Khutbah Jumat Tentang Teman Setia

Khutbah Jumat Tentang Teman Setia

Khutbah Jumat singkat padat “Teman Setia” ini disampaikan oleh Ustadz Abdullah Zaen, M.A. Hafizhahullahu Ta’ala.

Khutbah Jumat Tentang Teman Setia

Khutbah Pertama

Jama’ah Jum’at rohimakumullah

Marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan ketakwaan yang sebenar-benarnya. Yaitu dengan mengamalkan apa yang diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan RasulNya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Serta menjauhi apa yang dilarang oleh Allah ‘Azza wa Jalla dan oleh RasulNya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Jama’ah Jum’at yang semoga dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala,

Sebagai makhluk sosial, di dalam mengarungi kehidupan di dunia ini, kita sangat membutuhkan adanya teman. Namun bukan sembarang teman. Yang kita butuhkan adalah teman yang setia. Kesetiaan teman biasanya akan terlihat dan teruji manakala kesusahan menimpa kita. Saat kita menderita sakit atau saat kita tertimpa musibah, atau saat kita bokek alias tidak punya uang. Jika teman tersebut tetap mendekat, peduli, bahkan membantu. Maka ketahuilah bahwasanya dia Insya Allah adalah teman sejati.

Jika tidak, maka itu indikator kuat bahwa dia adalah tipe manusia yang hobinya suka numpang anget alias hanya memanfaatkan jabatan kita. Hanya memanfaatkan kedudukan kita. Hanya memanfaatkan uang kita belaka.

Kaum muslimin yang kami hormati,

Kesusahan yang kita alami di dunia ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kesusahan di akhirat kelak. Karena kesusahan di dunia itu maksimal hanya terkait urusan hidup dan mati. Adapun kesusahan di akhirat itu bersifat abadi dan tidak berkesudahan. Terlebih lagi, masing-masing kita kelak di hari kiamat hanya akan memikirkan nasibnya sendiri, tidak mempedulikan orang lain sekalipun itu adalah orang terdekatnya.

Sebagaimana yang Allah Subhanahu wa Ta’ala ceritakan suasana saat itu,

يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ . وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ  . وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ . لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ

“Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya.” (QS. ‘Abasa[80]: 34-37)

Namun, di saat setiap manusia hanya memikirkan dirinya sendiri. Ternyata masih ada harapan, masih ada teman setia yang akan peduli kepada kita. Siapakah dia? Dia lah Al-Qur’an. Teman setia tersebut adalah Al-Qur’an.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

يَقُولُ الْقُرْآنُ مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ فَشَفِّعْنِي فِيهِ

Al Qur’an berkata, “Aku telah mencegahnya tidur di waktu malam, izinkan aku memberi syafa’at untuknya.”( HR Ahmad no. 6626 dan Syaikh Al Albani menilai hadits ini adalah hadits shahih)

Ya, Al-Qur’an akan memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar mengampuni dosa-dosa seseorang, menghindarkannya dari sengatan api neraka, dan memasukkannya ke dalam surga. Kemudian Allah pun berkenan untuk menerima permohonan syafaat tersebut.

Beruntunglah, beruntunglah orang-orang yang menjadikan Al-Qur’an sebagai teman setianya di dunia, sebab Al-Qur’an akan menjadi teman setia untuknya di akhirat kelak.

Khutbah Kedua

Sidang Jum’at yang kami hormati,

Apa maksudnya menjadikan Al-Qur’an sebagai teman setia? Jadikanlah Al-Qur’an sebagai teman setiamu di dunia, apa maksudnya? Maksudnya adalah rutin untuk membacanya setiap hari. Ia berusaha keras untuk memahami maknanya serta berupaya secara maksimal untuk mengamalkan tuntunan yang terkandung di dalamnya.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjelaskan,

الْقُرْآنُ شَافِعٌ مُشَفَّعٌ، ومَاحِلٌ مُصَدَّقٌ. فَمَنْ جَعَلَهُ إِمَامًا قَادَهُ إِلَى الْجَنَّةِ، وَمَنْ جَعَلَهُ خَلْفَهُ سَاقُهُ إِلَى النَّارِ

“Al-Qur’an adalah pemberi syafaat yang akan dikabulkan permohonan syafaatnya dan pembela yang akan diterima pembelaannya. Barang siapa yang memposisikan al-Qur’an di depannya, maka kitab suci ini akan mengantarkannya ke surga. Namun barang siapa yang memposisikan al-Qur’an di belakangnya; niscaya kitab suci ini akan mendorongnya ke neraka” (HR. Al-Baihaqiy dalam Syu’ab al-Iman dan Syaikh al-Albaniy menilai hadits ini shahih)

Apa maksud menjadikan Al-Qur’an di depan dan apa maksud menjadikan Al-Qur’an di belakang? Makna memposisikan Al-Qur’an di depan adalah mengamalkan isinya. Adapun memposisikan Al-Qur’an di belakang artinya adalah tidak mengamalkan isinya.

Maka jangan pernah sekali-kali mengkhianati Al-Qur’an. Jangan pernah sekali-kali menghianati Al-Qur’an dengan tidak peduli padanya. Enggan membaca dan memahaminya serta mengabaikan tuntunannya. Sebab jika itu yang terjadi, sungguh kelak Al-Qur’an akan membalas untuk abai dan tidak peduli. Na’udzubillahi min dzalik.

Video Khutbah Jumat – Teman Setia

Sumber video: Yufid.TV

Mari turut menyebarkan “Khutbah Jumat tentang Teman Setia” ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum..

Komentar

WORDPRESS: 2
DISQUS: