَلِكَ حَتَّى جُرِحَ

“Dan orang (yang disabdakan Nabi) ini terus bertempur dengan hebat sampai dia terluka.”

Ternyata ketika terluka, dia tidak kuasa menahan rasa sakitnya. Maka dia pun menegakkan pedangnya. Lantas dia menindihkan pedang ke dadanya. Sampai pedang tersebut tembus sampai belakang dadanya dan dia mati bunuh diri.

Maka kemudian Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فيما يبدو للناس وهو من أهل النار

“Sesungguhnya seseorang mengamalkan amalan penghuni surga menurut pandangan manusia. Tapi sesungguhnya dia adalah penghuni neraka Jahannam.”

Kemudian kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

و إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ

“Sesungguhnya amalan tergantung pada akhirnya.”

Hadirin yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Hadits-hadits ini mengingatkan kita agar kita tidak bangga dengan apa yang telah kita lakukan, dengan amal saleh yang kita lakukan, dengan tilawah kita, dengan sedekah kita, dengan bacaan Quran kita, dengan shalat kita, dengan amal saleh yang kita lakukan. Karena kita tidak tahu akhir (hayat) kita.

(Firman Allah ta’ala QS Luqman:34)

وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوت

“Dan tidak ada satu jiwa pun tahu di bumi mana dia akan meninggal dunia.”

Sebagian ahli tafsir mengatakan (makna dari penggalan ayat ini yaitu) dia tidak tahu bagaimana kondisi dia di bumi tersebut ketika meninggal dunia, apakah dalam kondisi baik atau kondisi su’ul khotimah.

Allah Subhanahu wa Ta’ala meng-gaib-kan ini semua. Ini adalah rahasia Allah, dan tidak ada yang tahu kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala (yang mengetahui) tentang takdir seseorang, apakah dia penghuni surga atau penghuni neraka jahannam.

Di antara hikmahnya, kata para ulama  agar seseorang tidak ujub dengan apa yang dia lakukan, tidak merasa bangga dengan yang dia lakukan. Karena dia tidak tahu bagaimana akhir hayatnya.

Selain itu, kalau seseorang mengetahui bahwasanya dia penghuni surga dia akan menjadi sombong. Kemudian dia menjadi malas beramal karena tahu bahwa dia penghuni surga. Sebaliknya jika dia tahu bahwa dia ada di neraka jahannam, maka dia semakin kufur. Semakin berbuat kedhaliman karena tahu bahwa dia akan masuk neraka jahannam.

Tetapi ketika perkara ini ditutup oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak ada yang mengetahuinya, maka setiap hamba berhati-hati dengan amal saleh yang dia lakukan.

Jangan ujub dan bangga dengan apa yang dia lakukan, dan jangan merendahkan orang lain. Bisa jadi ada pelaku maksiat di hadapan dia, belum tentu akhir dari pelaku maksiat tersebut buruk. Bisa jadi dia bertaubat kepada Allah, dan Allah menganugrahkannya husnul khotimah.

Oleh karenanya Hafs, seorang salaf yang bernama Hafs berkata kepada Ibnu Mubarak:”Aku berkata kepada Ibnu Mubarak:

رأيت رجلاً قتل رجلاً فوقع فى نفسى أنى أفضل منه

Aku melihat seseorang lelaki membunuh lelaki yang lain, lantas terbetik dalam hatiku bahwasanya aku lebih baik dari pembunuh tersebut.

Maka apa kata Ibnu Mubarak?

أمنك على نفسك أشد من ذنبه؟

Kata Ibnu Mubarak:

Engkau merasa aman terhadap dirimu? Itu lebih berat perkaranya daripada dosa yang dia lakukan.”

Maksud ucapan Ibnu Mubarak ini adalah atas dasar apa engkau merasa lebih baik daripada dia? Apakah engkau merasa pasti masuk surga? Dan pembunuh tersebut masuk neraka Jahannam? Kau tidak tahu bagaimana akhirmu dan bagaimana akhir pembunuh tersebut.

Bisa jadi engkau ditutup dengan keburukan. Dan bisa jadi pelaku maksiat tersebut berakhir dengan kebaikan. Oleh karenanya, bagaimana pun seseorang beramal saleh, hendaknya dia bertakwa kepada Allah subhanu wa ta’ala dan menjaga amalnya, dan terus memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala  agar dianugerahkan husnul khotimah.

Kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

إذا أراد الله بعبده خيرا استعمله قَبْلَ مَوْتِه

“Jika Allah menghendaki kebaikan bagi seorang hamba, Allah gunakan dia sebelum wafatnya.”

Maka para sahabat bertanya:

كَيْفَ يَسْتَعْمِلُهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ

“Bagaimana Allah menggunakannya?”

Maksudnya adalah menggunakan dia dalam amal saleh.
Kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

يُوَفِّقُهُ بعَمَلٍ صَالِحٍ قبل موته ثم يقبضه عليه

“Allah memudahkan dia dalam beramal saleh sebelum dia meninggal dunia, kemudian Allah mencabut nyawanya dalam keadaan husnul khotimah.”

أقول قولي هذا واستغفر الله لي ولكم ولسائر المسلمين من ذنب وخطيئة فأستغفره إنه هو الغفور الرحيم

Khutbah Jumat Kedua Tentang Amalan Tergantung Akhirnya

الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، أللهم صلي عليه وعل أله وأصحابه وإخوانه

Hadirin yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Di antara perkara yang sangat mempengaruhi seseorang meraih husnul khotimah atau mendapatkan su’ul khotimah meninggal dalam kondisi baik atau meninggal dalam kondisi buruk adalah masalah keikhlasan.

Karenanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika bersabda:

إِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فيما يبدو للناس وهو من أهل النار

“Ada seseorang melakukan pekerjaan amal perbuatan penghuni surga
ternyata dia masuk neraka Jahannam,

Karena kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam :

فيما يبدو للناس

menurut pandangan manusia.”

Artinya dia tidak ikhlas ketika beramal saleh. Ada penyakit dalam hatinya. Apakah dia ingin dipuji, apakah dia ingin disanjung, ingin dihormati. Atau dia bangga dengan amal yang dia lakukan. Atau dia merendahkan orang lain. Dia mengejek amal perbuatan orang lain. Dia menganggap remeh amal saleh orang lain. Penyakit ini akan membuat seseorang terjerumus ke dalam su’ul khotimah.

Maka seseorang harus berusaha untuk menjaga keikhlasan yang telah ia raih. Meraih keikhlasan adalah perkara yang berat. Dan menjaganya lebih berat lagi. Maka Allah memberikan pelajaran bagi kita tentang para sahabat dalam perang Uhud. Saat itu keikhlasan mereka goyang di tengah-tengah pertempuran.

Kata Allah Subhanahu wa Ta’ala (dalam surat Ali Imran):

وَلَقَدْ صَدَقَكُمُ اللّهُ وَعْدَهُ إِذْ تَحُسُّونَهُم بِإِذْنِهِ حَتَّى إِذَا فَشِلْتُمْ وَتَنَازَعْتُمْ فِي الأَمْرِ وَعَصَيْتُم مِّن بَعْدِ مَا أَرَاكُم مَّا تُحِبُّونَ مِنكُم مَّن يُرِيدُ الدُّنْيَا وَمِنكُم مَّن يُرِيدُ الآخِرَةَ ثُمَّ صَرَفَكُمْ عَنْهُمْ لِيَبْتَلِيَكُمْ وَلَقَدْ عَفَا عَنكُمْ

Kata Allah Subhanahu wa Ta’ala:

“Sungguh Allah telah memenuhi janjinya di awal perang Uhud, ketika kalian mengalahkan musuh dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sampai kalian lemah dan bertikai di antara kalian.

Kemudian kata Allah:

وَعَصَيْتُم مِّن بَعْدِ مَا أَرَاكُم مَّا تُحِبُّونَ

“Lantas kalian bermaksiat setelah Allah menampakkan kepada kalian apa yang kalian kehendaki.”

Allah menampakkan ghanimah di hadapan mereka. Sehingga sebagian sahabat turun dari pos pertahanan. Dan mengambil rampasan perang tersebut. Keikhlasan mereka goyang ketika dunia nampak di hadapan mereka.

Maka kata Allah subhanu wa ta’ala:

مِنكُم مَّن يُرِيدُ الدُّنْيَا وَمِنكُم مَّن يُرِيدُ الآخِرَةَ ثُمَّ صَرَفَكُمْ عَنْهُمْ لِيَبْتَلِيَكُمْ

“Di antara kalian, ada yang menghendaki dunia. Dan di antara kalian, ada yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka untuk menguji kamu.

Kemudian kata Allah:

وَلَقَدْ عَفَا عَنْكُمْ

“Tapi Allah telah mengampuni kalian.”

Allah telah mengampuni para sahabat dalam perang Uhud, meski mereka bersalah. Tetapi, kesalahan yang telah diampuni oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala tersebut menjadi pelajaran bagi kita.

Apa kata Ibnu Masud Radhiyallahu ‘Anhu ketika turun ayat ini?

Beliau berkata:

ما كنت أظن أن أحدا من أصحاب رسول اللَّه Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam يريد الدنيا حتى نـزل فينا ما نـزل مِنكُم مَّن يُرِيدُ الدُّنْيَا وَمِنكُم مَّن يُرِيدُ الآخِرَةَ

Kata Ibnu Masud yang merupakan seorang sahabat yang senior, beliau berkata,

“Aku tidak pernah menyangka.”

Tidak pernah terbetik dalam hati beliau sama sekali. Bahwa ada seorang sahabat yang menghendaki dunia. Tidak tampak seorang sahabat menghendaki dunia. Bagaimana mereka menghendaki dunia?

Sementara mereka telah berhijrah meninggalkan kampung halaman mereka.
Meninggalkan harta mereka. Meninggalkan sanak saudara mereka untuk mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dan mereka masuk dalam medan pertempuran. Rela berkorban dengan mengorbankan jiwa, raga dan harta mereka. Maka tidak mungkin mereka tidak ikhlas.

Namun kata Ibnu Masud Radhiyallahu ‘Anhu,

“Aku tidak menyangka, sampai akhirnya turun firman Allah Subhanahu wa Ta’ala tentang kami:

مِنكُم مَّن يُرِيدُ الدُّنْيَا وَمِنكُم مَّن يُرِيدُ الآخِرَةَ

“Di antara kalian, ada yang menghendaki dunia. Dan di antara kalian, ada yang menghendaki akhirat.””

Ini para sahabat! Kalau di awal, perjuangan dan keikhlasan mereka luar biasa. Di tengah perjalanan, keikhlasan mereka bisa goyang. Apalagi dengan kita!

Maka jangan seseorang percaya diri bahwa dia selalu ikhlas! Hendaknya dia selalu mengecek jiwa dan batinnya. Apakah dia selama ini ikhlas beramal saleh? Ataukah dia mengharap pujian dan sanjungan? Apakah dia mengharap pengakuan dari warga sekitar? Ataukah dia beramal saleh karena Allah Subhanahu wa Ta’ala? Maka barangsiapa yang niatnya tidak benar akan membuat seseorang meraih su’ul khotimah, seperti yang dikatakan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam (sebelumnya).

Maka seseorang hendaknya berusaha untuk terus ikhlas. Dan berusaha menjauhkan niatnya dari perkara-perkara dunia. Perkara dunia itu banyak. Di antaranya ingin harta, ingin dinomorsatukan. Ingin diagungkan, ingin disanjung, ingin dipuji dan yang lainnya yang dapat merusak keikhlasan dan ini salah satu sebab seseorang bisa terjerumus dalam su’ul khotimah,

ولي أعوذ بالله

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كما صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كما,باركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد

اللهم أغفر للمسلمين والمسلمات و المؤمنين والمؤمنات الأحياء منهم والأموات انَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَاقَاضِيَ الْحَاجَاتْ

اللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْلَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لِنَا دِينِنَا الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لِنَا دُنْيَاىَ الَّتِي فِيهَا مَعَاشِنَاوَأَصْلِحْ لنَا آخِرَتِنَا الَّتِي فِيهَا مَعَادِنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Video Khutbah Jumat Singkat Tentang Amalan Tergantung Akhirnya

Sumber Video: Firanda Andirja – Khutbah Jum’at : Amalan Tergantung Akhirnya [ID-EN Sub] – Ustadz Dr. Firanda Andirja, Lc, M.A.

Mari turut menyebarkan Khutbah Jumat Singkat Tentang Amalan Tergantung Akhirnya di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum..

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: