Kisah Yusuf dengan Wanita-Wanita Istana

Kisah Yusuf dengan Wanita-Wanita Istana

Tulisan tentang “Kisah Yusuf dengan Wanita-Wanita Istana” ini adalah catatan faedah dari ceramah singkat yang dibawakan oleh Ustadz Dr. Firanda Andirja, Lc. MA. Hafizhahullahu Ta’ala.

Kisah Yusuf dengan Wanita-Wanita Istana

Tadi kita dengarkan salah satu dari penggalan kisah tentang Nabi Yusuf ‘Alaihis Salam yang intinya Nabi Yusuf ‘Alaihis Salam dihadirkan di hadapan para ibu-ibu di kota Mesir. Akhirnya ibu-ibu yang lagi duduk santai sambil memotong-motong makanan, ngobrol, tiba-tiba Imroatul Aziz (istri pembesar Mesir) menyuruh Nabi Yusuf keluar.

وَقَالَتِ اخْرُجْ عَلَيْهِنَّ

“kemudian dia berkata (kepada Yusuf), ‘Keluarlah (tampakkanlah dirimu) kepada mereka’.”

فَلَمَّا رَأَيْنَهُ أَكْبَرْنَهُ

“Ketika perempuan-perempuan itu melihatnya, mereka terpesona kepada (keelokan rupa)nya,” (QS. Yusuf [12] : 31)

Mereka mengagungkan Nabi Yusuf ‘alaihissalam yang tampannya luar biasa, yang kata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

أُعْطِيَ يُوسُفُ شَطْرَ الْحُسْنِ

“Diberikan setengah ketampanan untuk Nabi Yusuf.” (HR. Ahmad)

فَلَمَّا رَأَيْنَهُ أَكْبَرْنَهُ

“Ketika perempuan-perempuan itu melihatnya, mereka terpesona kepada (keelokan rupa)nya,”

وَقَطَّعْنَ أَيْدِيَهُنَّ

“dan mereka (tanpa sadar) melukai tangannya sendiri.”

Mereka melukai tangannya sampai dalam tapi tidak sadar saking terpesonanya/histeris dengan ketampanan Nabi Yusuf ‘alaihissalam.

وَقُلْنَ حَاشَ لِلَّهِ مَا هَٰذَا بَشَرًا إِنْ هَٰذَا إِلَّا مَلَكٌ كَرِيمٌ

“Seraya (mereka) berkata, ‘Maha Sempurna Allah, ini bukanlah manusia. Ini benar-benar malaikat yang mulia’.” (QS. Yusuf [12] : 31)

Padahal mereka belum pernah lihat malaikat, tapi hal biasa kalau seseorang bilang sesuatu yang jelek mengatakan “Dasar muka setan” padahal belum pernah lihat setan, kalau melihat yang tampan mengatakan “Seperti malaikat” padahal belum pernah melihat malaikat. Itulah kebiasaan manusia.

Intinya, yang ingin saya sampaikan pada kesempatan kali ini yaitu bagaimana para wanita tersebut ketika mereka di puncak syahwat, mereka lupa diri, sampai tangan mereka luka pun tidak sadar. Inilah kondisi manusia kalau sudah berada di puncak syahwat, dia tidak sadar dengan apa yang dilakukan. Maka Islam melarang kita terjebak dalam kondisi demikian.

Contohnya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata kepada ‘Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu :

يا عليُّ! لاتُتْبِعِ النَّظْرَةَ النَّظْرَةَ, فَاِنَّمَا لَكَ الأُولَى وَ لَيْسَتْ لَكَ الأَخِيْرَةُ

“Wahai Ali, janganlah engkau mengikuti pandangan (pertama yang tidak sengaja) dengan pandangan (berikutnya), karena bagi engkau pandangan yang pertama dan tidak boleh bagimu pandangan yang terakhir (pandangan yang kedua).” HR. Abu Dawud no. 2149

Artinya kalau kita tidak sengaja melihat sesuatu yang menarik (maksudnya melihat perempuan, bagi laki-laki), bukan lihat hewan, bukan lihat laki-laki, tapi melihat perempuan. Jika melihat perempuan lalu kita tertarik, maka jangan ikutkan pandangan kedua, segera tundukkan.

Bukan berarti sekali pandangan lalu melotot terus, mumpung masuk pandangan pertama sebelum berkedip, bukan begitu. Maksudnya kalau sudah lihat, segera tundukkan.

فَاِنَّمَا لَكَ الأُولَى

“Bagimu pandangan pertama,”

Pandangan pertama adalah halal, tidak ada masalah.

وَ لَيْسَتْ لَكَ الأَخِيْرَة

“Adapun pandangan yang terakhir (kedua) hukumnya haram.”

Kalau diikuti dengan pandangan kedua dan ketiga, maka syahwatmu akan bergelora dan engkau tidak bisa mengontrol dirimu lagi. Orang beriman kalau dia merasa sudah digoda setan, maka dia ingat Allah Subhanahu wa Ta’ala.

إِنَّ الَّذِينَ اتَّقَوْا إِذَا مَسَّهُمْ طَائِفٌ مِّنَ الشَّيْطَانِ تَذَكَّرُوا فَإِذَا هُم مُّبْصِرُونَ

Sesungguhnya orang bertakwa kalau dia merasa sudah terkena was-was setan (godaan setan), maka dia segera ingat kepada Allah Subhana wa Ta’ala, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.” (QS. Al-A’raf[7]: 201)

Kalau dia biarkan dirinya, maka dia terjebak pada suatu kondisi yang dia tidak sadar. Lihat para wanita tadi, ketika syahwat mereka sudah bergelora, mereka tidak peduli meskipun tangan sudah luka. Demikian juga laki-laki, kalau sudah tergerak syahwatnya dan sudah berkobar, dia tidak peduli dengan dirinya, yang penting dia menyalurkan syahwatnya. Dia tidak ingat istrinya, dia tidak ingat anak-anaknya, dia tidak peduli, pokoknya syahwatnya tersalurkan.

Makanya dikatakan seorang lelaki kalau syahwatnya sudah bergelora, sudah hilang 2/3 akalnya atau kalau kita bilang hilang seluruh akalnya. Maka jangan sampai terjebak pada kondisi tersebut.

Anak-anak zaman sekarang ketika bermuamalah dengan telepon genggam, dengan tontonan, kadang-kadang seliweran ada cewek cantik lewat, tapi kita segera tundukan pandangan, kalau tidak maka kita akan melihat, melotot dan akhirnya kita tidak bisa melepaskan diri dari hal tersebut. Karena syahwat sudah menguasai kita, setan sudah menguasai kita, dan akhirnya kita melakukan yang haram.

Oleh karenanya menundukkan pandangan adalah penting.

Menundukkan pandangan itu mudah ya, yang susah itu kalau sudah tiga kali melihat. Kalau pertama masih mudah, istighfar lalu tundukkan pandangan, in syaa Allah selesai.

Tapi kalau sudah melotot, mengamati, mencermati, maka tidak akan mundur karena sudah bergejolak syahwatnya kemudian dia ingin melampiaskan syahwatnya.

Kita berlindung kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala  dari pandangan-pandangan yang haram. Wabillahi taufiq wal hidayah.

Mp3 Ceramah Singkat

Sumber mp3: Team kelas UFA Official

Mari turut menyebarkan catatan kajian tentang “Kisah Yusuf dengan Wanita-Wanita Istana” ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum..

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: